Banyak fakta yang membuktikan, bahwa para biksu Budha pun membenci etnis
Muslim Rohingya. Para biksu yang seharusnya meluruskan rezim yang zalim dan
menenangkan umatnya untuk tidak membantai Muslim Rohingya, justru ikut andil
dengan menggelar aksi anti-Rohingya pada ke warga Myanmar. Salah satu pamflet
yang dibagikan bertulisan "rencana untuk membasmi etnis lain."
Bahkan, ada segelintir biksu yang ikut-ikutan menyerang Muslim Rohingya,
seperti kita saksikan di media maya.
Para pemuka agama itu juga memblokir bantuan kemanusiaan yang diberikan
aktivis kemanusiaan untuk warga Rohingya. "Belakangan ini, biksu-biksu
memainkan peranan untuk menolak bantuan asing yang ditujukan kepada warga
Muslim. Mereka mendukung kebijakan Pemerintah Myanmar," ujar salah seorang
anggota LSM Chris Lewa, seperti dikutip Independent, Rabu (25/7).
"Seorang anggota relawan di Sittwe mengatakan kepada saya bahwa
biksu-biksu itu berada di dekat kamp Rohingya dan melakukan pemeriksaan. Mereka
mengusir seluruh orang yang hendak memberikan bantuan ke warga Rohingya,"
tambahnya.
Kedua organisasi biksu terbesar di Myanmar, Assosiasi Biksu Muda Sittwe dan
Mrauk juga menyerukan agar warga Myanmar tidak bergaul dengan Muslim Rohingya.
Dalam sebuah pernyataannya, para biksu itu mendesak warga setempat agar tidak
berkomunikasi dengan warga Rohingya. Sementara itu para pimpinan fraksi politik
di Myanmar berupaya untuk mengusir 800 ribu warga minoritas itu dari Myanmar.
“Muslim Rohingya bukanlah kelompok etnis Burma. Mereka akar penyebab
kekerasan,” kata salah seorang pemimpin biksu, Ashin Htawara dalam sebuah acara
di London.
Direktur Kampanye Myanmar asal Inggris, Mark Farmaner secara terpisah
mengatakan, dirinya terkejut dengan peranan para biksu. Mereka begitu agresif
mendatangi kamp pengungsi dan memblokir setiap bantuan yang ada. “Kami sangat
terkejut dengan masalah ini,” kata Farmaner.
Biksu Kok Anarkis
Dikabarkan pula, Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk
urusan HAM, Tomas Quintana mengunjungi lokasi kerusuhan yang terjadi antara
warga Budha Myanmar dengan Muslim Rohingya. Kunjungannya itu diwarnai protes
dari sekitar 100 warga Myanmar.
Biksu setempat U Arsi Ra mengatakan, sekitar 100 warga Budha Myanmar protes
di kota Maungdaw saat PBB mengunjungi negara bagian Rakhine. Menurut Arsi Ra,
para pendemo meminta badan PBB yang mengurusi pengungsi (UNHCR) untuk tidak
melakukan diskriminasi antara warga Budha dan Muslim Myanmar.
Beberapa warga Budha terutama etnis Rakhine di Myanmar, menilai UNHCR
bersikap bias dan berpihak kepada warga Muslim Rohingya. Mereka menilai hal ini
disebabkan oleh PBB merekrut personilnya dari komunitas Muslim.
Sebelumnya pihak berwenang Myanmar menangkap beberapa staf UNHCR yang
dicurigai memicu kerusuhan warga Budha-Muslim yang menewaskan lebih dari 70
orang. Sementara aktivis Budha mendesak ditegakannya keadilan bagi seluruh
korban kerusuhan yang terjadi Juni lalu.
Aktivis HAM internasional telah melaporkan bahwa pihak berwenang Myanmar
melakukan tindakan kekerasan terhadap Muslim Rohingya dan beberapa komunitas
minoritas Muslim lainnya.
Sangat jelas, biarawan Myanmar disebut turut andil menyebarkan kebencian
terhadap Muslim Rohingya, seperti dilaporkan LSM lokal, Arakan Project, Jumat
(27/7). Desastian/dbs