Setelah ditingkatkan statusnya menjadi Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme (BNPT) dimana dana operasionalnya diambilkan dari APBN, maka Kepala
BNPT Irjen Pol (Purn) Ansyaad Mbai semakin gencar mengkampanyekan
deradikalisasi di Indonesia. Dengan menggandeng MUI Pusat dan Forum Komunikasi
Praktisi Media Nasional (FKPMN), BNPT meluncurkan roadshow halaqoh ke berbagai
kota besar di seluruh Indonesia dengan mengundang para ulama dan tokoh-tokoh
ormas Islam di daerah. Namun tujuan terselubung dari halaqoh sesungguhnya
adalah untuk mendiskreditkan dan melemahkan kekuatan ormas-ormas Islam yang
dinilai radikal dan selalu berseberangan dengan pemerintah.
Namun ternyata halaqoh yang sesungguhnya merupakan proyek deradikalisasi
dari BNPT itu ternyata mendapat “perlawanan” dari MUI Kota Surakarta. Dibawah
Ketuanya Prof. Dr. dr. H. Zainal Arifin Adnan SpPD-KR FINASIM yang juga Dekan
Fakultas Kedokteran UNS Sebelas Maret Surakarta, diterbitkanlah sebuah buku
putih yang mengkoreksi sekaligus meluruskan seluruh bahan dan isi slide dari
halaqoh termasuk slide yang selalu ditampilkan kemana pun Kepala BNPT Ansyaad
Mbai menjadi pembicara seminar mengenai terorisme.
Berikut ini wawancara Abdul Halim dari Tabloid Suara Islam dengan Ketua MUI
Kota Surakarta, Prof. Dr. dr. H. Zainal Arifin Adnan yang sengaja menemuinya di
kota Surakarta dan membahas seputar halaqoh dan penerbitan buku Gerakan
Deradikalisasi serta bagaimana pandangannya mengenai umat Islam yang selalu
dijadikan sasaran fitnah dalam kasus terorisme akhir-akhir
ini.
Suara Islam: Mengapa MUI Kota Surakarta sampai menerbitkan buku putih “Kritik
Evaluasi & Dekonstruksi GERAKAN RADIKALISASI Aqidah Muslimin Indonesia” ?
H. Zainal Arifin Adnan: Bermula dari adanya sebuah halaqoh (pertemuan)
yang diadakan pada 21 November 2010 lalu di sebuah hotel di kota Solo, yang
diselenggarakan MUI Pusat bersama Forum Komunikasi Praktisi Media Nasional
(FKPMN). Halaqoh itu mengundang delegasi MUI se Jawa Tengah, DIY dan Madura
serta para ulama dan tokoh ormas Islam. Halaqoh itu bertemakan “Peran
Ulama dalam Mewujudkan Pemahaman Keagamaan yang Benar.” Halaqoh
sebelumnya telah diadakan di berbagai kota seperti Jakarta dan Medan. Undangan
untuk meng-hadiri halaqoh sangat mendadak hanya sehari sebelum acara
dimulai.
Kemudian kita kontak Ketua MUI Pusat KH Ma'ruf Amin, ternyata beliau tidak
mengetahui kalau halaqoh juga diadakan di kota Solo. Kemudian kita kontak teman
di Jakarta, ternyata menurut keterangannya halaqohnya hanya monolog, jadi tidak
diadakan di-alog karena para peserta hanya menerima paparan pembicara
diantaranya dari MUI Pusat dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT).
Ternyata bahan halaqoh yang didapat dari Jakarta tidak cocok dan kita juga
mendapatkan slidenya. Ternyata dalam slidenya, banyak ayat Al Qur'an yang
terpotong, terjemahannya tidak pas dan hadistnya juga tidak pas sumbernya serta
contohnya juga tidak pas. Maka sebagai ulama, kita wajib meluruskan, sebab
bertanggungjawab terhadap umat dan itu merupakan fardhu 'ain.
Maka MUI Solo mengumpulkan para ulama, tokoh umat dan cendekiawan muslim
untuk menerbitkan buku putih setebal 128 halaman lengkap dengan daftar
pustakanya untuk menjawab bahan-bahan dari halaqoh tersebut, sebab kalau sampai
keliru bisa sesat dan menyesatkan. MUI Solo merasa mempunyai tanggungjawab
untuk meluruskan beberapa tulisan yang keliru dalam slide tersebut. Seperti
seorang dokter, kalau mendiagnosa penyakitnya salah pasti terapinya juga salah
dan akibatnya akan sangat fatal bagi pasien.
