Sinetron bertema Islam kembali
meresahkan warga. Kali ini sinetron berjudul “Ustad Fotocoy” mendapat tentangan
dari warga masyarakat, pemirsa televisi. Sinetron yang diproduksi Screenplay
Production itu menampilkan sosok Haji Jamal (Ramdhani Qubil A.J.), yang dinilai
melecehkan Islam karena mempermainkan ucapan istighfar.
Kendati demikian, Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI) belum mengambil tindakan terhadap sinetron yang tayang di SCTV
itu. Setidaknya KPI telah menerima dua aduan masyarakat terkait aksi Haji Jamal
itu. Salah satunya pada 19 Desember tahun lalu, seorang warga bernama Syahrul
telah melaporkannya via pojok aduan situs resmi KPI.
“Mohon untuk sinetron ‘Ustad Fotocopy’, agar
jangan menggunakan nama-nama Allah untuk mengumpat/marah-marah, karena nama
Allah tidak boleh untuk main-main/digunakan secara sembarangan. Hal itu juga
akan mempengaruhi persepsi masyarakat awam yang tidak tahu bagaimana nama-nama
Allah tersebut digunakan secara seharusnya,” demikian yang ditulis Syahrul.
Lalu pada hari Jum’at (18/1), Iqbal,
warga Banten juga melayangkan protes terkait aksi Haji Jamal di sinetron ‘Ustad
Fotocopy’. “H. Jamal/Qubil AJ sering mengucapkan kalimat ‘Astaghfirullah
AlAdhim Ya Allah Ya Karim’. Ini sangat mengganggu, karena mengucapkannya sambil
berbuat zhalim, misalnya sambil meledek orang miskin, sambil muku orang, dan
perbuatan buruk lainnya. Dan ini dilakukan hampir setiap hari. Apalagi banyak
ditonton anak-anak. Nama Allah kok disebut ketika sedang berbuat tercela. Ini
dikhawatirkan akan mencampurkan yang hak dan yang batil, sangat tidak baik
untuk ditayangkan,” tulis Iqbal.
Sejumlah warga juga dilaporkan
memprotes langsung ke pihak SCTV dengan menulis komentar di situs resminya.
Masmu Azizul Rahman, Trunojoyo University menulis: “Mengapa tiap
mengumpat/marah-marah mesti bawa nama-nama Tuhan…? Dialog yang haji tiga kali
tuh (Haji Jamal), “Ya Allah ya kariimmm, ya Tuhan la haula wala kuwwata illa
billah… bla bla bla bla…”. Dari dialog tersebut kok seakan-akan nama Tuhan
dijadikan ‘awalan’ tiap mau mengumpat atau marah-marah.”