Pada 21 Februari 2012 lalu, situs http://showbiz.vivanews.com,
menurunkan berita berjudul: “Mimpi Lady Gaga: Selalu Dihantui Roh
Jahat”. Kata Lady Gaga, “Aku berulang kali bermimpi ada hantu di
rumahku dan dia membawaku ke sebuah ruangan.” Sebelumnya, pada 2 Februari 2012,
situs yang sama juga menulis berita berjudul “Lady Gaga Berburu Sperma
Pria Berdarah Italia.”
Beberapa hari ini, media massa –baik cetak maupun elektronik — ramai
memberitakan dan mendiskusikan masalah pro-kontra pembatalan konser penyanyi
Amerika Lady Gaga di Indonesia. Berbagai alasan dikemukakan. Pihak yang
mendukung konser Lady Gaga beralasan bahwa konser musik adalah bagian dari
kebebasan berekspresi. Ada yang beralasan, bahwa tidak ada yang perlu
dikhawatirkan dengan kehadiran Lady Gaga. Sebab, itu hanya konser musik biasa.
Bahkan ada tokoh yang berbicara di sebuah TV, ada sejuta Lady Gaga pun
tidak ada masalah. Yang penting imannya kuat.
Bagaimana menyikapi konser Lady Gaga ini? Lepas dari soal pro-kontra
konser Lady Gaga, marilah kita dudukkan masalahnya dengan jernih. Tentu saja,
sebagai Muslim, kita mencoba melihat masalah Lady Gaga dari sudut pandang Islam,
bukan sudut pandang liberalisme, sekularisme, atau ateisme.
Lady Gaga adalah penyanyi terkenal. Albumnya sudah laku jutaan kopi. Tapi,
perilakunya sangat buruk. Ia pengumbar pornografi, pornoaksi, pendukung seks
bebas, dan juga homoseks dan lesbianisme. Pada 12 Maret 2010, situs
www.tabloidbintang.com meluncurkan kabar, bahwa Lady Gaga menyatakan
kesiapannya menjadi seorang lesbian. “Tidak ada batasan atau peraturan dalam
hal cinta,” ujar Gaga.
Sebagai Muslim, harusnya semua sepakat, bahwa apa yang dilakukan dan
dipromosikan oleh Lady Gaga adalah kebatilan dan kemunkaran. Adalah
sangat tepat, bahwa pemerintah – dalam hal ini pihak kepolisian RI –
menghentikan kemunkaran berupa konser Lady Gaga. Itu memang tugas
penguasa. Bukankah Nabi Muhammad SAW sudah memerintahkan, bahwa siapa saja yang
melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya (kekuasannya); jika tidak mampu,
ubahlah dengan lisannya; dan jika pun dengan lisan tidak mampu juga, maka cukup
dengan doa, yakni tidak ridha atas kemunkaran itu. Itulah, kata Nabi SAW,
selemah-lemah iman. Jika sekedar tidak ridha, atau benci terhadap kemunkaran,
sudah dikatakan sebagai “selemah-lemah iman”, bagaimana jika seseorang menjadi
pendukung kemunkaran?
Rabu (16/5/2012) malam, sebuah TV swasta menyiarkan sebuah acara perdebatan
panjang seputar pembatalan konser Lady Gaga. Sepanjang acara berlangsung,
sejumlah SMS dan twiter berseliweran. Sebagian diantaranya berisi
penyesalan, betapa acara itu menjadi panggung aduan bagi sesame Muslim.
Yang lebih mengerikan, ada tokoh-tokoh yang berbicara dengan nada tidak
berkeberatan dengan kehadiran dan konser Lady Gaga. Bahkan, beberapa peserta
diskusi masih menggugat kasus pembatalan diskusi tokoh Lesbi, Irshad Manji, di
sejumlah tempat di Indonesia, beberapa waktu lalu.
Ada logika aneh yang dimunculkan dalam kasus Lady Gaga dan Irshad Manji.
Yakni, biarkan mereka bicara; jika tidak setuju ya diajak diskusi saja!
Padahal, Irshad Manji bukan hanya promosi lesbi dalam buku-buku dan situs
pribadinya. Tetapi, dia juga sangat menghina Nabi Muhammad SAW. Bahkan, lebih
dari itu, dalam situs pribadinya, www.irshadmanji.com, tampak jelas, bagaimana
dukungan si Manji terhadap penjahat penghina Nabi Muhammad SAW, Salman Rushdie.
Sekedar mengingat kembali, nama Salman Rushdie mencuat ketika pada 26
November 1988, Viking Penguin menerbitkan novelnya berjudul The Satanic
Verses (Ayat-ayat Setan). Novel ini segera memicu kemarahan umat Islam
yang luar biasa di seluruh dunia. Novel ini memang sungguh amat sangat biadab.
