Perusahaan induk jaringan restoran cepat
saji KFC, Yum Brands Inc, meminta maaf kepada pelanggan di Cina atas penanganan
masalah penggunaan bahan terlarang untuk mempercepat pertumbuhan ayam.
"Kami menyesalkan kecerobohan dalam pemeriksaan internal dan kurangnya komunikasi," kata Direktur Eksekutif Yum Brands, Su Jingshi, dalam akun media sosial Weibo, Kamis (10/1).
"Kami menyesalkan kecerobohan dalam pemeriksaan internal dan kurangnya komunikasi," kata Direktur Eksekutif Yum Brands, Su Jingshi, dalam akun media sosial Weibo, Kamis (10/1).
Yum, yang setengah dari keuntungannya diperoleh dari Cina, mengingatkan pada Senin bahwa penyiaran terburu-buru dari hasil penelitian badan pengawas makanan memukul penjualan di Cina lebih dari yang diperkirakan pada catur wulan keempat 2012.
Shanghai Food and Drug Administration menemukan satu dari delapan ayam contoh, yang diteliti, mengandung obat antiviral dalam tingkat mencurigakan.
Skandal tersebut mulai terkuak saat stasiun televisi negara China Central Television pada akhir Desember melaporkan bahwa beberapa ayam, yang digunakan KFC dan McDonald Corp, mengandung obat antiviral dan hormon untuk mempercepat pertumbuhan.
Juru bicara Yum mengatakan kepada Reuters pada Kamis bahwa perusahaan itu telah menghentikan kerjasa sama dengan dua penyedia ayam sebelum penyelidikan resmi diumumkan. Penghentian tersebut dilakukan setelah dua uji acak menunjukkan dua pemasok itu tidak memenuhi standar Yum.
Su, di sisi lain, meminta maaf karena perusahaannya tidak secara giat melaporkan uji acak tersebut kepada pemerintah dan juga atas kurangnya keterbukaan.
Bagaimana pun juga, keburukan strategi media memukul citra KFC di Cina, tempat merek dari negara barat dianggap lebih aman dan lebih bermutu daripada milik negara sendiri. Keamanan makanan adalah perhatian utama bagi konsumen.
"Mereka akhirnya meminta maaf sekarang, namun terlambat. Saya tidak tahu apakah orang lain dapat memaafkan mereka atau tidak, namun yang jelas saya tidak!" kata Jackson Dong di Weibo.
Yum, yang mempunyai lebih dari 5.100 restoran di Cina dan operator terbesar restoran barat di negara itu, menarik beberapa produk pada 2005 karena mengandung pewarna 'Sudan Red', yang dilarang sebagai bahan makanan karena dapat meningkatkan bahaya kanker.