Ruhut Sitompul alias “Poltak” membuat ulah dengan ormas Islam, memfitnah
sebagai gerakan anarkis. Tapi sayang, hanya berteriak-teriak tidak punya
nyalinya untuk diklarifikasi oleh seorang Ustadz. Hal itu terjadi pada
Selasa sore (22/5/2012) saat Komisi III menerima delegasi Forum Umat Islam
(FUI). FUI datang meminta Komisi III DPR agar mendukung Mabes Polri supaya
tidak mengeluarkan izin konser Lady Gaga. Di akhir audiensi, Poltak memfitnah
ormas Islam, tapi begitu diklarifikasi dia ketakutan.
Dalam pantuan arrahmah.com, sebenarnya Ruhut Poltak Sitompul, datang
ke ruangan Komisi III DPR terlambat. Ketika acara hampir usai, dia baru masuk.
Sementara delegasi Forum Umat Islam (FUI) semua sudah menyampaikan aspirasi.
Sebelumnya delegasi FUI telah menunggu sejak pukul 13.00 WIB, karena sesuai
perjanjian dengan Wakil Ketua Komisi III Nasir Jamil, FUI akan diterima pada
jam tersebut. Tetapi rupanya ada delegasi lain yang mendahului untuk urusan
yang lain. Akhirnya audiensi dengan FUI dimulai menjelang pukul 15.00 WIB.
Sejumlah ormas Islam ikut dalam audiensi itu. Diantaranya Majelis
Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Front Pembela Islam (FPI), Hizb
Dakwah Islam (HDI), Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Dapur Dai
Nusantara (DAINA), Taruna Muslim, Gerakan Pemuda Islam (GPI), Gerakan Reformis
Islam (GARIS), Komunitas Muslimah untuk Kajian Islam (KMKI), Forum Silaturahmi
Antarpengajian (FORSAP), Ummahatul Mukminin Indonesia (UMI), GUMAM, dan
sebagainya. Jumlah mereka kurang lebih 30 orang dengan mayoritas adalah kaum
ibu.
Pernyataan dan pengantar FUI dibacakan oleh Sekjennya, KH Muhammad Al
Khaththath. Kemudian ditambahi dengan pemaparan singkat oleh Sekjen MIUMI
Ustadz Bachtiar Nasir, dan Ketua DPP FPI Munarman. Turut bicara pula Sekjen
UMI, Ibu Nina. Semuanya satu suara, menolak kedatangan iblis Lady Gaga.
Dari komisi III DPR yang memberikan dukungan untuk FUI adalah Ahmad Yani
(PPP), Buchori Yusuf (PKS) dan Andi Cakra Widjaya (PAN). Tiga politisi itupun
satu suara, menolak kedatangan Lady Gaga, dengan alasan masing-masing.
Menjelang akhir audiensi --pertemuan disepakati hanya sampai pukul 15.30
WIB sebab FUI sudah diagendakan bertemu DPD RI pada jam itu pula-- pimpinan
sidang Nasir Jamil memberikan kesempatan kepada politisi Partai Demokrat
Ruhut Poltak Sitompul. Poltak, memulai tanggapannya soal Lady Gaga dengan
ucapan, “Sedapnya hidup di negara Pancasila ini, yang dihina agama Kristen yang
membela ormas Islam”. Ucapannya sinis...
Dengan muka sok serius tapi seperti merendahkan orang, Poltak melanjutkan
omongannya. “Saya dari Partai Demokrat mengatakan: saya ini seorang Kristiani.
Dalam ajaran agama saya pemerintah yang sah harus kita dukung. Jangan coba-coba
anarkis, ini dari saya Partai Demokrat. Ada aturan main, kepolisian,” kata
Ruhut.
Ucapan Ruhut tentu saja out of context, sebab pembicaraan di ruangan
itu berkaitan dengan aspirasi penolakan Lady Gaga. Bukan sedang berbicara
tentang ormas dan anarkisme. Tapi rupanya Poltak memang sengaja membawa misi
untuk menyerang kelompok Islam. Kemudian dia melanjutkan dengan mengatakan,
“Tadi kan sudah mengatakan Polda Metro mendukung bapak-bapak. Tapi finalnya di
Mabes Polri. Mari kita ojo kesusu, kita bersabar,” kata Ruhut yang
bisanya bahasa Jawa cuma “ojo kesusu” itu.
