Sangat disayangkan, ketika menghadapi orang kafir dan munafik, umat Islam
terbelah menjadi dua. Ada yang terang-terangan dan bersikap tegas terhadap
kemungkaran, ada yang membela kefasikan dan kebobrokan dengan sepenuh jiwa, ada
yang remang-remang alias tidak jelas membedakan mana yang haq dan mana batil.
Padahal, tegas di dalam Al Qur’an, Allah Swt memberi panduan kepada kaum
muslimin dalam menghadapi orang-orang munafik:
“Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi)
orang-orang munafik, padahal Allah telah mengembalikan mereka (kepada
kekafiran), disebabkan usaha mereka sendiri? Apakah kamu bermaksud memberi
petunjuk kepada orang yang telah dibiarkan sesat oleh Allah? Barangsiapa
dibiarkan sesat oleh Allah, kamu tidak akan mendapatkan jalan (untuk memberi
petunjuk) baginya. (QS. An-Nisaa: 88)
Ayat ini mengingat agar orang beriman jangan terpecah menghadapi kaum
munafiqun. Lalu Allah melanjutkan lagi dalam surah yang sama (QS An-Nisa: 89):
“Mereka ingin agar kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi
kafir, sehingga kamu menjadi sama (dengan mereka). Janganlah kamu jadikan
diantara mereka sebagai teman-teman (mu), sebelum mereka berpindah pada jalan
Allah. ….”
Ayat ini lagi-lagi menjelaskan, sesungguhnya orang munafik itu menjadi
kafir, dan mereka ingin agar kamu ikut-ikutan kafir. Tapi apa yang kita
saksikan hari ini, ketika ada duet seorang kiai (maaf, belum bisa dikatakan
ulama sesungguhnya) yang memecah belah barisan kaum muslimin dengan argumen
yang sangat menyakitkan hati.
Dalam sebuah diskusi publik di sebuah stasiun televisi swasta, seorang Imam
Besar Masjid Istiqlal KH. Ali Mustafa Yakub, dan Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil
Siradj membuat pernyataan bias, dengan mengambil posisi yang tidak jelas alias
remang-remang, antara hak dan batil.
Saat menyikapi Lady Gaga dan Irshad Manji, kedua kiai tersebut tak
menunjukkan kemarahannya melihat kemungkaran dan kefasikan di depan mata.
Rupanya kiai ini memakai Manhaj JAIM alias jaga image agar dianggap demokratis,
intelektual, akademisi, toleran, sehingga mencoba bersikap netral, tidak pro
maupun kontra. Parahnya, ada yang mengeluarkan statemen-statemen yang terkesan
mengaburkan kemungkaran itu sendiri. Bukankah bersikap netral terhadap suatu
kemungkaran sama saja berpihak pada kemungkaran itu sendiri?
Ulama Penguasa
Prihatin bila kita menyaksikan “Ulama Penguasa” dengan ulama bisikan BIN
saat bicara. Setiap pernyataannya sangat tidak mengenakkan hati. Ulama Su’ itu
bukannya membongkar setiap kebobrokan dan kemungkaran yang jelas-jelas nyata,
tapi malah menghardikan barisan umat Islam yang hendak menegakkan amar ma’ruf
nahi mungkar. Tentu saja dengan sikap kedua kiai “remang-remang” itu
dimanfaatkan musuh, dalam hal ini kelompok liberal dan media-media sekuler.
KH. Ali Mustafa Yakub pun menyodorkan Kitab Ihya Ulumudin karya Imam
Ghazali, yang menjelaskan soal menegakan amar maruf nahi mungkar. Kemungkaran
tidak boleh dilakukan dengan kemungkaran. Begitu kiai itu mengutip Imam
Ghazali.