Rushdie menulis tentang Nabi Muhammad saw, Nabi Ibrahim, istri-istri Nabi (ummahatul
mukminin) dan juga para sahabat Nabi dengan menggunakan kata-kata
kotor yang sangat menjijikkan.
Dalam novel setebal 547 halaman ini, Nabi Muhammad saw, misalnya, ditulis
oleh Rushdie sebagai ”Mahound, most pragmatic of Prophets.” Digambarkan
sebuah lokasi pelacuran bernama The Curtain, Hijab, yang
dihuni pelacur-pelacur yang tidak lain adalah istri-istri Nabi Muhammad saw.
Istri Nabi yang mulia, Aisyah r.a., misalnya, ditulis oleh Rushdie sebagai
”pelacur berusia 15 tahun.” (The fifteen-year-old whore ’Ayesha’ was
the most popular with the paying public, just as her namesake was with Mahound).
(hal. 381).
Banyak penulis Muslim menyatakan, tidak sanggup mengutip kata-kata kotor
dan biadab yang digunakan Rushdie dalam melecehkan dan menghina Nabi Muhammad
saw dan istri-istri beliau yang tidak lain adalah ummahatul mukminin.
Maka, reaksi pun tidak terhindarkan. Fatwa Khomaini pada 14 Februari 1989
menyatakan: Salman Rushdie telah melecehkan Islam, Nabi Muhammad dan al-Quran.
Semua pihak yang terlibat dalam publikasinya yang sadar akan isi novel
tersebut, harus dihukum mati.
Pada 26 Februari 1989, Rabithah Alam Islami dalam sidangnya di Mekkah, yang
dipimpin oleh ulama terkemuka Arab Saudi, Abd Aziz bin Baz, mengeluarkan
pernyataan, bahwa Rushdie adalah orang murtad dan harus diadili secara in
absentia di satu negara Islam dengan hukum Islam. Pertemuan Menlu
Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada 13-16 Maret 1989 di Riyadh juga menyebut
novel Rushdie sebagai bentuk penyimpangan terhadap Kebebasan Berekspresi.
Prof. Alaeddin Kharufa, pakar syariah dari Muhammad Ibn Saud
University, menulis sebuah buku khusus berjudul Hukm Islam fi
Jaraim Salman Rushdie. Ia mengupas panjang lebar pandangan berbagai mazhab
terhadap pelaku tindak pelecehan terhadap Nabi Muhammad saw. Menurut Kharufa,
jika Rushdie menolak bertobat, maka setiap Muslim wajib menangkapnya selama dia
masih hidup.
Ada yang beralasan, bahwa biarlah Irshad Manji dan Lady Gaga berbagi pemikiran
dan kesenangan melalui hiburan! Katanya, soal pribadi jangan dikaitkan dengan
pemikiran atau karya seninya! Apa pun pribadinya, tak perlu
dikaitkan dengan karyanya. Sikap Irshad Manji yang memuji-muji dan bersahabat
dengan Salman Rushdie, tentu bukanlah sikap yang bijaksana. Dia tidak
menghargai dan tidak berempati terhadap perasaan kaum Muslim yang
tersakiti dengan karya-karya Rushdie.
Logika kebebasan berpendapat dan berekspresi tanpa batas terbukti
tidak tepat dan tidak diterima di mana saja. Di Indonesia,
misalnya, sudah lama dilarang penyebaran paham komunisme. Bagaimana
dengan penyebaran paham lesbianisme yang juga sangat besar tingkat
kejahatannya? Jadi, manusia yang sehat pikirannya, pasti akan menolak
konsep kebebasan yang tanpa batas.
Logika Setan
Setiap aspek dan gerak kehidupan manusia tak lepas
dari tantangan. Utamanya, tantangan yang ditimbulkan oleh
musuh abadi umat manusia, yaitu SETAN. Banyak yang menarik jika
kita menelaah penjelasan al-Quran tentang bagaimana logika dan kiat-kiat setan
dalam menyesatkan manusia. sebagai Muslim, kita sudah dijelaskan dalam banyak
ayat al-Quran bahwa setan adalah musuh manusia yang nyata. Setan tak
pernah berhenti berusaha untuk menyesatkan manusia. “Dan janganlah kamu
sekali-kali dipalingkan oleh setan; sesungguhnya setan itu adalah musuh
yang nyata bagimu.” (QS az-Zukhruf:62).
Salah satu metode setan dalam menyesatkan manusia adalah dengan cara
memoles perbuatan maksiat dan jahat sehingga tampak indah dalam pandangan
manusia. “Iblis berkata: Ya Rabbi, karena Engkau telah memutuskan bahwa
aku sesat, maka pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan
maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.”
(QS al-Hijr:39).
Iblis sangat berpengalaman dalam soal sesat menyesatkan manusia. Di sorga,
Iblis berhasil membujuk Adam agar melanggar larangan Allah. Caranya, dikatakan
oleh Iblis, bahwa pohon yang dilarang untuk dimakan, justru merupakan pohon
yang menjadikan Adam akan menjadi kekal di sorga. Karena itulah Iblis menyebut
pohon larangan itu dengan nama “syajaratul khuldi”(pohon
keabadian). Dalam al-Quran digambarkan bagaimana Iblis membujuk Adam: “Hai
Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak
akan binasa.” (QS Thaha:120).