Setelah meminta umat Islam bersabar, Ruhut mengaku kalau dirinya tidak tahu
siapa Lady Gaga, yang ia tahu Sofia. Iapun mengaku tidak akan menonton konser
itu. “Aku juga gak nonton, kalau sampai Poltak nonton, bakar, rajam Poltak
ini,” katanya dengan mata melotot.
Setelah itu, Ruhut menasehati ormas-ormas Islam. Ia minta agar kelompok
Islam menerima apapun keputusan pemerintah terkait konser Lady Gaga. Kembali
Poltak menyudutkan ormas Islam dengan menggunakan kata “anarkis”.
“Apapun keputusan pemerintah tolong hormati. Jangan anarkis, itu saja. Dan
pemerintah tegas, ormas apapun kalau rancau (berbuat rusuh/tidak aman, red)
akan dibubarkan. Terima kasih”, kata Ruhut menutup pembicaraannya.
Saat Ruhut bicara dengan nada fitnah ini, Ketua DPP FPI H. Munarman, SH
langsung keluar ruangan. Diikuti oleh Ketua DPD FPI Jakarta Habib Salim Al
Attas. “Wah tinggalin ajalah dia. Omongan ngawur dan tak bermutu,” kata
Munarman seraya berdiri.
Saat yang hampir bersamaan pimpinan sidang menutup audiensi, karena waktu
yang disepakati memang telah habis. Delegasi FUI berdiri, sejumlah anggota Komisi
III berdiri, sementara sejumlah wartawan berhamburan mencari narasumber yang
bisa mereka wawancarai. Ada yang ke Sekjen FUI, ada yang ke Ahmad Yani, ada
pula yang ke Nasir Jamil.
Belum juga satu menit wawancara dengan Nasir Jamil, tiga meter di sebelah
kanan ada keributan kecil. Ruhut Sitompul tengah berdiri berhadapan dengan
Sekjen MIUMI Ustadz Bachtiar Natsir yang didampingi Ustadz Alfian Tanjung dari
Taruna Muslim. Ustadz Bachtiar mendatangi Ruhut untuk mengklarifikasi
pernyataan Poltak. “Apa maksud anda dengan ucapan itu?. Anda harus minta maaf,”
kata Bachtiar pada Poltak.
Didesak pertanyaan itu rupanya Poltak terpojok tak bisa menjawab dan tidak
juga minta maaf. Betapa tidak, Poltak memang salah bicara. Yang dituding Poltak
berbuat anarkis dalam audiensi itu adalah FUI, termasuk MIUMI. Padahal FUI dan
MIUMI, apalagi mayoritas ibu-ibu tidak pernah sekalipun berbuat anarkis. Dasar
kepala batu, rupanya Poltak tak mau mengakui kesalahannya, ia juga menolak
untuk minta maaf.
“Saya tidak masuk mau apa. Ini rumah saya, mau apa kalian”, Poltak
berteriak sekencang-kencangnya dengan nada menantang, tapi wajahnya ketakutan.
Poltak sombong, menganggap Gedung DPR sebagai rumahnya, padahal disana dia cuma
wakil rakyat. Rakyat yang punya gedung itu. Lalu seorang staf sekretariat
memberikan kode panggilan ke arah wartawan. Wartawan langsung berlarian ke arah
Poltak. Sementara yang ditantang, Ustadz Bachtiar, tetap ‘kalem’ dan tenang.
“Saya mengatakan kebenaran, jangan anarkis, jangan anarkis,...” teriak
Poltak sembari memanggil Pamdal DPR, "dek..dek..". Pamdal yang tak
menduga bakal ada keributan segera berlari untuk mengamankan Poltak. Sementara
ibu-ibu menghujani pertanyaan,”Yang anarkis siapa...yang anarkis siapa?.” Tapi
Poltak tak menjawabnya. Ia pun digiring keluar ruangan. Sembari digiring
keluar, Poltak masih berteriak, “Saya tetap mengatakan kalian anarkis. Jangan
anarkis...jangan anarkis”, teriaknya.
