Ustadz
Muhammad Khairi alias Jipo akhirnya dimakamkan di kampung halamannya, Bima,
Nusa Tenggara Barat.
Ustadz
Khairi, sapaan akrabnya sebelumnya adalah seorang guru di Pondok Pesantren Umar
bin Khattab (UBK) Bima, sebelum pondok pesantren tersebut digerebek oleh Densus
88.
Ia
menjadi korban penembakan Densus 88 yang gugur saat penangkapan di Desa Karola,
Poso Pesisir, Sulawesi Tengah, Rabu (31/10/2012). Bersamaan dengan itu, Densus
88 juga menangkap MR dan RH yang kini berada di Markas Korps Brimob, Kelapa
Dua, Depok.
Jenazah
ustadz Khairi yang gugur di Poso itu lalu dibawa Densus 88 ke R.S. Polri,
Kramat Jati, Jakarta untuk diidentifikasi.
Menurut
pihak keluarga sempat terjadi negosiasi a lot dengan pihak Densus 88 yang
meminta agar jenazah dimakamkan di Jakarta. Namun pihak keluarga tetap
bersikukuh agar ustadz Khairi dimakamkan di Bima.
Akhirnya,
setelah 2 minggu berselang dan identifikasi selesai pihak Densus 88 memulangkan
jenazah ustadz Khairi ke Bima. Tiba di Mataram disambung sebuah ambulan milik
yayasan masjid Al-Abror, Ampenan, kota Mataram, melaju menuju desa Rato,
Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, NTB. Selasa (13/11/2012) pagi, sekitar pukul
10.20 WITA ambulan itu tiba di Desa Rato dengan bunyi sirine yang membuat umat
Islam Bima terperanjat.
Berbeda
dengan apa yang dikhawatirkan pihak kepolisian bahwa proses pemakaman akan
ditolak oleh warga, pada kenyataannya justru sekitar seribu orang menyambut
kedatangan jenazah ustadz Muhammad Khairi dengan pekikan takbir dan isak
tangis.
Lantunan
nasyid laa tahzanu para tamu yang bertakziah semakin menambah keharuan.
Dua sepanduk pun terpampang didepan rumah. Sepanduk dengan huruf kapital itu
bertuliskan, “ SELAMAT DATANG SYUHADA POSO” dan “KITA SAMBUT SYARIAT ISLAM
DENGAN IMAN, HIJRAH, DAN JIHAD FIISABILILLAH ALLAHU AKBAR!”
Jenazah
dibawa ke rumah orang tua ustadz Khairi untuk mengganti kain kafan. Sekitar jam
10.30 WITA selesai dikafankan, kemudian beberapa wakil dari teman dekat ustadz
Khairi diberikan kesempatan terakhir kalinya untuk menyaksikan jenazah.
Terlihat
beberapa bagian tubuh terluka yaitu bagian kepala/pelipis, lengan kanan, paha
kiri dan ada belahan dari leher sampai bawah pusar.
Ustad
Muhammad Taqiuddin yang merupakan jurubicara dari pihak keluarga sekaligus
perwakilan dari Forum Umat Islam (FUI) Bima, menyatakan dengan tegas bahwa
telah terjadi keganjilan-keganjilan dari proses otopsi, dimana terlihat dari
dada ustadz Muhammad Khairi ada bekas jahitan panjang, yang mana bekas tersebut
tidak berkaitan langsung dengan bekas luka tembak yang mengenai beliau, yaitu
di pelipis kiri dan di paha.
Pihak
keluarga serta FUI Bima, menyatakan bahwa besar kemungkinan pihak Densus 88
telah mengambil sebagian dari organ tubuh ustadz Muhammad Khairi, karena nampak
dari keganjilan-keganjilan jenazah tersebut.
Setelah
itu, jenazah lalu disholatkan di Masjid Al-Amin Desa Rato, Kecamatan Bolo,
Kabupaten Bima NTB oleh sekitar seribu orang. Sholat jenazah tersebut dipimpin
oleh ustadz Abdul Hakim.
Selesai
disholatkan jenazah langsung diantar ke pemakaman. Teman-teman ustadz Khairi
pun berebut menghantarkan jenazah dalam keranda, bersamaan dengan itu
Masyarakat Desa Rato pun turut berkerumun menyaksikan pemakaman ustadz Khairi.
Sementara
itu, sejumlah warga yang hadir menyaksikan tanda-tanda kesyahidan yang sangat
jelas terlihat dari jenazah ustadz Khairi.
- Keringat mengucur dibagian kening
- Darah segar mengalir dihidung mulut dan di bagian paha
- Bau wangi tercium sangat menyengat
- Seluruh bagian tubuh lentur sebagai mana orang yang masih hidup
- Senyum, sebagai mana orang yang sedang berbahagia
- Jenazah sudah 13 hari tetapi jasadnya seperti baru meninggal
- Sekitar seribu orang mensholatkannya
Proses
penguburan diakhiri dengan sambutan keluarga yang diwakili oleh ustadz Azmi bin
Mustafa. Selain menyampaikan ucapan terima kasih dan permohonan maaf, terutama
kepada Kepala Desa dan masyarakat Desa Rato yang telah menerima kedatangan
jenazah, beliau pun bersumpah bahwa beliau benar-benar melihat dengan mata
kepalanya sendiri tanda-tanda kesyahidan, seperti yang disebut diatas.
Selama
proses kedatangan hingga penguburan jenazah tidak ada hambatan sedikitpun.
Pukul 11.30 WITA proses penguburan selesai. Para pelayat pun kembali kerumah
masing-masing dengan tertib. [Umar, Ibnu Mansyur]