Buka mata dan telinga, inilah fakta dan bukti-bukti nyawa keempat Pimpinan
FPI dalam situasi terancam saat mengunjungi Palangka Raya untuk tujuan Dakwah,
pelantikan pengurus FPI Kalimantan Tengah, dirangkai dengan Maulid Nabi
Muhammad Saw.
Bagi yang belum mengetahui kronologis penyerbuan gerombolan preman rasis
fasis dan anarkis yang mengatasnamakan masyarakat Dayat, sebaiknya simak
kembali kronologis percobaan pembunuhan terhadap Pimpinan FPI, beberapa waktu
lalu, Sabtu (11/2).
Jumat, 10 Februari 2012
Sebelum kedatangan pimpinan FPI ke Palangka Raya, Yansen Binti, Lukas
Tingkes dan Sabran, gembong preman rasis dan fasis yang mencatut dan
mengatasnamakan Dewan Adat Dayak (DAD) dan Majelis Adat Dayak Nusantara (MADIN)
menggelar rapat perencanaan penolakan, penghadangan, pengepungan, perusakan,
pembakaran, dan upaya pembunuhan terhadap rombongan Pimpinan FPI Pusat di Rumah
Betang (aula besar tempat musyawarah adat kegubernuran Provinsi Kaliman
Tengah).
Rupanya, gerombolan preman itu mengetahui, rombongan FPI itu akan
mengunjungi Palangka Raya dan Kuala Kapuas – Kalimantan Tengah dalam rangka
pelantikan pengurus FPI Palangka Raya, yang dirangkai dengan peringatan Maulid
Nabi Muhammad Saw. Usai rapat, keesokan harinya, Komplek Kegubernuran menjadi
titik kumpul dan tempat pelepasan gerombolan preman anarkis yang bergerak ke
Bandara Tjilik Riwut – Palangka Raya, Kalteng.
Sabtu, 11 Februari 2012 – Jam 08.00
Rombongan Pimpinan FPI Pusat yang terdiri dari Ketua Bidang Da’wah Habib
Muhsin bin Ahmad Al-Attas, Sekjen Ustadz Ahmad Sobri Lubis, Wasekjen Ustadz
Awith Masyhuri dan Panglima Laskar Pembela Islam (LPI) Ustadz Maman Suryadi
Abdurrahman, berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, menuju Bandara
Tjilik Riwut –Palangka Raya, Kalimantan Tengah dengan menggunakan maskapai
pesawat Sriwijaya.
Rencananya, Ketua Umum DPP FPI Habib Muhammad Rizieq Syihab akan memimpin
rombongan tersebut, namun karena sedang sakit, maka atas saran dan nasihat
dokter pribadinya, Habib diharuskan istirahat total, sehingga membatakkan untuk
ikit serta dalam rombongan.
Menjelang tiba, Ustadz Awit (Wasekjen FPI) dipanggil oleh Crew pesawat dan
diberitahukan, bahwa di Landasan Bandara Palangka Raya telah berkumpul ratusan
massa yang beringas, ditambah dengan ribuan massa lainnya di lingkungan
Bandara. Ustadz Sobri Lubis (Sekjen FPI) juga dipanggil Kapten Pilot pesawat,
diberitahyukan hal yang sama dan disarankan agar tidak keluar dari pesawat
setelah mendarat nanti.
Kepada Voa-Islam, Ustadz Maman (Panglima FPI) mengatakan, ia sempat
mendapat SMS dari Ustadz Alwi, rekannya sesama FPI di Jakarta yang mengelola
situs FPI (www.fpi.or.id) dan selalu memantau perkembangan terkini di
dunia maya. Isi SMS ustadz Alwi itu memberitahukan, sebaiknya dibatalkan saja
kunjungan ke Palangkaraya, mengingat ada kumpulan massa yang akan menghadang
disana.
Para pimpinan FPI belum yakin dengan pesan berita itu, dan menganggap isu
penghadangan itu sebagai rumor yang ingin menteror dan mengebiri dakwah FPI di
Kalimantan Tengah. Dan benar saja, kabar itu bukan sekedar rumor, tapi
betul-betul terjadi.
Jam 10.30 WITA
Setelah mendarat dan semua penumpang turun dari pesawat dengan menggunakan
tangga darurat, kecuali rombongan pimpinan FPI Pusat, Kasatlantas Polres
Palangka Raya didampingi Kepala Keamanan Bandara menaiki pesawat dan
menginformasikan situasi dan kondisi diluar pesawat dan lingkungan bandara yang
semakin tidak kondusif. Pintu pesawat pun ditutup.
Seperti diceritakan Ustadz Maman, ketika itu, para penumpang terlihat
panic. Diantara penumpang, ada seorang bapak yang nyeletuk: “Kalimantan itu
jangan dimasuki oleh FPI.” Mendengar celetukan, para pimpinan FPI yang duduk
secara terpisah, tidak menghiraukan kata-kata itu.
Dari dalam pesawat, rombongan Pimpinan FPI Pusat selama dari satu jam
selama pesawat tertahan dan terkepung, melihat dan mendengar langsung
gerombolan preman anarkis di luar pesawat yang mengacung-acungkan mandau,
senjata khas dayak, seraya berteriak mengancam perang dan pertumpahan darah.
Kapten Pilot pesawat khawatir, massa makin beringas akan merusak atau
membakar pesawat yang sekaligus membahayakan keselamatan jiwa yang ada di
dalamnya. Maka Kapten Pilot dan crewnya bersama Kasatlantas dan Kepala Keamanan
Bandara memutuskan untuk menerbangkan pesawat ke Banjarmasin – Kalimantan
Selatan.
