Sungguh tragis
nasib kaum muslimin di Air salobar Ambon, ketika konflik rumah mereka dibakar
oleh salibis, anggota keluarganya dibunuh dan harta bendanyapun dijarah oleh
kaum salibis. Dan ketika kondisi Ambon mulai kondusif, areal pemakaman (Taman
Pemakaman Umum) milik mereka diserobot oleh kaum salibis dijadikan permukiman,
bahkan didepan pintu masuk pemakaman tengah dibangun sebuah gereja.
Menurut
Mohammad Borut tokoh masyarakat Air salobar yang juga dosen di Universitas
Pattimura Ambon, areal pemakaman seluas 5 hektar tersebut sudah ada sejak zaman
Belanda tahun 1932. Selama kurun waktu sampai tahun 2000 tidak pernah ada
masalah dengan areal pemakaman muslim tersebut. Tidak pernah ada pihak yang
mengklaim kepemilikan lahan tersebut sebab semua orang sudah tahu bahwa area
tersebut memang Tempat Pemakaman Umum kaum Muslimin.
Masalah timbul
ketika kondisi Ambon sudah mulai reda dari konflik pada tahun 2002 pada saat
pengungsi Nasrani dari Ambon mulai berdatangan menempati area pemakaman
tersebut.
Perlu diketahui
bahwa Air Salobar ini terletak di Kelurahan Nusaniwe Kecamatan Nusaniwe yang
dikelilingi oleh kampung-kampung Kristen. Permukiman muslim yang terdekat dari
Air Salobar berjarak sekitar 5 KM.
Menurut Bulis
Rettob Ketua Tim Penyelesaian TPUI (Tempat Pemakaman Umum Islam) Air Salobar
kepada voa-islam.com mengatakan, kedatangan para pengungsi di wilayahnya
tersebut tidak pernah ada permintaan izin kepada masyarakat muslim di Air
Salobar. Para pengunsi ini kemudian membangun rumah di areal pemakaman dari bangunan
semi permanen sampai bangunan permanen.
Bahkan di depan
pintu masuk area pemakaman mereka sempat membangun gereja sampai akhirnya
dihentikan pembangunannya oleh Pemerintah Kota Ambon.
Sekretaris Tim
Penyelesaian TPU Islam Air Salobar Mohammad Borut mengungkapkan, sebelumnya ada
dari penghuni pemukiman liar yang seluruhnya Nasrani tersebut membuat
kandang babi di areal pemakaman.
Hal tersebut
membuat warga muslim Air Salobar marah dan meminta agar kandang tersebut
dibongkar. Akibat kejadian ini hampir saja terjadi bentrokkan fisik antara
warga muslim air salobar dengan pemukim liar yang Nasrani.
Di areal
pemakaman kini sudah berdiri sekitar 62 bangunan rumah permanen dan semi
permanen dan sisanya dijadikan kebun oleh para penghuni liar tersebut.
Berbagai upaya
sudah ditempuh oleh warga Muslim Air Salobar untuk menuntut haknya. Sudah lebih
dari sepuluh tahun mereka meminta agar pemerintah Kota Ambon menyelesaikan
masalah ini. Namun sudah tiga kali pergantian Wali Kota Ambon permasalah Tempat
Pemakaman Muslim Air Salobar tidak kunjung selesai dan pemukiman liar milik
warga Nasrani pun terus berkembang.
Janji dari
Pemerintah Kota Ambon dan instansi terkait yang katanya akan menyelesaikan
masalah tersebut hanya menjadi janji kosong tanpa bukti. Areal Pemakaman seluas
Lima Hektar kini hanya tersisa tiga hektar. [AF]
Sumber http://www.voa-islam.com