Presiden RI
Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya berbicara soal konflik Myanmar. Namun
pernyataan SBY tersebut justru tidak mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi
terhadap muslim Rohingya di Myanmar.
SBY menyatakan
bahwa tidak ada indikasi genosida terhadap kelompok minoritas Muslim Rohingya.
"Sejauh ini tidak ada indikasi genosida," ujar Presiden SBY dalam
keterangan pers di kediaman pribadinya di Cikeas, Kab. Bogor, Sabtu (4/8/2012).
Pernyataan SBY
tersebut jelas amat bertentangan dengan fakta yang ada. Menurut Statuta Roma
dan Undang-Undang no. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, genosida ialah
Perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan
seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama
dengan cara membunuh anggota kelompok; mengakibatkan penderitaan fisik atau
mental yang berat terhadap anggota kelompok; menciptakan kondisi kehidupan
kelompok yang menciptakan kemusnahan secara fisik sebagian atau seluruhnya;
melakukan tindakan mencegah kelahiran dalam kelompok; memindahkan secara paksa
anak-anak dalam kelompok ke kelompok lain.
Jika saja
Presiden SBY bersikap jujur, indikasi genosida terhadap etnis Muslim Rohingya
di Myanmar begitu jelas. Pimpinan delegasi Muslim Rohingya, Noor Husain Arakani
di Mansoora, Pakistan mengatakan, warga Muslim Myanmar dipaksa untuk berpindah
agama ke Budha. Jika menolak, maka mereka akan mendapat tindakan brutal.
"Mereka
dipaksa untuk memakan daging babi dan minum minuman keras. Kasus pemerkosaan
oleh gerombolan gang meningkat. Di beberapa tempat, orang-orang Muslim dibakar
hidup-hidup. Mereka bahkan tidak diperbolehkan untuk menggunakan telepon
seluler. Faktanya, pemerintah Myanmar ingin membersihkan Myanmar dari populasi
Muslim," ungkapnya seperti dilansir The News International, Kamis
(26/7/2012).
Hal senada juga
diungkapkan salah seorang perwakilan Arakan Rohingya Union (ARO), Kamaruddin
dalam pertemuan negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) di
Malaysia.
Kamaruddin
menjelaskan, Rohingya adalah bangsa minoritas yang paling teraniaya di dunia.
Tidak ada negara yang mengakui padahal mereka telah mendiami daerah ini ratusan
tahun.
"Junta
mengusir kami, memperkosa perempuan-perempuan, merampas harta, dikejar bagai
binatang, Bangladesh memusuhi kami, kami dari etnis mayoritas di provinsi
Arkhine yang terdiri 17 kabupaten. Sekarang kami menjadi minoritas di negeri
kami, tiada makanan untuk kami makan, walau untuk berbuka puasa, tiap hari
dalam dua bulan ini korban meninggal kelaparan, dibunuh, disiksa dan lain-lain.
Kain kafan pun tidak ada sehingga kami kebumikan dengan apa adanya," kata
Kamaruddin, Jumat (3/8/2012).
Apalagi upaya
pengusiran secara terang-terangan terhadap Muslim Rohingya didalangi oleh
pemerintah Myanmar sendiri.
Presiden
Myanmar, Thein Sein mengatakan bahwa satu-satunya solusi untuk mengatasi
konflik Muslim dan Buddha di Myanmar adalah dengan mengusir Muslim Rohingya ke
luar Myanmar. Ia meminta Muslim Rohingya dikirim ke kamp pengungsi yang dikelola
United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).
"Kami akan
mengusir mereka jika ada negara ketiga yang mau menerima mereka. Ini adalah
solusi terbaik untuk masalah ini," ujar Presiden Myanmar, Thein Sein Kamis
(12/7/2012).
Jadi
berdasarkan fakta-fakta sebenarnya sulit dibantah adanya indikasi genosida
terhadap muslim Rohingya, tapi hal itu justru tak diungkapkan Presiden SBY.
[Ahmed Widad/dbs]