Pemberitaan syahadatnya “Kepala Suku Besar Asmat Masuk Islam, membuat
Pemimpin Gereja Katolik Keuskupan Agats-Asmat, Papua, Mgr Aloysius Murwito OFM,
menjadi panik. Atas pemberitaan tersebut, Sang Uskup memberi tanggapan panjang
lebar berupa bantahan melalui email Voa-Islam.
Menurut Uskup, yang masuk Islam di Suku Asmat bukanlah Kepala Suku Besar,
melainkan hanya warga biasa. Ketika dikonfirmasi, Ustadz Fadzlan Garamatan yang
turut mensyahadatkan Umar Abdullah, sang kepala suku, dengan enteng mengatakan,
bantahan itu tak perlu ditanggapi.
Berikut ini tanggapan (klarifikasi) dari keuskupan tentang berita “Kepala
Suku Besar Asmat Masuk Islam” yang ditujukan Pimpinan Majelis Ulama Islam Asmat
dan Kepala Penyelenggara Islam Kantor Kementrian Agama Kab. Asmat di Agats –
Asmat:
Menyimak pemberitaan yang dibuat oleh saudara-saudari muslim lewat media
maya tentang “Kepala Suku Besar Asmat Masuk Islam” sungguh disayangkan karena
tidak benar. Mungkin ada benarnya bahwa ada orang Asmat dari Kampung Per
bersama keluarganya sebagaimana diberitakan masuk Islam, tetapi bahwa dia
adalah seorang kepala suku besar Asmat sungguh suatu kekeliruan atau kesalahan.
Pemberitaan sensasional yang keliru atau salah ini langsung mau pun tidak
langsung memiliki dampak religius, sosial dan kultural dalam kehidupan bersama
di Asmat.
Menyadari semua itu maka kami sebagai Uskup Keuskupan Agats yang adalah
Pemimpin Tertinggi Gereja Keuskupan Agats – Asmat ingin menyampaikan beberapa
klarifikasi dan harapan atau himbauan kepada kita semua khususnya MUI Asmat dan
Kepala Penyelenggara Islam Kantor Kementrian Agama Kab. Asmat, demi terciptanya
kerukunan, toleransi dan persaudaraan sejati dalam hidup bersama di tanah Asmat
ini. Semoga klarifikasi dan himbauan ini menjadi masukan dan pertimbangan yang
membantu kita semua dalam membangun komunikasi yang lebih benar dan objektif.
Klarifikasi : “Kepala Suku Besar Asmat”
Dalam klarifikasi lainnya, Sang Uskup menulis bantahannya:
- Pengakuan atau gelar Kepala Suku Besar Asmat yang diberikan kepada
Sinansius Kayimter (Umar Abdullah Kayimter) tidak benar. Pernyataan atau
pemberitaan itu adalah sebuah kebohongan public karena tidak pernah terjadi dan
tidak pernah ada dalam kebudayaan suku Asmat sampai dengan saat ini. Gelar
kepala suku hanya diberikan, berlaku dan terbatas dalam satu rumpun saja.
Kepala suku ini pun bersifat warisan – diturunkan dari leluhur – ayah pada
garis lurus dan langsung.
Secara structural adat / budaya Asmat, yang ada dan diakui adalah Kepala
Perang dan bukan Kepala Suku apalagi Kepala Suku Besar Asmat. Kepala suku itu
ada tetapi bersifat local dan terbatas; artinya tidak diakui dan berlaku untuk
seluruh Asmat. Untuk saudara Sinansius, ia adalah warga biasa seperti saudara
dan saudari lain yang ditinggal di kampung Peer, Distrik Agats. Dalam struktur
social dan budaya/adat, dia tidak memiliki posisi, kedudukan atau pun jabatan
(kekuasaan) apa pun. Bahwa media kemudian memberitakan dia sebagai Kepala Suku
Besar Asmat, adalah bentuk kebohongan belaka.
- Setelah dicermati dengan saksama dan berdasarkan document resmi gereja
Katolik Keuskupan Agats – Asmat, saudara Sinansius Kayimter (Umar Abdullah
Kayimter) adalah warga biasa yang lahir di Per tanggal 13 Desember 1962 dan
dibaptis dalam Gereja Katolik pada tanggal 31 Januari 1963 di Per oleh Pastor
Miller, OSC. Sebagai saksi pembaptisan waktu itu adalah bapak Mikael Apakci.
Data kelahiran dan baptisan ini tercatat dalam buku Baptis Paroki Ewer No. LB.
