Penulis buku “Ada Pemurtadan di
IAIN”, Hartono Ahmad Jaiz mempertanyakan data Yenny Wahid, Direktur The
Wahid Institute yang menyatakan bahwa angka perkosaan di negara yang mewajibkan
berjilbab lebih tinggi dari negara yang tidak mewajibkan. Lebih jauh, Hartono
Ahmad Jaiz, mempertanyakan, dari mana data Yenny itu didapat, sehingga apa yang
disampaikan itu tidak menipu jutaan orang.
“Sifat-sifat seperti ini termasuk
ciri orang-orang munafik,” jelas Hartono dalam kegiatan seminar “Ada
pemurtadan di IAIN” di Masjid Muhammad Ramadhan Bekasi Selatan, seperti
diberitakan Hidayatullah, Minggu (13/01).
Lebih lanjut, Hartono menganggap
Yenny tidak pantas mengklaim diri sebagai intelektual. Sebab seorang
intelektual, menurutnya tidak akan sesumbar apalagi sampai berani menyebarkan
opini dengan data palsu.
“Yenny coba membungkamn kebenaran
dengan cara yang bathil,” tegas Hartono lagi.
Sebagaimana diketahui, sebelum ini,
dalam debat di TV One dengan tema “Perda Bermasalah, Siapa Resah” hari
Senin malam (07/01), Yenny Wahid sempat mengatakan bahwa kasus pemerkosaan
di negara Arab di mana wanitanya berpakaian tertutup, ternyata lebih tinggi
daripada negara-negara Eropa yang wanitanya sangat minim dalam berpakaian,
bahkan bebas berbikini di pantai.
Hartono berharap Yenny minta maaf
kepada umat Islam. Karena apa yang dikatakannya tersebut tidak pantas keluar
dari mulut intelektual.