Setelah pengusiran terhadap feminis lesbi Irshad Manji di teater Salihara
oleh warga masyarakat setempat dan akhirnya dibantu ormas-ormas di Pasar
Minggu, Jakarta selatan, Jum’at malam (4/5), tempo.co merilis
beberapa buah foto berkenaan peristiwa pengusiran Irshad Manji tersebut.
Namun foto tersebut terkesan tendensius dan jauh dari konteks peristiwa,
hal ini diungkapkan seorang jurnalis islam, yang sedang mengikuti kegiatan
diskusi tersebut.
"Berita foto yang dishare Tempo sangat subjektif dan jelas
tendensius. Pertama, foto Ustadz Abdurrahman di depan peserta diskusi yang
ditulis Tempo sedang "berdebat". Padahal yang terjadi adalah beliau
meminta peserta (yang seorang pemuda) untuk bicara sopan kepada salah seorang
tua yang dihardiknya, yang tidak ada lain adalah aparat setempat," kata
Pizaro Novelan Tauhidi kepada arrahmah.com, Jakarta, Jum’at malam, (4/5)
Lanjut Pizaro, mengenai pembubaran acara adalah murni dari keinginan warga,
bukan dari desakan FPI kepada pihak kepolisian.
"Kedua, berita foto ketika pihak aparat membubarkan acara. Di situ
Tempo menulis, Kompol Ardi meminta acara dibubarkan atas desakan FPI. Padahal
yang terjadi adalah pembubaran itu terjadi atas inisiatif warga. Beliau sendiri
mengatakan bahwa banyak SMS masuk dari warga yang meminta acara itu dihentikan.
Warga juga tahu bahwa Salihara yang izinnya ingin mendirikan tempat teater,
namun tiba-tiba kerap melaksanakan diskusi-diskusi liberal hingga Festival Film
Homoseks," bebernya.
Tambahnya, Tempo telah melakukan vonis negatif terhadap FPI yang
dikesankan penggagas pembubaran acara tersebut, padahal menurutnya acara
tersebut keinginan warga sekitar sendiri seperti ketua RT, ketua RW dan
warganya serta komponen ormas lain.
"Ketiga, Tempo melakukan judgement negatif terhadap FPI,
padahal itikad pembubaran datang dari warga. Ormas yang datang pada saat itu
tidak mewakili FPI sepenuhnya. Ada pula massa FBR, tokoh umat, dan warga
setempat yang ikut meminta acara itu dihentikan," papar Pizaro.
Selanjutnya, foto seorang pemuda Islam yang ia kenal dan diklaim oleh tempo.co
sedang beradu argumen dengan kepolisian. Faktanya menurut Pizaro, sedang
menghardik seseorang yang sinis terhadap warga yang mendatangi acara tersebut.
"Keempat, foto pemuda Islam yang saya kenal yang menunjuk ke
seseorang. Di situ Tempo menulis, pemuda tersebut sedang berdebat dengan
Polisi, padahal tunjukan itu dimaksudkan kepada seorang peserta yang selalu
menatap massa dengan wajah sinis," tegasnya.
Di dalam foto-foto tersebut pihak tempo.co menulis caption di
antaranya, Seorang anggota FPI (berjanggut) berdebat dengan peserta diskusi
buku Allah, Liberty and Love di Galeri Salihara, Jakarta, Jum'at (4/5). Dalam
diskusi ini FPI beralasan menolak diskusi ini karena di hadiri oleh penulis
Irshad Mandji yang menulis tentang islam liberal.
Pada foto selanjutnya menulis, Seorang anggota FPI berdebat dengan
Kapolsek Pasar Minggu Kompol Adri Desas Furyanto (berjaket) karena FPI mendesak
untuk membubarkan diskusi buku Allah, Liberty and Love di Galeri Salihara,
Jakarta, Jum'at (4/5). Dalam diskusi ini FPI beralasan menolak diskusi ini
karena di hadiri oleh penulis Irshad Mandji yang menulis tentang islam liberal.
Serta sebuah foto yang memuat kapolsek pasar Minggu, Kapolsek Pasar
Minggu Kompol Adri Desas Furyanto (berjaket) meminta peserta diskusi buku
Allah, Liberty and Love untuk membuarkan diri karena FPI menolak acara yang
diselenggarakan di Galeri Salihara, Jakarta, Jum'at (4/5). Dalam diskusi ini
FPI beralasan menolak diskusi ini karena di hadiri oleh penulis Irshad Mandji
yang menulis tentang islam liberal.
Sumber http://arrahmah.com