Ulama penguasa itu mengatakan, menegakkan nahi mungkar itu harus dirumuskan
minimal oleh tiga ulama besar, yakni: Imam Ghazali, Ibnu Taimiyyah (Kitab
al hisbah fi Islam) dan Prof. DR Abdul Karim Zaidan (Guru Besar
Universitas Baghdad di Irak). Kesimpulan yang ditarik KH. Ali Mustafa Yakub
adalah, menjalankan amar maruf nahi mungkar tidak boleh dengan membuat
kemungkaran yang baru. Ini yang menjadi sang kiai.
Rupanya, Kiai Ali lupa, bahwa pemerintah Indonesia, bukanlah seperti yang
ada di masa Imam Ghazali. Pemerintah Indonesia faktanya tidak peka untuk cepat
memberantas kemungkaran. Bagaimana mungkin, kemungkaran tidak dilawan
dengan cara yang mungkar. Lha, pemerintahnya saja diam, tidak bertindak. Begitu
juga dengan segelintir ulama yang remang-remang dalam menyikapi kemungkaran.
“Yang mengajukan keberatan silahkan, tapi jangan anarkis. Yang
berdosa bukan gedungnya. Dulu, ketika Islam masuk ke Syiria (Damskus) tahun 14
H, dimasa Amirul Mukminin Umar bin Khaththab, ada gereja Romawi Timur,
yang tidak dirusak sama sekali,” katanya.
Sultan al Fatih ketika masuk ke Konstantinopel, lanjutnya, gereja
telah diubah menjadi masjid, tidak dirusak sama sekali. Bahkan, sampai
sekarang, masih ada gambar Maryam menggdong Yesus. Gambar itu tidak
dirusak. “Saya keberatan dengan istilah ormas anarkis, jangan-jangan ada
provokaor yang melakukan tindakan anarkis,” kata Ali.
Dengan lisannya, KH, Ali Mustafa Yakub mengatakan, di Indonesia ada lima
agama, pluralitas agama. Tapi, kenapa kita sumpek dengan perbedaan. Sesama
Islam saja, atau sesama NU saja, sumpek dengan perbedaan, hanya karena beda
partai. “Rasulullah punya mertua yang beragama Yahudi lho. Islam itu rahmatan
lil’alamin. Kita boleh berbeda, tapi tidak boleh berkelahi,” kata sang kiai.
Berkali-kali Kiai itu tergiring dengan pertanyaan presenter TV untuk
menghantam FPI. Dan berkali-kali pula Kiai ini menyebut FPI anarkis. Kiai
remang-remang itu ternyata begitu keras terhadap sesama kaum muslimin, tapi
lembut dan melunak terhadap kaum munafik dan kafir.
Kiai yang menyambut kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan
istri itu di Masjid Istiqlal, menyatakan kelompok Islam yang memerangi
pemerintah pusat harus diperangi. Ya, seperti itulah ulama penguasa yang
menjilat.
Sementara itu Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj dengan lisannya
mengatakan, “Ada satu juta Lady Gaga atau satu juta Irshad Manji, iman warga NU
tidak akan berkurang, akhlaknya tidak akan rusak. Sejak dulu setan dan iblis
selalu ada, ada Musa ada Fira’un, ada Muhammad ada Abu Jahal. Warga NU jangan
khawatir dengan kedatangan Lady Gaga.”
Muslimah NU, katanya, tetap akan akan berjilbab jilbab, warga NU
tetap tidak akan minum arak, tidak berzina, selalu tahajud. Ini semua, bukan
doktrin, atau pun perintah, tapi kesadaran warga NU dalam beragama. Jika
Indonesia NU semua, selesai masalah,” ujar Kiai NU ini takabur.
Seharusnya duet kiai “remang-remang” ini bersikap tegas untuk membongkar
kebobrokan kemungkaran Lady Gaga dan Irshad Manji yang jelas-jelas
mempropagandakan hubungan sejenis dan perilaku pornografi. Kedua kiai itu
seharusnya menyampaikan ayat-ayat tentang ancaman dan azab Allah terhadap kaum
yang ingkar. Bukan malah memojokkan sesama umat Islam sendiri. Inilah yang
diinginkan kaum munafik kelompok liberal dan pendukungnya. Desastian
Sumber http://www.voa-islam.com