Bagi masyarakat Lombok, Nusa
Tenggara Barat tradisi membatik tak lagi didominasi orang tua. Pelajar SMP dan
SMA di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Selatan lebih memilih menghabiskan
waktu mereka berkreasi dengan membatik.
Sepulang dari sekolah mereka
berbondong-bondong menuju sebuah bangunan cukup besar di tepi jalan menuju
Pantai Kuta Lombok bernama Rambitan Sasak Art Galery. Di galeri tersebut, ada
sekitar dua puluh pelajar SMP dan SMA yang belajar dan memroduksi batik
sasambo.
Pemandangan remaja berkumpul
mengelilingi wajan kecil berisi malam atau lilin khusus batik sudah jamak
terlihat di galeri ini. mereka terlihat tekun dan telaten menggambari helai
kain yang membentang di hadapan mereka.
Sidik Anwardi, pelajar kelas 3 SMP
Pujut termasuk di antara para belia tersebut. Malah Sidik pernah menjuarai lomba
desain batik dan diundang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Bogor
pada 2011 silam.
Menurut Sidik, ketika itu dia
membuat desain batik yang memadukan rumah adat tiga suku di Lombok. Hasilnya,
ia mendapatkan hadiah satu juta rupiah dari pihak istana dan Rp 700 ribu dari
pihak sekolahnya.
Kesukaan pelajar tersebut tak lepas
dari peran Syamsir, pemilik galeri sekaligus guru keterampilan di SMPN
Pujut. Semua pelajar yang ada di situ merupakan anak didik Syamsir ketika
mereka masih SMP.
“Kalau di sekolah kita belajar
teorinya, di sini kita praktekkan,” ujar Didik, Sabtu (8/12).
Syamsir menjelaskan, tidak asal
mempekerjakan para pelajar. Untuk mendorong semangat, anak didiknya diberikan
honor sesuai hasil pekerjaanya.
“Saya kasih honor sejak dari nol itu
Rp 50 ribu per anak per bulan. Sekarang sudah ada yang honornya satu juta
rupiahbper bulan,” tutur Syamsir.
“Lebih baik seperti ini, mereka
mengisi waktu dengan kegiatan yang bermanfaat, juga mendapat penghasilan,”
tambah dia.