Tak bosan-bosannya kaum liberal melempar stigmatisasi kepada Front Pembela
Islam (FPI). Setiap kali ada aksi menghadang kemungkaran, kaum liberal langsung
“menunjuk hidung”, seolah hanya FPI satu-satunya yang memerangi kemaksiatan.
FPI pun dikebiiri dan didesak terus menerus untuk dibubarkan hingga
akar-akarnya.
Untuk kasus penolakan Lady Gaga misalnya, FPI bukanlah yang pertama
menyerukan penolakan atas kehadirannya penyanyi asal Amerika Serikat itu untuk
melakukan konser di Indonesia. Sebelumnya Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI)
bidang budaya KH. Cholil Ridwan telah menyatakan haram menonton pertunjukkan
konser pemuja setan itu.
Bukan hanya FPI yang bergerak melakukan penolakan. Tapi ada sejumlah ormas
dan komunitas lain yang memiliki sikap yang sama, seperti Forum Umat Islam
(FUI), GUMAM, MIUMI, Indonesia Tanpa JIL# dan sebagainya. Menariknya, dalam
sebuah polling yang dilakukan TV One, tentang pertanyaan Setujukan anda
polisi melarang konser Lady Gaga? Ternyata, 70,23% menyatakan setuju, 26,86%
tidak setuju, 2,91% tidak tahu. Hasil survey juga menyebutkan, 75,77% tidak
menonton Lady Gaga, 18,09% menonton, dan 6,14% tidak tahu.
Begitu juga saat warga Pasar Minggu memprotes kehadiran Irshad Manji,
lagi-lagi kaum liberal menuding FPI satu-satunya ormas Islam yang dianggap
sebagai “pengganggu”.
Masih segar dalam ingatan, ketika para pimpinan FPI melakukan kunjungan
dakwah ke Kalimantan, kaum fasik liberal mengusung kampanye “Indonesia Damai
Tanpa FPI” di Bunderan HI . Meski yang melakukan kekerasan itu adalah
masyarakat dayak itu sendiri, yang berupaya melakukan pembunuhan.
Kaum liberal kerap mengklaim, bahwa mereka seolah mewakili masyarakat
Indonesia, bahkan atas nama keberagaman. Padahal, jika melihat massa yang
berkumpul hanya segelintir saja, bisa dihitung dengan jari.
Beberapa hari kemudian, FUI menggelar aksi “Indonesia Tanpa Liberal” di
tempat yang sama. Tapi konyolnya, sebuah media online seperti detik.com dan tempo
interaktif memberitakan, massa itu hanya berjumlah puluhan saja. Dari sisi ini,
media sekuler tersebut tidak objektif, bahkan terkesan tendensius melihat fakta
yang ada di lapangan.
FPI Tempat Pengaduan
Dalam catatan Voa-Islam, tak dipungkiri, Posko FPI di
Petamburan III, Tanah Abang, Jakarta Pusat, kerap didatangi masyarakat untuk
melakukan pengaduan. Mulai dari kasus Mesuji, gereja liar, kristenisasi,
perjudian, miras hingga pelarangan jilbab terhadap muslimah di Rumah
Sakit di bilangan Pluit Jakarta Utara.
Ketika ditanya, kenapa harus mengadu ke FPI? Kebanyakan masyarakat
beralasan, karena kemana lagi mereka harus mengadu. Ormas Besar seperti NU dan
Muhammadiyah terkesan tak mau melayani, jika ada persoalan yang menyangkut SARA
dan bernuasakan politik. NU lebih memilih diam, bahkan telah memposisikan
dirinya sebagai ormas pluralism yang lebih nyaman membela tirani
minoritas.
Meski tidak semua persoalan dapat diselesaikan oleh FPI dalam persoalan
hukum, tapi setidaknya ada keseriusan untuk membela kaum yang lemah. Ketika
ormas-ormas Islam besar itu memble dan tak berdaya, tampillah FPI sebagai
pembela. Harus diakui, FPI kerap pasang badan ketika yang dihadapi adalah
kelompok yang memiliki kekuatan modal, bahkan senjata.
Ketika polisi tak bisa mengatasi problema social di tengah masyarakat, FPI
mampu mengambil alih untuk itu. Seorang Ustadz Arifin Ilham, pimpinan majelis
zikir Az-Zikra sampai mengatakan dalam aku Facebooknya, "Biarlah Arifin
menanam padi, dan FPI menjaga tikusnya."
Tatkala terjadi kebuntuan dalam menyelesaikan masalah, adakalanya
gesekan-gesekan itu tak bisa dihindari, bahkan bisa menimbulkan benturan yang
tajam diantara kedua belah pihak yang berseteru.
Pada akhirnya, FPI terkesan tampil sendiri, padahal banyak umat Islam yang
menaruh simpati atas perjuangan FPI selama ini. Yang pasti FPI tidak sendiri.
FPI hanyalah martir-martir yang tak peduli dengan celaan orang yang mencela.
FPI tidak gusar dengan stigmatisasi yang selalu digemboskan oleh kaum fasik
liberal. FPI punya prinsip sendiri dalam menegakkan amar maruf nahi mungkar.
Bagi seorang mujahid, dibunuh syahid, dipenjara uzlah, dibuang tamasya.
Semoga Allah melindungi para pejuang FPI yang tak lelah menyadarkan kaum
pendosa. Semoga Allah mengistiqomahkan laskar-laskar FPI yang rela dirinya
menjadi martir-martir pembela Islam. Desastian
Sumber http://www.voa-islam.com