Suara Islam: Mengapa buku putih Gerakan Radikalisasi ini dibuat ?
H. Zainal Arifin Adnan: Buku putih ini kita buat untuk meluruskan
halaqoh tersebut. Buku ini bersifat ilmiah sehingga selalu ada referensinya.
Jadi bukan dari pendapat saya atau ulama, tetapi berdasarkan referensi secara
ilmiah. Buku ini bisa merupakan pendapat MUI Solo, ulama dan tokoh masyarakat.
Saya kira penerbitan buku ini merupakan fardhu 'ain untuk menggugurkan dosa
semuanya.
Terus terang saya kasihan sama Presiden SBY kalau tidak kita luruskan maka
akan dosa semuanya terutama pada Presiden SBY. Saya sebagai Ketua MUI Solo dan
sesama muslim sering menangis, sebab saya mempunyai presiden sering dipakai
untuk bahan tertawaan. Saya juga kasihan sama Kepala BNPT Ansyaad Mbai, sebab
beliau bukan ahli tentang Islam tetapi menilai Islam.
Kalau sama-sama Islam tetapi pendapatnya berbeda, maka kita wajib kembali
kepada Al Qur'an dan As Sunnah. Maka penerbitan buku ini merupakan sesuatu yang
positif, siapapun yang ingin mencetaknya silahkan, tetapi terlebih dahulu harus
melalui izin MUI Solo. MUI Solo tidak pernah mengeluarkan dana untuk
menerbitkan buku ini, semuanya sumbangan dari umat Islam. MUI Solo menerbitkan
buku ini dengan tulus ikhlas, tidak memiliki maksud dan tujuan politik apapun.
Jadi siapapun yang merasa memiliki kewajiban fardhu 'ain, maka wajib mener-bitkan
buku putih ini.
Suara Islam: Mengapa MUI Solo berani berbeda pendapat dengan MUI Pusat yang justru melakukan kerjasama dengan BNPT untuk mengkam-panyekan proyek deradikalisasi ?
H. Zainal Arifin Adnan: Saya kira ulama itu tidak mengenal budaya
birokrasi seperti dalam pemerintahan. Bisa saja ulama desa ternyata lebih
pandai dari ulama MUI Solo atau MUI Pusat. Jadi kepandaian dalam agama itu
tidak hanya dimiliki ulama MUI Solo atau MUI Pusat saja, tetapi juga ulama di
pedesaan terpencil bahkan di wilayah pegunungan.
Suara Islam: Menurut Anda, apakah gerakan deradikalisasi yang dikampanyekan secara
gencar BNPT, memang sasarannya umat Islam Indonesia ?
H. Zainal Arifin Adnan: Kalau selama ini yang kita dengar dari BNPT
sasarannya bukan umat Islam. Tetapi selama ini BNPT selalu menyatakan mereka
yang tertangkap sebagai teroris itu membawa syariat Islam dan cita-cita
melakukan jihad, maka inilah yang menggarisbawahi adanya benang merah
keterkaitan itu. Ucapannya ternyata lain dengan perbuatannya, seperti yang kita
ambil dan ulas dalam slide dari beliau (Ansyaad Mbai) sendiri. Bahkan dalam
buku ini sebagian kita ambil dari slide beliau sendiri kemudian kita luruskan.
Suara Islam: Apakah deradikalisasi yang dikampanyekan BNPT merupakan proyek untuk menghancurkan kekuatan ormas-ormas Islam ?
H. Zainal Arifin Adnan: Wallahu A'lam, yang mengetahui hati kita
masing-masing. Tetapi harus diingat, kita ini bukan orang bodoh dan rakyat juga
tidak bodoh. Kita wajib membela diri dengan meluruskan. Karena kita ulama, maka
meluruskannya secara syar'i dan kekeluargaan. Karena pelaksanaan halaqoh
ditujukan kepada para ulama dan umat Islam, maka kita menjawabnya dengan
meluruskan melalui buku putih ini.
Suara Islam: Mengapa umat Islam selalu mendapat stigma negatif sebagai teroris,
sedangkan pihak Kristen seperti RMS di Maluku dan OPM di Papua hanya sebagai
separatis ?
