Rabu, 23 Januari 2013

Permainkan Ucapan Istighfar, Sinetron ‘Ustad Fotocopy’ Diprotes Masyarakat


Sinetron bertema Islam kembali meresahkan warga. Kali ini sinetron berjudul “Ustad Fotocoy” mendapat tentangan dari warga masyarakat, pemirsa televisi. Sinetron yang diproduksi Screenplay Production itu menampilkan sosok Haji Jamal (Ramdhani Qubil A.J.), yang dinilai melecehkan Islam karena mempermainkan ucapan istighfar.


Kendati demikian, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) belum mengambil tindakan terhadap sinetron yang tayang di SCTV itu. Setidaknya KPI telah menerima dua aduan masyarakat terkait aksi Haji Jamal itu. Salah satunya pada 19 Desember tahun lalu, seorang warga bernama Syahrul telah melaporkannya via pojok aduan situs resmi KPI.

 “Mohon untuk sinetron ‘Ustad Fotocopy’, agar jangan menggunakan nama-nama Allah untuk mengumpat/marah-marah, karena nama Allah tidak boleh untuk main-main/digunakan secara sembarangan. Hal itu juga akan mempengaruhi persepsi masyarakat awam yang tidak tahu bagaimana nama-nama Allah tersebut digunakan secara seharusnya,” demikian yang ditulis Syahrul.

Lalu pada hari Jum’at (18/1), Iqbal, warga Banten juga melayangkan protes terkait aksi Haji Jamal di sinetron ‘Ustad Fotocopy’. “H. Jamal/Qubil AJ sering mengucapkan kalimat ‘Astaghfirullah AlAdhim Ya Allah Ya Karim’. Ini sangat mengganggu, karena mengucapkannya sambil berbuat zhalim, misalnya sambil meledek orang miskin, sambil muku orang, dan perbuatan buruk lainnya. Dan ini dilakukan hampir setiap hari. Apalagi banyak ditonton anak-anak. Nama Allah kok disebut ketika sedang berbuat tercela. Ini dikhawatirkan akan mencampurkan yang hak dan yang batil, sangat tidak baik untuk ditayangkan,” tulis Iqbal.

Sejumlah warga juga dilaporkan memprotes langsung ke pihak SCTV dengan menulis komentar di situs resminya. Masmu Azizul Rahman, Trunojoyo University menulis: “Mengapa tiap mengumpat/marah-marah mesti bawa nama-nama Tuhan…? Dialog yang haji tiga kali tuh (Haji Jamal), “Ya Allah ya kariimmm, ya Tuhan la haula wala kuwwata illa billah… bla bla bla bla…”. Dari dialog tersebut kok seakan-akan nama Tuhan dijadikan ‘awalan’ tiap mau mengumpat atau marah-marah.”