Setiap
tanggal 12 Oktober masyarakat Indonesia selalu diingatkan dengan tragedi Bom
Bali I. Berbagai macam acara digelar untuk mengenang 202 orang korban Bom Bali.
Salah satu tempat digelarnya acara adalah di Groundnd Zero yang merupakan bekas
lokasi ledakan Restoran Paddys Club.
Namun
banyak masyarakat Muslim Indonesia yang lupa atau bahkan tidak tahu bahwa ada
tragedi yang lebih dahsyat dan lebih banyak memakan korban jiwa dari peristiwa
Bom Bali I. Peristiwa itu adalah tragedi 19 Januari 1999 di Maluku yang
merupakan pembantaian ribuan kaum muslimin oleh kaum Salibis.
Peristiwa
tersebut dikenal dengan ”Tragedi Idul Fitri Berdarah”. Berawal dari tragedi
itu, kemudian meluas menjadi pembantaian kaum Muslimin di tempat lain di Maluku
oleh kaum Salibis.Tragedi kemanusiaan ini kemudian melahirkan terjadinya
konflik horisontal sampai tahun 2002 yang menyebabkan ribuan kaum muslimin
tewas.
Kaum
Muslimin Ambon tidak akan pernah melupakan Tragedi Idul Fitri Ibadah 19 Januari
1999. Meski sudah empat belas tahun berlalunya peristiwa tersebut warga Muslim
Ambon mengenang orang tua, saudara maupun kerabat mereka yang menjadi korban
pembantaian.
...Beta bulu badan sampai berdiri
(maksudnya merinding -ed) baca tulisan itu (baliho di tempat acara, red.)
soalnya beta pung saudara jadi korban jua
Untuk
mengenang peristiwa tersebut pada Sabtu (19/01/2013) bertempat di Desa Batu
Merah Pemuda & Pemudi Kaki Air menggelar acara bertajuk "Doa bersama
mengenang Syuhada yang gugur dalam membela agama AllAh sejak konflik 19 Januari
1999 di bumi Al Mulk".
Acara
tersebut dimulai sejak Pukul 17.30 WIT dan dihadiri oleh Kapolres Pulau Ambon
AKBP Suhawiryono, anggota DPRD dari fraksi PKS Muzakir Assegaff, anggota DPRD
dari Fraksi PPP Rofik Afifudin dan Imam Masjid Raya Al Fatah Ustadz RR
Hasanussi.
Sekitar
200 orang lebih menghadiri tersebut, acara diawali dengan doa bersama dan
ditutup dengan ceramah oleh Ustadz RR. Hasanussi.
Dalam
ceramahnya Ustad RR Hasanussi mengatakan,"para syuhada tidak mati disisi
Allah dan hendaknya kita mengingat jasa-jasa mereka," ujarnya.
Acara
itu amat berkesan bagi kaum Musliimin yang hadir. Seorang ibu yang melintas di
tempat acara berujar para pemuda yang tengah menghadiri acara
tersebut,"Beta bulu badan sampai berdiri (maksudnya merinding -ed) baca
tulisan itu (baliho di tempat acara, red.) soalnya beta pung saudara jadi
korban jua," ucapnya dengan logat Ambon. Acara yang berjalan dengan
tertib tersebut berakhir pada pukul 18.10 WIT. [AF]