Saat ini, narkoba makin mendekati anak-anak. Anak
hidup di tiga
lingkungan: rumah, pergaulan, dan sekolah. Yang paling berpengaruh adalah
lingkungan sekolah, karena dari situ juga biasanya mereka mengenal pergaulan.
Meski saat ini Anda masih dalam proses mengajak anak menjauhi narkoba, tidak ada salahnya Anda juga mengenali ciri-ciri anak dalam pengaruh narkoba. Kuncinya adalah mengenal karakter anak Anda, dan mengenali perubahan kebiasaannya.
Menurut Fabiola Priscilla, M. Psi, psikolog anak dari Jagadnita Consulting, gejala dan ciri bisa terlihat dari fisik dan perilaku. Melalui fisik, kondisi yang perlu dicurigai:
- Mata si anak berwarna merah. Meski sudah diobati, tetap merah. Perhatikan juga bola matanya.
- Sering mengantuk, padahal tidurnya cukup.
- Kulit berwarna pucat.
- Pola bicara sering kacau. Penggunaan kata tidak pas.
- Keseimbangan tubuh kacau. Jika diminta lari di tempat, gerakannya tidak terkontrol.
Sedangkan dari perilaku bisa dideteksi dari:
- Kebiasaan berubah. Tadinya suka makan, kini jadi jarang makan.
- Jadi cuek. Malas mandi, malas menyisir rambut, jadi tidak peduli pada penampilan. Padahal, sebelumnya tidak begitu.
- Reaksi berlebihan. Jika ditegur sedikit, bisa langsung meledak-ledak.
- Sering murung tidak jelas. Komunikasi juka makin berkurang.
Jika ciri-ciri di atas mulai terlihat, mulailah memeriksa kamar anak Anda saat dia sekolah. Cari tahu, apakah ada yang aneh. Misalnya, alat-alat yang berkaitan dengan pengguna narkoba, seperti, kapsul, tablet, kertas untuk melinting, pipa, dan lain-lain.
Jika si anak terbukti memakai narkoba, jangan langsung panik dan menyalahkan diri sendiri. Coba terbuka, dan tanyakan pada anak dengan tenang. Misalnya, "Kayaknya Mama merasa kamu belakangan ini beda. Kamu merasa juga nggak?"
Jangan langsung menuduh. Gali informasi, dari mana dia mendapatkannya, karena biasanya mereka mengambil karena ingin merasa diterima oleh lingkungannya. Ketika dia mengakui, usahakan respons Anda setenang mungkin, meskipun dada Anda bergemuruh. Katakan kepadanya, "Saat ini, Mama tidak percaya, dong, sama kamu. Tapi, Mama bisa, kok, percaya kamu lagi, asalkan…,"
Kalau sudah begini, anak memerlukan bantuan profesional, psikiater, atau psikolog. Tetaplah optimistis bahwa setiap masalah ada solusi. Cari informasi di internet atau juga bergabung ke support group orang tua yang mengalami masalah sama.
Sumber http://www.duniakonyol.com