IV. 5988, tahun 1963.
Masih dalam bantahan sang Uskup:
- Perlu diketahui pula bahwa dewasa ini masyarakat mengenal yang namanya
ketua LMAA (Lembaga Masyarkat Adat Asmat). LMAA ini diakui bersama baik oleh
masyarakat adat maupun pemerintah yang diketuai oleh Bapak Yuvensius Alvons
Biakai, BA. SH. Jabatan ini ia emban sebelum menjadi bupati sampai sekarang
ketika ia dipilih dan menjabat sebagai Bupati Asmat dalam periode kedua
berjalan.
- Kami sangat menyesal dan menyayangkan berita yang sensasional itu. Berita
ini hemat kami sangat tendensius dan provokatif, dimana dengan mengatakan bahwa
Kepala Suku Besar Asmat masuk Islam seolah-olah semua orang Asmat telah masuk
atau menjadi islam. Kami mau mengatakan bahwa berita soal Sinansius dan
keluarganya menjadi Islam mungkin benar tetapi bahwa dia seorang Kepala Suku
Besar Asmat adalah suatu yang tidak benar, tidak objektif dan merupakan suatu
kebohongan public yang direkayasa oleh orang tertentu, kelompok tertentu dan
media yang memberitakannya.
- Tanpa kita sadari bahwa dampak dari pemberitaan yang tidak objektif ini
dapat menciptakan keresahan dan konflik internal – konflik saudara – konflik
keluarga antara masyarakat di kampung Per maupun kampung lain yang ada di Asmat
ini.
Keuskupan pun memberi himbauan bersama:
- Kami mengharapkan agar pimpinan MUI dan Ketua Penyelenggara Agama Islam
di Kantor Kementrian Agama Islam Kab. Asmat bisa meneruskan dan mengklarifikasi
berita ini kepada sumber-sumber media on line sebagaimana beberapa Website dan
Koran yang telah membuat pemberitaan yang tidak benar itu. Intinya bahwa
Sinansius Kayimter (Umar Abdullah Kayimter) yang telah menjadi islam setelah
melalui upacara pengukuhan pada tanggal 19 Pebruari 2012 di Masjid Darussalam,
Jati Bening – Bekasi, Jawa Barat dengan didampingi oleh ustadz Fadhlan
Garamatan dan Imam Masjid Istiqlal – Ali Hanayiah, sesungguhnya bukan Kepala
Suku Besar Asmat. Yang bersangkutan hanyalah masyarakat biasa di kampung Per
distrik Agats, Kabupaten Asmat.
- Kami meminta kepada saudara-saudari muslimin dan muslimah agar tetap
menjaga toleransi, kerukunan dan persaudaraan antara umat beragama dan
masyarakat di Asmat dengan menyampaikan, menyiarkan, mengajarkan, memberitakan
segala sesuatu dan khususnya berkaitan dengan agama atau iman kepercayaan yang
bersentuhan dengan agama atau kepercayaan lain secara objektif dan akurat.
Jangan kita hanya menyebarkan berita bersifat isapan jempol, sensasional dan
tendensius yang bisa berdampak pada disharmonitas dan konflik sosial di
kalangan masyarakat Asmat dan Papua pada umumnya.
- Perlu diketahui dan disadari bersama bahwa semua masyarakat di Asmat
telah memiliki iman dan menganut agama atau kepercayaan tertentu (tidak ada
yang khafir). Untuk itu mari kita saling menghargai dan mendukung satu sama
lain dalam ranah hidup bersama dengan semangat persaudaraan dan toleransi.
Demikian klarifikasi dan himbauan dari kami Uskup Keuskupan Agats (Pemimpin
Gereja Katolik Agats-Asmat) semoga dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi
kita semua. Atas perhatian dan tanggapan baik dari semua pihak saya sampaikan
banyak terima kasih.
Agats, 9 Maret 2012
Hormat kami,
† Mgr. Aloysius Murwito, OFM
Uskup Keuskupan Agats
Uskup Keuskupan Agats
Seperti itulah bentuk ketakutan (paranoid) Sang Uskup. Tentu saja
pemberitaan media Islam tentang masuknya Kepala Suku Besar Asmat itu sangat
membuat resah para missionaris di Nuuwar (Papua). Mereka khawatir jika banyak
pengikut Kepala Suku Asmat Besar itu akan berbondong-bondong masuk Islam.
Allahu Akbar!!
Sumber http://www.voa-islam.com