Minggu, 13 Januari 2013

Cucu Ditolak 5 Sekolah, Nenek Ini Dirikan Sekolah Sendiri


Berawal dari perjuangan untuk mendidik sang cucu yang cacat intelektual, Han Rufen kini justru membuka sekolah bagi para siswa berkebutuhan khusus. Dia mendedikasikan masa pensiunnya untuk mengubah kehidupan ratusan anak-anak yang cacat intelektual.


Dikenal sebagai Nenek Han, Kepala Sekolah Pengcheng Special Education School di Xuzhou, Provinsi Jiangsu itu menerima 132 murid penderita down syndrome, cerebral palsy, dan autis di sekolah binaannya. Keputusan Han untuk membantu anak-anak berkebutuhan khusus ini tercetus pada 1987. Saat itu, cucu Han, Hong Dian yang berusia tujuh tahun ditolak oleh lima sekolah pendidikan khusus publik di Xuzhou karena IQ sang cucu rendah.

Han melakukan berbagai negosiasi dengan pihak sekolah agar cucunya dapat bersekolah. Namun, tidak ada sekolah yang mau menerima cucu Han tidak peduli seberapa keras usaha yang dilakukan pihak keluarga.

Bahkan, saat itu suami Han menjual sepeda miliknya yang merupakan satu-satunya barang berharga yang dimiliki keluarga tersebut demi mengumpulkan biaya sekolah yang mahal. Tidak tahan melihat ibu cucunya yang terus menangis, Han pun memutuskan mengajar sang cucu seorang diri.

Wanita berusia 82 tahun itu pun mengambil program perkuliahan di bidang pengajaran pendidikan khusus. Dua tahun kemudian, Han membuka sekolah untuk membantu keluarga yang mengalami situasi serupa dengannya dulu.

Pada awalnya, tidak ada yang mengenal Han sehingga tidak ada keluarga yang mau mengirimkan anak mereka ke sekolah tersebut. Namun, dia terus mengunjungi keluarga anak-anak cacat intelektual itu dan membujuk mereka untuk mencoba pendidikan di sekolah miliknya.

“Anda tidak perlu membayar saya. Tolong, kirimkan anak Anda ke sekolah saya untuk mempelajari beberapa keterampilan bertahan hidup yang diperlukan,” bujuk Han kepada para orangtua itu. Demikian, seperti dikutip dari Asia News Network, Kamis (10/1/2013).

Meski demikian, beberapa keluarga masih saja menolak tawaran Han. “Beberapa orangtua China percaya jika anak berkebutuhan khusus mereka membawa malu bagi keluarga. Jadi mereka mengunci anak tersebut di rumah dan tidak pernah membawa mereka keluar,” ungkapnya.

Han masih mengingat jelas kisah seorang gadis kecil pada 1990. Orangtua gadis itu menolak untuk memasukan anaknya ke sekolah. Hingga usia 10 tahun, gadis itu tidak mampu berdiri sendiri.

“Orangtua itu merantai anaknya di tempat tidur untuk memastikan keselamatan si anak karena mereka tidak memiliki banyak waktu dan tidak mampu menyewa pengasuh untuk merawatnya,” kenangnya.

Dia menjelaskan, mengabaikan pendidikan anak cacat intelektual sudah umum di daerah pedesaan. Bahkan, beberapa orangtua mengatakan usaha yang dilakukan Han dengan membuka sekolah bagi anak berkebutuhan khusus adalah tindakan gila.

Penolakan yang lebih ekstrim pun muncul dari beberapa tetangga Han. “Mereka meminta kami untuk pergi karena tidak ingin anak mereka tertular virus yang dapat menyebabkan cacat intelektual,” tutur Han.

Pengcheng Special Education School pun terpaksa direlokasi 10 kali mulai dari 1989-2004. Beruntung, berkat sejumlah donatur dan dukungan dari pemerintah, sekolah tersebut akhirnya memiliki gedung sendiri. Demikian dikutip dari Okezone.