Densus 88, sesudah tewasnya 4 orang
anggota Brimob di Poso, dan beberapa orang anggota Brimob lainnya, yang
mengalami luka-luka, nampaknya melakukan tindakan yang sangat luar biasa, dan
hanya dalam waktu singkat melakukan pembersihan, di tempat-tempat yang dianggap
menjadi tempat persembunyian teroris.
Densus 88, hanya dalam waktu singkat
membabat 11 orang yang diduga menjadi anggota kelompok teroris. Diduga kelompok
ini sering melakukan aksi teror di wilayah Sulawesi. Penangkapan ini dilakukan
dalam waktu 2 kali 24 jam (2 hari). Demikian dikatakan Kepala Biro Penerangan
Masyarakat (Karo Penmas) Polri Brigjen Boy Rafli Amar dalam siaran pers di
Gedung Humas Polri, Jakarta, Sabtu (5/1/2013).
Berikut adalah rincian penembakan sebelas teroris tersebut.
1. Makassar, Sulawesi Selatan. Jumat (4/1) di Masjid Nur Alfiah, di dalam rumah sakit Wahidin, Makassar, sekira 10.30 WIT, dua teroris yang memberikan perlawanan ditembak, Abua Suaya dan Hasan alias Kholil.
Jumat (4/1) di Terminal Dayang, Makassar sekira 14.30 WIT juga terjadi penangkapan terhadap dua orang. Keduanya juga melakukan perlawanan dan harus dilumpuhkan Tim Densus 88, keduanya adalah Tamrin dan Arbain
Jumat (4/1) di Emrekan, Makassar, dua orang masih dengan kelompok yang sama, harus dilumpuhkan sekira pukul 18.30 WIT, keduanya adalah Syarifudin dan Fadli
Berikut adalah rincian penembakan sebelas teroris tersebut.
1. Makassar, Sulawesi Selatan. Jumat (4/1) di Masjid Nur Alfiah, di dalam rumah sakit Wahidin, Makassar, sekira 10.30 WIT, dua teroris yang memberikan perlawanan ditembak, Abua Suaya dan Hasan alias Kholil.
Jumat (4/1) di Terminal Dayang, Makassar sekira 14.30 WIT juga terjadi penangkapan terhadap dua orang. Keduanya juga melakukan perlawanan dan harus dilumpuhkan Tim Densus 88, keduanya adalah Tamrin dan Arbain
Jumat (4/1) di Emrekan, Makassar, dua orang masih dengan kelompok yang sama, harus dilumpuhkan sekira pukul 18.30 WIT, keduanya adalah Syarifudin dan Fadli
Selain, di Makassar, tim Densus 88 juga melumpuhkan daerah di Dompu, Nusa Tenggara Barat. Jumat (4/1), sekira pukul 18.00 WIT, ditangkap saat mereka baru saja turun dari tempat pelatihan. Dua orang itu juga harus ditembak mati, Roy dan Bahtiar. Ditemukan juga barang bukti 1 bom pipa siap ledak, 4 bom pipa masih dalam perakitan, serta bahan-bahan bom, urea, asam nitrat, sodium, paku besi, baterai.
Pada Sabtu (5/1), pukul 07.00 WIT, tiga orang ditembak mati di Kebun Kacang, Kelurahan Kandai, Dompu, NTB. Dari 3 orang yang tewas ini, satu sudah teridentifikasi atas nama Andi, sedangkan dua lainnya belum. Bersama ketiga orang ini diamankan BB senjata api laras pendek jenis FN.
Sebelumnya, di kantor Polda Sulawesi
Tengah berlangsung kunjungan Panglima TNI, Laksamana Suhartono, Kapolri
Jenderal Timur Pradopo, dan Kepala BIN, Letjen Marciano. Ketiganya membahas
situasi keamanan di Poso, dan dianggap sebagai situasi yang sangat rawan, dan
mengganggu keamanan nasional.
Tetapi, tindakan polisi yang sangat
eksessif (berlebihan) itu, pasti akan menimbulkan kebencian dari kalangan umat
Islam, yang melihat tindakan polisi itu, sebagai langkah yang sangat tidak
layak, dan semakin sulit menciptakan situasi di Poso yang lebih kondosif.
Polisi sendiri sangat tidak akurat,
ketika melakukan penangkapan terhadap 14 orang yang menjadi tersangka teroris.
Mereka menghadapi penyiksaan secara brutal, dan sesudah itu dilepaskan, karena
ke 14 orang yang ikut pengajian itu, ternyata tidak terbukti. Langkah polisi
ini akan berdampak negatif bagi kepentingan jangka panjang keamanan nasional. Af