Bila ditempat lain dianggap pornoaksi, berbeda dengan di Bali. Aksi
cium-ciuman massal antar remaja lawan jenis dianggap sebagai tradisi
suci yang harus dilestarikan. Ritual ini dilakukan oleh remaja Bali
sehari setelah pelaksanaan catur brata penyepian di Banjar Kaja,
Sesetan, Denpasar, Bali ada tirual ciuman massal yang digelar setahun
sekali.Ciuman massal itu disebut ritual omed-omedan. Omed-omedan berasal
dari kata omed yang artinya tarik. Dengan demikian, omed-omedan berarti
tarik-menarik.
Ritual yang sudah dilaksanakan sejak lama dan turun temurun ini
biasanya menarik perhatian sebagian besar warga Denpasar dan wisatawan
asing. Ribuan warga rela berdesakan guna menyaksikan bagaimana tradisi
tersebut digelar, Sabtu (24/3) sore.
Tarian dan doa mengawali ritual yang melibatkan puluhan pemuda pemudi
setempat. Para pemuda lanjut berbaris satu-satu demikian juga pemudi
yang berpakaian adat. Posisi mereka akhirnya berhadap-hadapan.
Di barisan depan, seorang pemuda dan pemudi yang dipilih untuk ritual
ini diangkat oleh dua orang. Begitu aba-aba dimulai, mereka mendorong
dua anak muda itu, bergerak maju hingga akhirnya berciuman.
Namun hanya hitungan detik, sang pemberi aba-aba menyiramkan air pertanda kedua muda mudi itu harus menghentikan ciumannya.
Ritual ini hanya dijalankan muda-mudi dari banjar bersangkutan yang
telah ditentukan sebelumnya. Tradisi yang digelar sehari pasca-Nyepi
mendapat perhatian masyarakat luas hingga pejabat.
Perihal tradisi aneh dan kontroversial ini diakui tokoh atau Tetua
Puri Oka, I Gusti Ngurah Oka Putra, sejatinya ungkapan kegembiraan anak
muda di hari ngembak geni.
Warga setempat, ungkapnya, tidak berani meninggalkan tradisi ini
sebab konon sempat terjadi pertarungan dua ekor babi yang tidak jelas
keberadaan dan siapa pemiliknya.
“Lewat cara spiritual, ada petunjuk bahwa omed-omedan kehendak
sesuhunan yang beristana di Pura Banjar dan harap diteruskan oleh
warga,” ulas Oka.
Dia melanjutkan, tradisi ini memberi makna penghormatan tehadap leluhur dan Tuhan Yang Maha Esa.
“Juga memiliki nilai sosial tinggi memupuk rasa kesetiakawanan warga
khususnya generasi muda untuk saling memberi dan meminta dalam suka dan
duka,” paparnya.
sumber http://arrahmah.com