Siapa tak kenal Felix Y Siauw? Apalagi jika anda memiliki akun twitter.
Pasalnya, mualaf yang satu ini belakangan sangat happening di jejaring
sosial tersebut.
Sabtu lalu (4/8) ia hadir dalam Inspirasi Ramadhan, di paving block
Masjid Salman ITB. Pada jamaah Salman ia berkisah tentang proses perubahannya
menjadi seorang muslim. Jalan yang ditempuh pun boleh dibilang panjang dan
berliku.
Awalnya, Felix memiliki pandangan jelek terhadap Islam. Bahkan, untuk
melihat orang yang berkerudung saja ia jijik. “Islam itu teroris, Islam itu
tidak sesuai dengan perkembangan zaman”, begitulah pemikirannya dulu. Namun,
sejak kecil ia ternyata berbakat kritis. Tatkala menginjak kelas 3 SD ia
memutuskan keluar dari agama yang dianut keluarganya sejak kecil, Katolik.
“Saya tidak percaya tuhan sudah mati, saya ragu, jadi saya tinggalkan,”
katanya. Ketika menginjak semester dua di IPB, ia mencari jawaban
pertanyaan-pertanyaan besarnya. Pertanyaan seperti, hidup itu untuk apa?
Setelah mati seperti apa? Kenapa tuhan menciptakan surga? Kenapa tuhan
menciptakan neraka? Dan masih banyak kenapa-kenapa lainnya.
Berdiskusilah ia dengan temannya bernama Syamsul, yang beragama Islam.
Pembicaraan terseut berujung dengan pertemuan antara Felix dan seorang Ustadz
kenalan Syamsul yang berusia 28 tahunan.
Barulah ia mendapat pencerahan tentang agama Islam yang sebenarnya. Tatkala
diskusi langsung membahas Alquran ia terkesima. “Satu-satunya kitab yang bisa
dibuktikan dengan akal,” kata Felix.
Awalnya Felix berontak, dikiranya Alquran itu sama halnya seperti
alkitabnya dulu, buatan manusia. Ternyata bukan. Alquran itu wahyu langsung yang
diturunkan Tuhan.
Felix kian terhenyak ketika disampaikan ayat berikut; “Dan jika kamu
(tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami
(Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Alquran itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS.
Al-Baqarah: 23).
Tidak Ada Rumus Merubah Orang
Ketika ada yang bertanya bagaimana merubah seseorang, maka Felix menjawab
“Tidak ada.” Ia menjadi seorang muslim karena ia menerima Islam.
Setelah masuk Islam, ia terus memperkaya pengetahuannya. Selain berdiskusi
rutin degan ustadznya, ia pun memiliki kebiasaan membaca buku. Ia meluangkan
setidaknya 2 jam untuk membaca buku dalam satu hari. Maka, dalam satu
tahun ia dapat menghabiskan 80 buku.
“Ilmu itu diikat dengan menyampaikannya,” katanya mantap. Setelah memilki
pengetahuan tentang ilmu agama maka Felix langsung menyampaikannya.
Di akhir acara, ia berbagi tips-tips mempelajari Islam. Pertama, pelajari
kajian-kajian yang bersifat khusus. Kedua, ikuti halaqah atau liqa, untuk
bertukar ilmu dengan yang lain. Ketiga, harus sistematis. Untuk mempelajari
aqidah, sebaiknya dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan “Why” bukan “What” dan
“How”.