RUPERT Murdoch, taipan media yang
merupakan seorang Yahudi, tampaknya sekarang sedang dipalu godam oleh medianya
sendiri.
Salah satu surat kabar yang ia
terbitkan, entah bagaimana bisa, merilis sebuah kartun yang jelas-jelas
menggambarkan Benjamin Netanyahu—Perdana Menteri Israel—tengah memakan
bayi Palestina dan membangun tembok besar Israel di negara jajahannya itu.
Bahan bangunannya, ya rakyat
Palestina.
Kartun itu dimuat di The Sunday
Times of London, kartun ini dipublikasikan pada hari Ahad (27/1/2013), ketika
Inggris sedang memeringati Holocaust Memorial Day. Gambar-gambar itu hasil
karya Gerald Scarfe.
Murdoch sendiri langsung blingsatan.
Pada hari Senin, Murdoch mengeluarkan pernyataan bahwa kartun itu, “tidak
pernah mencerminkan pendapat dari The Sunday Times. Namun demikian, kami
berutang maaf sangat dalam sehubungan kartun yang aneh dan ofensif itu. ”
Stephen Pollard, editor surat kabar
Yahudi Inggris itu, mengatakan dalam sebuah segmen di radio BBC pada Selasa
hari ini bahwa waktu kartun itu merupakan cerminan “terburuk dari fitnah darah
dan anti-Semit”.
Namun, muncul di siaran yang sama,
Steve Bell, seorang kartunis The Guardian, merespons bahwa kartun itu sama saja
kedudukannya dengan kartun-kartun yang selama ini mengkritik Presiden Bashar
al-Assad dari Suriah yang juga tengah membantai ribuan umat Muslim di sana,
namun sama sekali tak menjadi permasalahan media.
Perdebatan juga menyebar ke Israel
di mana kolumnis Anshel Pfeffer menulis di situs web surat kabar Haaretz.
“Haruskah The Sunday Times mempublikasikan kartun itu pada hari peringatan
Holocaust internasional?”
Scarfe adalah salah seorang kartunis
Inggris yang paling populer dan karyanya sudah muncul di The Sunday Times sejak
tahun 1967.
The Jewish Chronicle mengutip bahwa
Scarfe “sangat menyesalkan” waktu publikasi kartun itu.
Dalam sebuah pesan kepada media,
Scarfe “mengatakan bahwa ia tidak menyadari bahwa hari itu adalah Holocaust
Memorial Day”.
Dewan Deputi Yahudi Inggris, badan
perwakilan utama untuk Yahudi Inggris, mengatakan telah mengeluhkan hal ini
kepada Komisi Pengaduan Pers Inggris. [sa/islampos/new york times]