Kondisi serba terbatas membuat anak-anak Gaza merayakan Idul Fitri dengan
sederhana. Mereka sadar, meski telah bekerja keras selama Ramadhan tetap saja
sulit merayakan Idul Fitri layaknya anak-anak di negara Islam lainnya.
Ahmad Hussain, 12 tahun, mengaku tidak sempat membeli pakaian dan tak
mengharapkan Ediya (uang pemberian saudara) ketika Hari Raya Idul Fitri tiba.
"Saya tahu kondisi keluarga," papar dia seperti dikutip gulfnews.com,
Ahad (19/8).
Sudah menjadi tradisi di negara-negara Islam, anak-anak diberikan pakaian
baru, permen dan uang sebelum Idul Fitri. Namun, hal itu tidak lagi dialami
Hussain. Ia begitu sibuk menjajakan dagangannya di Pasar Al-Saha, pasar
terbesar di Jalur Gaza.
"Kami hampir tidak mampu mencukupi keluarga kami," papar dia. Ia
mengaku setiap Hari Raya Idul Fitri hampir dipastikan ia bersama keluarganya
merayakan dengan sederhana. Bahkan, kadang tidak sempat merayakan karena sibuk
bekerja.
Gaza mengalami blokade Israel sejak tahun 2006. Blokade itu
dilatarbelakangi keberhasilan Hamas memenangkan pemilu Palestina. Blokade
itu melumpuhkan perekonomian Gaza. Situasi kian runyam, ketika Israel
melancarkan serangan sporadis sejak akhir 2008.
Kondisi itu, memaksa anak-anak Gaza membantu orang tua mereka dengan
berjualan permen atau pernak-pernik di jalan. Tahun lalu, Biro Pusat Statistik
Palestina mengatakan sebanyak 50.000 anak bekerja di Jalur Gaza.