Seorang analis politik mengatakan, Presiden AS Barack Obama adalah seorang
pembohong, di mana dia memanfaatkan mantan pemimpin Alqaidah, Usamah bin Ladin
untuk menjustifikasi perang melawan terorisme dan untuk memajukan kampanye
pemilunya.
Dalam sebuah artikel di situs Global Research, Michel Chossudovsky,
Direktur Pusat Riset Globalisasi mengatakan, setiap ucapan Obama dalam
pidatonya pada 1 Mei di Pangkalan Udara Bagram Afghanistan, yang bertepatan
dengan satu tahun kematian Bin Laden adalah kebohongan.
"Obama ingin menjadikan kebohongan dan rekayasa sebagai alat kampanye.
Pidato sandiwara Obama merupakan sebuah dunia ilusi yang sebenarnya, di mana
orang-orang jahat sedang mengintai dan merencanakan aksi teror," tambah
Chossudovsky.
Padahal Bin Ladin dimanfaatkan dan dilindungi oleh CIA. Obama dalam
pidatonya mengatakan, "Di sinilah, di Afghanistan, Usamah bin Laden telah
mendirikan sebuah tempat yang aman bagi organisasi teroris."
Obama lebih lanjut menandaskan, "Di sinilah, di Afghanistan, di mana
Alqaidah merekrut anggota baru, melatih mereka, dan menyusun aksi teror."
Namun, Chossudovsky mengatakan, anggota Kelompok Teroris Munafikin (MKO)
juga direkrut dan dilatih oleh CIA.
Dalam pidatonya, Obama menambahkan bahwa, "Di sinilah, dari dalam
perbatasan ini, Alqaidah melancarkan serangan yang menewaskan hampir 3.000
orang laki-laki, perempuan dan anak-anak."
Akan tetapi, Chossudovsky menegaskan bahwa sampai detik ini sama sekali
tidak ada dokumen dan bukti yang menunjukkan keterlibatan Alqaidah dalam
serangan 11 September.
Pada 10 September 2001, CBS News mengkonfirmasikan bahwa Bin Ladin sedang
dirawat di rumah sakit militer di Rawalpindi, Pakistan.
"Oleh karena itu, 10 tahun lalu, AS dan sekutu kita berperang untuk
memastikan bahwa Alqaidah tidak bisa lagi menggunakan negara ini untuk memulai
serangan terhadap kami," kata Obama.
Sementara serangan 11 September adalah pembenaran untuk melancarkan perang
di Afghanistan dengan alasan membela diri.
Sumber http://www.republika.co.id