Salah satu kiat setan dalam menyesatkan manusia adalah dengan memandang
baik perbuatan-perbuatan yang telah diharamkan oleh Islam. “Demi Allah,
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum
kamu, tetapi setan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka
(yang buruk); maka setan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan untuk mereka
azab yang pedih. (QS an-Nahl:63)…”Setan pun menjadikan indah dalam pandangan
mereka, apa yang mereka kerjakan.” (QS al-An’am:43).
Cobalah kita renungkan penjelasan al-Quran tentang pandangan kaum musyrik
yang memandang baik tindakan mereka dalam membunuh anak-anak mereka sendiri (QS
al-An’aam:137). Membunuh anak-anak adalah suatu bentuk kejahatan, tetapi
dengan logika setan, tindakan buruk itu bisa dipoles sehingga dianggap baik
manusia.
Karena itulah , logika dan kerja setan memang bertentangan dengan logika
dan tindakan orang mukmin. Jika sifat orang mukmin selalu melaksanakan
amar makruf nahi munkar, maka setan justru sebaliknya. Kerja mereka yang utama
adalah memerintahkan kepada yang munkar dan membenci kebaikan (al-ma’ruf).
Disebutkan dalam al-Quran: “Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah
setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuata keji dan
munkar.” (QS an-Nuur: 21).
Al-Quran (al-An’am:112) mengingatkan, bahwa sesungguhnya musuh para nabi
adalah setan dari jenis manusia dan setan dari jenis jin, yang pekerjaan
mereka adalah menyebarkan “kata-kata indah” (zukhrufal qawli) dengan
tujuan untuk menipu manusia. Malik Bin Dinar, seorang ulama terkenal (m.
130 H/748 M) pernah berkata: “Sesungguhnya setan dari golongan manusia lebih
berat bagiku daripada setan dari golongan jin. Sebab, setan dari golongan jin,
jika aku telah membaca ta’awudz, maka dia langsung menyingkir dariku,
sedangkan setan dari golongan manusia dapat mendatangiku untuk menyeretku
melakukan berbagai kemaksiatan secara terang-terangan.” (dikutip dari Imam al-Qurthubi,
7/68 oleh Dr. Abdul Aziz bin Shalih al-Ubaid, Menangkal Teror Setan (Jakarta:
Griya Ilmu, 2004), hal. 88).
Setan – baik dari golongan manusia maupun dari golongan jin – memiliki
ambisi utama untuk menyesatkan manusia, seluruhnya.“Dan mereka membantah
dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran dengan yang batil itu.”
(QS al-Ghafir:5).
Jadi mudah sekali mengenali logika setan. Yakni, siapa saja yang menjadi
pendukung kebatilan dan kemunkaran, pasti ia telah menggunakan logika setan. “Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.
Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu
menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan munkar.” (QS an-Nur: 21; lihat
juga QS al-Baqarah: 168-169).
Bagi kaum Muslim, tindakan Irshad Manji yang mempromosikan lesbianisme
pasti termasuk tindakan keji dan munkar. Begitu juga konser-konser Lady Gaga
yang sangat vulgar dalam mengumbar pronografi dan pornoaksi serta indikasi
pemujaan setan, pastilah termasuk kategori tindakan keji dan munkar.
Orang mukmin sejati tidak akan menggunakan logika setan atau bersekutu dengan
setan, sehingga termasuk dalam barisan orang-orang yang mendukung terlaksananya
tindakan keji dan munkar.
Bahkan, kita diingatkan oleh Allah SWT dalam Surat Yasin: “Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu dan hendaklah kamu menyambah-Ku. Inilah jalan yang lurus!” (QS Yasiin: 60-61).
Menginat begitu berat dan sulitnya menghadapi tipudaya setan, disamping
mengajarkan seluk-beluk tipu daya setan dan cara mengatasinya, Rasulullah SAW
juga mengajarkan sejumlah doa, diantaranya: “A’uudzu billaahi as-samii’il
‘aliimi min asy-syaithaani ar-rajiimi.” (aku berlindung kepada Allah Yang
Maha Mendengar dan Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk).
Semoga, kita semua, kaum mukmin, tidak berdiri dalam barisan
kemunkaran dan kekejian. Semoga pula, kita dapat mengambil hikmah dari
kasus Irshad Manji dan Lady Gaga, sehingga kita mampu mengikuti shirathal
mustaqim, jalan yang lurus, yaitu jalannya para Nabi, dan bukannya jalan
setan yang bangga menampilkan diri sebagai pembela tindakan keji dan
munkar. Amin.
Oleh DR. Adian Husaini (Surabaya, 20 Mei 2012)