Meski pemerintahan Hamas di Gaza tidak secara resmi
menerapkan syariat Islam, semisal hukum hudud atau kewajiban jilbab dan
lainnya, sebagian nilai syariat malah sudah menjadi adat yang sangat kental
melekat di masyarakat.
Yang sangat menarik, di Gaza,
berpacaran dianggap sebuah aib besar. Jangankan pacaran, menemukan muda-mudi
lain jenis yang bukan mahram bercakap-cakap di pinggir jalan atau di tempat
umum juga sulit ditemukan.
Marwan al-Hirtsani, seorang mantan
polisi yang menemani hidayatullah.com di Gaza mengatakan, jika ada muda-mudi
bercengkrama di muka umum, polisi akan menegur dan menanyakan surat nikah
mereka.
"Mereka akan ditegur,"
kata Marwan.
Tidak hanya itu, jika seorang
laki-laki kedapatan memotret seorang wanita di tempat umum, polisi juga akan
menegur dan memperkarakan tindakan tersebut.
Dibanding negara-negara Arab lain,
di Gaza hampir tidak ditemukan wanita baligh yang tidak memakai jilbab. Wanita
bercadar bisa ditemukan hampir di setiap tempat.
Jika di Indonesia anak-anak
perempuan usia TK dan SD banyak yang berjilbab tetapi kebanyakan malah lepas
jilbab ketika baligh, anak-anak perempuan di Gaza malah tak berjilbab. Tapi
ketika usia baligh, tidak jarang dari mereka yang langsung memakai cadar.
Ketika hidayatullah.com diundang ke rumah-rumah untuk
makan malam atau sekedar minum kopi, teh, dan makan buah, tidak pernah terlihat
istri tuan rumah dan anak-anak perempuan berusia baligh berseliweran. Tetapi
jika ada di rumah tersebut ada anak-anak perempuan atau laki-laki,mereka akan
mengerubungi dengan wajah-wajah imut yang menggemaskan.
Anak-anak Gaza bermain di bekas
reruntuhan serangan Zionis
Usia menikah di Gaza juga cukup
muda. Banyak yang menikah di bawah umur 20 tahun. Alasannya, untuk menjaga
syahwat dan memperbanyak ummat Muhammad shalallahu 'alaihi wassallaam.
Mereka juga tidak berpandangan,
orang Arab harus menikah dengan Arab. Asalkan Muslim dan taat beragama.
Maharnya?.... Rata-rata 6000 Dollar AS atau sekitar Rp. 60 juta. Itu
mahar yang pertengahan, ada yang sedikit lebih murah banyak yang di atasnya.
"Tapi itu wajar," kata Nur
Ikhwan Abadi, relawan MER-C yang menjadi penanggungjawab pembangunan Rumah
Sakit Indonesia di Gaza.
Kata Nur Ikhwan, banyak wanita Gaza
yang hafal al-Qur'an. Tidak hanya sekedar subur melahirkan - rata-rata wanita
Gaza melahirkan 10 anak -wanita Gaza juga dikenal banyak melahirkan para
mujahid yang tangguh.*