Sekitar 40 tentara dari Batalion Infanteri 342 mendarat di pasar desa Thee
Chaung (Balukhali), utara Maungdaw sekitar pukul 14.30 waktu setempat pada Rabu
(22/8/2012) lalu dan mereka menjarah sebuah toko di depan banyak pembeli dan
saksi lainnya.
"Para prajurit yang beroperasi di sekitar perbatasan burma menjarah
toko milik Mohammed Ali. Mereka mengambil banyak barang dan menolak untuk
membayarnya," ujar pejabat desa setempat.
"Saat penjaga tokoh memaksa para tentara untuk membayar, ia dipukuli
dengan sangat parah dan kini mengalami cedera serius. Banyak orang di
sekitar yang menyaksikan insiden itu namun tidak berani campur tangan."
Pejabat tersebut melaporkan kejahatan tentara Myanmar tersebut ke Pejabat
Administrasi Distrik di Maungdaw.
Ketika para tentara tahu bahwa pejabat lokal telah memberitahukan kasus
penjarahan tersebut ke pejabat senior di Maungdaw, mereka mulai memburu para
pejabat desa.
Para tentara brutal tersebut memanggil seluruh pejabat desa setempat ke
kamp mereka, menginterogasi mereka dan mendapatkan seorang pejabat yang
bertanggung jawab atas pelaporan itu.
Mereka kemudian dengan sangat brutal memukulinya. Pejabat lainnya
yang mengatakan kepada tentara bahwa apa yang mereka lakukan di toko itu
tidaklah benar, juga dipukuli dan dianiaya.
Keduanya kemudian dibebaskan dengan peringatan bahwa mereka tidak boleh
melaporkan insiden pemukulan ini kepada siapapun. Namun berita penyiksaan
terhadap dua pejabat desa oleh tentara Myanmar, bocor oleh seorang tetua desa
Thee Chaung.
Dalam peristiwa lain, pasukan "keamanan" Myanmar juga membakar
beberapa toko milik Rohingya di desa Khamaung Zeik, utara Maungdaw. Api
meratakan toko dan dimatikan sebelum menelan toko lain milik Rakhine.
Barang senilai miliaran kyats di dalam toko-toko itu hancur dalam kebakaran.
(haninmazaya/arrahmah.com)