Kamis, 17 Mei 2012

Dari Pengintip Perempuan menuju Ulama Besar


Seorang pemuda gaul yang sering ngelayap di malam hari, hobinya sesuai umur kenakalannya adalah mengintip ngintip isteri orang, dicarinya rumah dimana suami perempuan itu tidak sedang di rumah. Kala itu dipanjatnya dinding rumah seorang perempuan itu, karena ia mendengar suara perempuan bernyanyi. Ia berjalan pelan pelan dan memasuki rumah tersebut. Setelah ia sampai ke muka kamar perempuan itu, tiba tiba jelas didengarnya bahwa perempuan itu sedang membaca Al Quran dengan suara khusyu. Ayat ayat yang dibacanya, tiba tiba mengenai sudut hati pemuda itu :


“Belum jugakah datang masanya bagi orang orang beriman, bahwa akan khusyu hatinya akan mengingat Allah dan mengingat apa yang turun dari kebenaran, dan janganlah seperti orang orang yang diberi kitab sebelumnya, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak diantara mereka menjadi orang orang fasik. (QS 57:16)

Cobalah renungkan, mengapa kebetulan ayat itu yang dibaca oleh perempuan itu, padahal sedikitpun dia tidak tahu. Bahwa kecantikan wanita itu sedang diintip oleh laki laki yang bukan mahromnya.

Cobalah fikirkan, mengapa kebetulan perempuan yang sedang membaca Al Quran yang terintip oleh pemuda itu. Kenapa ia tidak pergi ke tempat lain, perempuan lain ? atau di rumah lainnya? Bukankah kota Baghdad luas?.

Hati pemuda itu telah dicegah oleh Allah dengan dirinya. Hatinya yang tadinya hendak mengganggu isteri orang, dicegah oleh Allah dengan dirinya. Hidayah Allah turun. Pecegahnya ialah ayat yang dibaca oleh perempuan itu.

Si perempuan pun tidak bermaksud dengan sengaja membaca ayat itu untuk menundukkan niat pemuda tersebut. Dan si pemuda pun tidak sengaja memanjat dinding untuk mendengarkan wanita tersebut membaca Al Quran. Lain yang disengaja lain yang terjadi.

Ayat tersebut memukul hati pemuda tersebut. Dia pun keluar dan meluncur turun dari rumah tersebut untuk akhirnya menyadarkannya untuk menempuh cara kehidupan baru yang berlainan sama sekali.

Perubahan yang revolusioner. Dia menjadi seorang ulama besar Islam yang tercatat namanya dalam sejarah, sebagai salah seorang ulama terbaik bagi Islam, mumin, saleh , zahid dan faqih. Sehingga khalifah Harun Al Rashid pun sering bersedia datang sendiri ke rumah ulama ini untuk meminta fatwa beliau, beliau adalah Fudhail Bin Iyadh (MM)

Sumber  http://www.eramuslim.com