H. Zainal Arifin Adnan: Bahkan akhir-akhir ini istilah separatis
diusulkan untuk dicabut sehingga nantinya untuk menyebut RMS dan OPM tidak
memakai istilah separatis lagi. Saya kira itu sudah tercetak dalam ayat Al
Qur'an yang menyebutkan: “Mereka berusaha memadamkan cahaya (agama)
Allah dengan tangan mereka, tetapi Allah akan menolong cahaya Nya meski orang-orang
kafir mem-benci.”
Suara Islam: Menurut Anda, apakah kampanye deradikalisasi yang digerakkan BNPT mendapat bantuan asing terutama dari AS dan Australia ?
H. Zainal Arifin Adnan: Saya kira itu diluar jangkauan ulama sehingga ulama
tidak bisa masuk kesana. Bashiroh (mata hati) kita hanya bertanya, kok sampai
begitu, orang mengaku Islam tidak paham Islam tetapi menilai Islam. Ini pasti
ada sesuatu inisiatif besar grand design besar, berdosa kita kalau tidak
mengingatkannya.
Suara Islam: Ada ayat yang menyatakan “Wamakaru wamakarallah. Wallahu khoirul maakiriin.” Adanya gerakan deradikalisasi apakah merupakan makar terhadap Allah dan umat Islam ?
H. Zainal Arifin Adnan: Karena ayat Al Qur'an demikian adanya, saya kira
itu makar terhadap Allah yang sudah dicetak dalam Al Qur'an. Kita nanti akan
ditanya Allah: “Apakah kamu kira gampang masuk Jannah, Aku belum melihat
jihadmu (kesungguhanmu) dalam membela Islam.” Adapun yang sering
dipakai slogan Muhammadiyah: “Jika kamu ingin menolong (agama) Allah, maka
Allah akan menolongmu.”
Kita ini menolong agama Allah dengan meluruskan berbagai kesalahan yang
selama ini ada dalam halaqoh BNPT. Kita juga berusaha menolong umat Islam
dengan meluruskannya agar selamat dihadapan Allah dan mendapat hidayah Allah
SWT.
Sedangkan bagi yang aktif menyebarkan slide-slide halaqoh keliling
Indonesia, semoga slidenya salah. Maka seharusnya program kampanye
deradikalisasi ini segera dihentikan sebelum dikonsultasikan dan dibetulkan
terlebih dahulu oleh ulama. Ulama pun harus ulama yang betul, ulama khos dan
ulama khoir.
Suara Islam: Pada zaman Orde Baru lalu mun-culnya Kasus Imron, Komando Jihad, Teror Warman dan lain-lain, ternyata hasil operasi intelijen. Apakah munculnya teroris sekarang ini juga hasil operasi intelijen untuk mendiskreditkan umat Islam Indonesia ?
H. Zainal Arifin Adnan: Saya termasuk sebagian kecil orang yang tidak
percaya dan pendapat itu dibolehkan dalam demokrasi. Saya tidak percaya kalau
itu betul-betul teroris. Pasalnya, saya tidak pernah dengar suaranya dari
mereka yang dituduh teroris dan yang ditembak mati. Saya mempercayai suara Tim
Pembela Muslim (TPM). TPM melaporkan kepada kita berbeda dengan yang selama ini
kita dengar. Saya percaya pada TPM saja. Kalau saya sampai menjangkau kesana
bukan wewenang saya untuk menilai benar atau tidak, tetapi saya boleh saja
tidak percaya. Tetapi saya tidak bisa menjustifikasi karena posisi saya
sebagai seorang ulama. Saya juga teringat kesenian ketoprak yang menceriterakan
mengenai antek kompeni. Saya hanya bisanya istighfar saja, apa ini terulang
mengenai antek kompeni. Kita sekarang dipertontonkan suatu sandiwara atau
ketoprakan.
Suara Islam: Menurut Anda, apakah salah satu tugas ulama adalah mengingatkan umat
Islam ?
H. Zainal Arifin Adnan: Ya, salah satu tugas ulama memang mengingatkan
umat Islam. Seperti dalam Surat Adz-Dzaariyaat (51) ayat 55: “Dan
tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi
orang-orang yang beriman.” Juga dalam Surat Al-A'laa (87) ayat
9: “Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu
bermanfaat.”
Kalau beliau-beliau itu sering mengakui di televisi kalau dirinya juga umat Islam dan beriman, maka kita ingatkan dengan ini, bagaimana. Semoga beliau tidak terkena ayat Allah: “Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasiq”. Jika sampai terkena ayat itu, masya' Allah, kasihan sekali mereka.