Jam 11.00 WITA
Pesawat menuju Banjarmasin. Setibanya di Bandara Banjarmasin, Kalimantan
Selatan, rombongan Pimpinan FPI Pusat dibawa oleh Keamanan Bandara ke kantor
Sriwijaya untuk dimintai keterangan. Sempat ada interogasi yang menyudutkan
pimpinan FPI, seperti tuduhan membajak pesawat. Lalu dijelaskan, tidak benar,
kami ke Kalimantan Tengah untuk berdakwah.
Selanjutnya, di luar Bandara Banjarmasin, rombongan FPI dijemput dan disambut
oleh Panitia Maulid Nabi Muhammmad Saw dari Kabupaten Kuala Kapuas – Kalimantan
Tengah. Lalu langsung menuju Kuala Kapuas melalui jalur darat.
Jam 15.00 WITA
Gerombolan Preman anarkis Palangkara Raya setelah gagal melakukan percobaan
pembunuhan terhadap Pimpinan Pusat FPI, mereka bergerak menuju rumah kediaman
Habib Muhri bin Muhammad Ba Hasyim dan merusaknya, lalu mengobrak-abrik
sejumlah rumah dan toko milik panitia peringatan Maulid Nabi Saw, tak
terkecuali tenda dan panggung yang telah disiapkan panitia.
Habib Muhri dan kawan-kawan beserta keluarga mereka sempat menyelamatkan
diri dan hingga saat ini berada di tempat yang aman, namun masih tetap terancam
keselamatan mereka. Sementara pihak Polres Palangka Raya dan Pold Kalimantan
Tengah tidak mau memberikan jaminan keamanan.
Mengejar Sampai Kuala Kapuas
Jam 17.30 WITA
Rombongan Pimpinan FPI Pusat tiba di Kuala Kapuas dan istirahat sejenak di
Guest House Bupati Kuala Kapuas. Malamnya, ba’da Maghrib rombongan Pimpinan FPI
diundang ke rumah kediaman Bupati Kuala Kapuas yang berdekatan dengan Guest
House tersebut. Dan saat berjalan untuk memenuhi undangan tersebut, ternyata di
halaman rumah kediaman Bupati hingga ke jalan raya sudah dipenuhi ratusan
gerombolan preman anarkis yang datang dari Palangka Raya dengan menggunakan
belasan truk, mereka berteriak-teriak mengacung-acungkan senjata sambil
menantang perang.
Dikatakan Panglima FPI Ustadz Maman, perjalanan dari Palangka Raya menuju
Kuala Kapuas dengan menggunakan jalur darat hanya memakan waktu tiga jam.
Kemungkinan, aparat kepolisian di Palangkaraya membocorkan kepada massa preman
itu, bahwa pimpinan FPI dari Jakarta itu sedang berada di Kuala Kapuas.
Itulah sebabnya mereka mengejarnya sampai Kuala Kapuas.
Ustadz Maman yang berpakaian bebas, tidak bergamis, dengan keberaniannya
menyusup ke tengah-tengah kerumunan massa preman yang mengatasnamakan
masyarakat Dayak. Dari jarak yang dekat, ia memantau langsung wajah
preman-preman dayak itu. “Ketika itu suara gong terdengar. Tong…tong…tong…itu
tanda mereka bersiaga perang.” Tapi kemudian, Ustadz Maman mendapat SMS agar
kembali, meninggalkan massa beringas itu.
Jam 19.00 WITA
Bupati Kuala Kapuas dan jajaran Muspidanya menjembatani dialog antara rombongan
Pimpinan FPI Pusat dengan para pimpinan massa yang beringas, yang akhirnya
disepakati bahwa pada malam itu peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw tetap harus
diadakan sesuai keinginan masyarakat Kuala Kapuas, namun pelantikan DPW FPI
Kuala Kapuas ditiadakan sesuai keinginan massa brutal dari Palangka Raya.
Selanjutnya, para pimpinan massa brutal dari Palangka Raya menyampaikan
hasil kesepkatan kepada massanya, tapi massa tetap tidak mau bubar. Lalu
Kapolres Kuala Kapuas yang menyampaikan, juga tidak mampu membubarkan massa,
kemudian Bupati yang menyampaikan, tapi hasilnya sama, massa tetap tidak mau
bubar, bahkan makin beringas dan brutal.
Jam 21.00 WITA
Akhuirya, rombongan Pimpinan FPI Pusat mengambil inisiatif untuk
meninggalkan lokasi yang semakin tidak kondusif. Rombongan pun berangkat ke
Kota Banjar Baru – Banjarmasin, Kalimantan Selatan, melalui jalan darat dengan
pengawalan Patwal Polisi dan anggota TNI dari Kodim Kuala Kapuas.
Jam 24.00 WITA
Rombongan Pimpinan FPI Pusat tiba di Kota Banjar Baru dengan disambut oleh
sejumlah habaib dan tokoh masyarakat.
Ahad, 12 Februari 2012 – Jam 08.00 WIB
Keempat pimpinan FPI Pusat dengan didampingi para Habaib dan Tokoh
Masyarakat Banjar Baru serta dibantu oleh Danlud Banjarmasin mendapatkan tiket
pesawat Garuda untuk kembali ke Jakarta. Seperti itulah kronologisnya.
Sumber http://www.voa-islam.com