5 Pamdal DPR akhirnya masuk ke ruangan mencoba melerai. Ruhut lalu dikawal
ke luar ruangan. Sementara itu, Alfian Tanjung dan Bachtiar ikut keluar ruangan
dengan jalur pintu keluar yang berbeda.
"Urusan apa dia bilang kita anarkis. Kita kan sudah argumentatif dan
diskriptif. Kita di sini adu gagasan dan aspirasi. Saya tersinggung. Itu
ancaman, itu hidden represif," kata Alfian.
Ustadz Bachtiar tetap gentle. Dibuntutilah Poltak yang saat itu
dikawal Pamdal DPR dari belakang. Rupanya Poltak ketakutan dan masuk ke ruangan
sekretariat Komisi III. Dengan sedikit kecerdikan, Ustadz Bachtiar akhirnya
bisa juga masuk ke ruangan itu.
“Saya kan diluar, saya gak dikasih masuk. Saya bilang ke orang
sekretariat (komisi III), ‘Saya laki-laki, saya ngga bawa senjata, saya
tinggalkan barang saya, kalau perlu kunci dari luar. Pak Ruhut ngga mau bicara.
Oke yang bicara laki-laki dengan laki. Man to man. Setelah berhasil
masuk terjadi dialog antara Ustadz bachtiar dengan Ruhut, namun sayangnya
menurut ustadz bahctiar Ruhut malah mencecarnya dengan teriakan dan kata-kata
kasar yang tidak pantas diucapkan anggota dewan.
"Tapi, Saya tidak mau terpancing, Saya tetap berbicara baik-baik, dan
saya katakan kepadanya Saya ingin mengajaknya kepada kebaikan bukan mau
macam-macam"ungkapnya.
Selain itu, Ustad bahctiar meminta Ruhut yang merasa tidak bersalah meminta
maaf karena begitu mudahnya menyematkan stigma anarkis kepada ormas islam yang
datang.
Dia diam, tak mau minta maaf,” kata pemimpin Ar Rahman Qur’anic Learning
Center itu.
"Bagi Saya dia sudah menghina Islam, saya mau dia minta maaf"
tambah Ustadz Bachtiar.
Ustadz Bachtiar mengaku tidak takut siapapun yang membekingi Poltak.
Tujuannya baik, ingin mengajak Poltak agar menjadi orang baik. “Siapapun di
belakangnya saya tidak peduli, saya tidak peduli karena dibelakang saya Allah.
Saya masuk ke ruangannya. Saya ingin mengajakan anda menjadi orang baik, dengan
berbicara baik. Ruapanya dia tidak bisa menjadi orang baik,” katanya.
Hanya berdua saja di ruang Sekretariat Komisi III, rupanya membuat Poltak
sangat ketakutan. “Dia ketakutan. Ketika saya pepetin badannya, dia kelihatan
ketakutan. Di dalam pun saya perlakukan hal yang sama, tapi tangan saya saya di
belakang. Seandainya dia senggol duluan, saya banting duluan. Tadinya saya mau
cek tenaganya berapa,” cerita Ustadz Bachtiar kepada sejumlah wartawan media
Islam sambil berjalan meninggalkan Gedung DPR.
Sementara itu, kepada sejumlah media, Sekjen FUI KH Muhammad Al Khaththath
mengatakan si Poltak harus mendapat hukuman dan tak layak menjadi anggota DPR.
Ustadz Al Khaththath menyarankan agar ketua Dewan Pembina Partai Demokrat
segera menarik Poltak dari DPR karena telah melakukan fitnah dan provokasi.
“Demokrat sudah terlalu banyak kena isu koruptor. Dia (Poltak)
nambah-nambahi saja. Saya sarankan Pak SBY untuk mem-PAW (Pergantian
Antarwaktu) saja. Ini orang bodoh tapi sok pinter”, kata ustadz Al Khaththath
di depan sekretariat Komisi III.
Sumber http://arrahmah.com