Rabu, 14 November 2012

Pemakaman Ustadz Khairi Disambut Haru, Warga Saksikan tanda Syahid


Ustadz Muhammad Khairi alias Jipo akhirnya dimakamkan di kampung halamannya, Bima, Nusa Tenggara Barat.

Ustadz Khairi, sapaan akrabnya sebelumnya adalah seorang guru di Pondok Pesantren Umar bin Khattab (UBK) Bima, sebelum pondok pesantren tersebut digerebek oleh Densus 88.


Ia menjadi korban penembakan Densus 88 yang gugur saat penangkapan di Desa Karola, Poso Pesisir, Sulawesi Tengah, Rabu (31/10/2012). Bersamaan dengan itu, Densus 88 juga menangkap MR dan RH yang kini berada di Markas Korps Brimob, Kelapa Dua, Depok.

Jenazah ustadz Khairi yang gugur di Poso itu lalu dibawa Densus 88 ke R.S. Polri, Kramat Jati, Jakarta untuk diidentifikasi.

Menurut pihak keluarga sempat terjadi negosiasi a lot dengan pihak Densus 88 yang meminta agar jenazah dimakamkan di Jakarta. Namun pihak keluarga tetap bersikukuh agar ustadz Khairi dimakamkan di Bima.

Akhirnya, setelah 2 minggu berselang dan identifikasi selesai pihak Densus 88 memulangkan jenazah ustadz Khairi ke Bima. Tiba di Mataram disambung sebuah ambulan milik yayasan masjid Al-Abror, Ampenan, kota Mataram, melaju menuju desa Rato, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, NTB. Selasa (13/11/2012) pagi, sekitar pukul 10.20 WITA ambulan itu tiba di Desa Rato dengan bunyi sirine yang membuat umat Islam Bima terperanjat.

Berbeda dengan apa yang dikhawatirkan pihak kepolisian bahwa proses pemakaman akan ditolak oleh warga, pada kenyataannya justru sekitar seribu orang menyambut kedatangan jenazah ustadz Muhammad Khairi dengan pekikan takbir dan isak tangis.

Lantunan nasyid laa tahzanu para tamu yang bertakziah semakin menambah keharuan. Dua sepanduk pun terpampang didepan rumah. Sepanduk dengan huruf kapital itu bertuliskan, “ SELAMAT DATANG SYUHADA POSO” dan “KITA SAMBUT SYARIAT ISLAM DENGAN IMAN, HIJRAH, DAN JIHAD FIISABILILLAH ALLAHU AKBAR!”

Jenazah dibawa ke rumah orang tua ustadz Khairi untuk mengganti kain kafan. Sekitar jam 10.30 WITA selesai dikafankan, kemudian beberapa wakil dari teman dekat ustadz Khairi diberikan kesempatan terakhir kalinya untuk menyaksikan jenazah.

Terlihat beberapa bagian tubuh terluka yaitu bagian kepala/pelipis, lengan kanan, paha kiri dan ada belahan dari leher sampai bawah pusar.

Ustad Muhammad Taqiuddin yang merupakan jurubicara dari pihak keluarga sekaligus perwakilan dari Forum Umat Islam (FUI) Bima, menyatakan dengan tegas bahwa telah terjadi keganjilan-keganjilan dari proses otopsi, dimana terlihat dari dada ustadz Muhammad Khairi ada bekas jahitan panjang, yang mana bekas tersebut tidak berkaitan langsung dengan bekas luka tembak yang mengenai beliau, yaitu di pelipis kiri dan di paha.

Pihak keluarga serta FUI Bima, menyatakan bahwa besar kemungkinan pihak Densus 88 telah mengambil sebagian dari organ tubuh ustadz Muhammad Khairi, karena nampak dari keganjilan-keganjilan jenazah tersebut.


Setelah itu, jenazah lalu disholatkan di Masjid Al-Amin Desa Rato, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima NTB oleh sekitar seribu orang. Sholat jenazah tersebut dipimpin oleh ustadz Abdul Hakim.

Selesai disholatkan jenazah langsung diantar ke pemakaman. Teman-teman ustadz Khairi pun berebut menghantarkan jenazah dalam keranda, bersamaan dengan itu Masyarakat Desa Rato pun turut berkerumun menyaksikan pemakaman ustadz Khairi.

Sementara itu, sejumlah warga yang hadir menyaksikan tanda-tanda kesyahidan yang sangat jelas terlihat dari jenazah ustadz Khairi.

  1. Keringat mengucur dibagian kening
  2. Darah segar mengalir dihidung mulut dan di bagian paha
  3. Bau wangi tercium sangat menyengat
  4. Seluruh bagian tubuh lentur sebagai mana orang yang masih hidup
  5. Senyum, sebagai mana orang yang sedang berbahagia
  6. Jenazah sudah 13 hari tetapi jasadnya seperti baru meninggal
  7. Sekitar seribu orang mensholatkannya
Proses penguburan diakhiri dengan sambutan keluarga yang diwakili oleh ustadz Azmi bin Mustafa. Selain menyampaikan ucapan terima kasih dan permohonan maaf, terutama kepada Kepala Desa dan masyarakat Desa Rato yang telah menerima kedatangan jenazah, beliau pun bersumpah bahwa beliau benar-benar melihat dengan mata kepalanya sendiri tanda-tanda kesyahidan, seperti yang disebut diatas.

Selama proses kedatangan hingga penguburan jenazah tidak ada hambatan sedikitpun. Pukul 11.30 WITA proses penguburan selesai. Para pelayat pun kembali kerumah masing-masing dengan tertib. [Umar, Ibnu Mansyur]