Kalau beliau-beliau itu sering mengakui di televisi kalau dirinya juga umat Islam dan beriman, maka kita ingatkan dengan ini, bagaimana. Semoga beliau tidak terkena ayat Allah: “Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasiq”. Jika sampai terkena ayat itu, masya' Allah, kasihan sekali mereka.
Suara Islam: Apakah MUI Pusat pernah mengirim utusan ke MUI Solo untuk
membicarakan buku putih mengenai Gerakan Deradikalisasi ini ?
H. Zainal Arifin Adnan: Memang pernah. Kepada utusan MUI Pusat saya
katakan: “laa yamasuhu illal muthoharuun”. Jadi niat utusan
MUI Pusat kesini harus bersih. Kalau dari sana sudah membawa justifikasi,
seperti kesimpulan dalam halaqoh dimana sudah diskenario dari sana, ya kesini
tidak ada gunanya. Kalau mereka kesini dengan hati bersih, insya Allah akan ada
manfaatnya. Makanya sekarang dia sudah tidak berani menjustifikasi. Tetapi
katanya mereka hanya dengar-dengar saja, kalau begitu harus tabayun. Setelah saya
jelaskan, mereka baru kaget. Ternyata semua isi buku ini berdasarkan studi
kepustakaan, jadi bukan karangan. Buku putih ini bukan pendapat saya, tetapi
pendapat semua yang andil dalam membuatnya. Daftar pustakanya lengkap, jadi
kita tidak sembarangan dalam membuat buku putih ini. Jadi buku ini benar-benar
ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan isinya.
Sebaliknya dalam penelitian kami, daftar pustaka yang dipakai di slide
halaqoh itu ternyata tidak benar cara mengambil. Kemudian kita koreksi supaya
tidak berdosa. Semuanya kembali kepada Allah. Ayatnya kan sudah
jelas: “Wahai orang-orang beriman, taatlah kepada Allah, taatlah kepada
Rasul dan ulil amri diantara kamu. Jika ada sesuatu masalah, maka kem-balikan
kepada Allah dan Rasul Nya.”
Ayat ini cukup menarik dimana kita diminta untuk taat kepada Allah, Rasul
dan ulil amri. Tetapi kalau ada masalah apapun maka kembalinya kepada Allah dan
Rasul Nya, ulil amri tidak disebut dibelakangnya. Ayat Al Qur'an ini sangat
hebat sekali. Ulil amri itu apakah ulama atau penguasa atau siapa pun, jangan
kembali kepada manusia, tetapi kembalilah kepada Allah dan Rasul Nya. Karena
ulil amri itu manusia yang memiliki nafsu dan diciptakan dalam kondisi dhoif
atau lemah, tempat salah dan lupa. Bagaimana pun ini merupakan konsekwensi kita
di negara demokrasi yang bebas dan beragama, meski bukan negara agama tetapi
juga bukan negara setan.
Namun anehnya ada yang mengaku ulama tetapi sinis terhadap
fatwa-fatwa ulama, bahkan ada yang mengatakan MUI dibubarkan saja, karena
fatwanya tidak dianggap. Boleh saja mereka tidak menganggap fatwa ulama. Tetapi
yang diingatkan Allah dan Rasul Nya dalam Al Qur'an dan As Sunnah adalah umat
yang bisa diatur sebagai tanda bukti orang yang bertaqwa, yakni mengembalikan
persoalan kepada Allah dan Rasul Nya. Saya kira ini sesuatu yang sangat
positif.
Suara Islam: Bagaimana sebaiknya menurut Anda, hubungan antara ulama khoir dan
penguasa?
H. Zainal Arifin Adnan: Ulama khoir wajib menasehati penguasa secara baik dan santun, karena penguasa mempunyai kunci masuk Jannah asal memerintah dengan adil. Jadi kalau memerintah tidak adil dan tidak sesuai dengan tuntunan Islam, maka penguasa bisa masuk neraka. Apalagi hidup dan kekuasaan ini hanya sementara. Ulama khoir wajib mengingatkan para penguasa, karena kekuasan sewaktu-waktu akan lengser tidak abadi dan nantinya mereka juga akan mati dan mempertanggung-jawabkan semuanya di akhirat nanti. Jadi ulama khoir itu harus sabar dalam mengingatkan penguasa, karena kunci keberhasilan perjuangan menegakkan kebenaran adalah dengan kesabaran. (SI-online/arrahmah.com)
Sumber http://arrahmah.com