Siapa yang tak kenal Hanung Bramantyo? Semua pecinta dunia perfilman
Indonesia pasti mengenalnya. Hanung adalah seorang sutradara yang dikenal
berfaham Liberal, meski ia tak mengakui bahwa dirinya Liberal.
Namun faktanya, Hanung membuat film yang masih berjudul Tanda Tanya (?)
yang penuh dengan nuansa Sekulerisme, Pluralisme, Liberalisme (Sepilis). Hanung
berdalih “ingin mengangkat tema toleransi antar umat beragama, tanpa maksud
hati mencitraburukkan satu agama tertentu,” tapi anehnya film Tanda
Tanya (?) karya Hanung itu adalah salah satu film yang mengindetikkan
bahwa pelaku kekerasan adalah umat Islam.
Hanung juga unjuk gigi pada (14/2/2012), turun ke jalanan di depan Plaza
Indonesia, Grand Hyatt, Jl Kebon Kacang, Jakarta Pusat , bersama dengan
Gerombolan JIL yang diantaranya terdiri dari kaum bencong, rambut
gimbal, dan cewek perokok.
Setelah mendengar orasi singkat itu, orang yang waras akan beranggapan
bahwa Hanung sebenarnya orang radikal dan pendukung kekerasan. Buktinya,
kalimat-kalimat yang keluar dari mulut sutradara film "?" itu dalam
aksi yang mengatasnamakan “Gerakan Indonesia Tanpa FPI Tanpa ‘Kekerasan’” itu,
mengajak orang untuk mencontoh aksi kekerasan para preman rasisme fasisme
anarkisme di Palangkaraya.
Diselingi sorakan dukungan dan tepuk tangan pendukungnya, Hanung memulai
orasi. "Terimakasih. Sudah saatnya, kita harus menunjukkan siapa
sebenarnya yang mayoritas dan siapa yang minoritas. Jangan sampai kita melihat,
anak-anak kita melihat, saudara-saudara kita melihat, bahwa yang minoritas itu
adalah yang merasa mayoritas dan mayoritas hanya diam saja", kata Hanung.
Temen Hanung dalam berdemo, Guntur Romli, aktor di balik aksi tapi
perempuan yang suruh di depan
Temen Hanung lainnya, dedengkot JIL yg diisukan menzinai wanita dan tidak
bertanggung jawab, Ulil Abshar Abdalla
Kemudian Hanung memprovokasi orang-orang yang selama ini dianggap sebagai
“intelektual, demokrat atau moderat” agar sedikit menjadi militan. Militan
seperti kelompok preman anarkis yang mengepung empat orang pimpinan FPI Pusat
di Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya, Kalimantan Selatan. Seperti yang telah
tersebar di media-media massa sebelumnya, dimana kelompok preman itu telah
membobol apron bandara. Mereka mengepung bandara dengan membawa mandau dan
tombak, seolah telah siap membunuh orang-orang FPI.
"Dan kepada mereka yang mengaku intelektual, mereka yang mengaku
demokrat atau moderat tolong sedikitlah menjadi militan.
Tolonglah...militanlahlah sedikit. Gitu loh... Sebagaimana temen-temen
kita, saudara-saudara kita yang ada di Palangkaraya. Mereka bisa militan,
mereka bisa menentukan kapan saya bisa bersikap, kita bisa bersikap, kita bisa
diganggu atau tidak diganggu,” ujar Hanung. dikutip Suara Islam Online.
Hanung mengaku resah. Karena selama ini dia tidak dapat tenang dan bebas
dalam berkarya karena selalu dianggap salah. Maka dari itu dia mengajak pada
“jamaah” JIL yang terdiri dari kaum bencong, cewek perolok dan
lelaki bertatto rambut gimbal itu untuk menunjukkan siapa yang mayoritas di
negeri ini.
"Sekarang ini kita selalu resah, karena kita melakukan apa-apa selalu
dianggap salah. Maka dari itu tolong pada temen-temen semua yang ada di
sini mari kita tunjukkan siapa sebenarnya yang mayoritas., gitu aja.
Terimakasih-terimakasih," pungkasnya diringi tepuk tangan para pengikut
JIL.
Menurut Sekjen Forum Umat Islam (FUI), KH Muhammad AlKhaththath bahwa orasi
Hanung Bramantyo itu secara langsung menunjukkan bahwa ia mendukung tindakan
kekerasan. Hanung juga memprovokasi agar orang-orang yang selama ini dikenal
“intelektual, demokrat dan moderat” agar menjadi militan sebagaimana militannya
orang-orang di Palangkaraya saat mengepung dan mengancam membunuh empat orang
pimpinan FPI Pusat di Palangkaraya, seperti yang dilaporkan Suara Islam
Online.
Di depan Menteri Agama Suryadharma Ali, Al-Khaththath menyampaikan bahwa
berdasarkan rekaman video yang diperolehnya, Hanung telah memprovokasi kalangan
liberal, moderat dan demokrat untuk menjadi sedikit lebih militan agar seperti
orang-orang di Palangkaraya. "Ini kan berarti mendukung anarkisme
di Palangkaraya. Kita punya videonya, kalau Pak Menteri butuh bisa kita
kasih", kata AlKhaththath saat itu.
Video tersebut rencananya akan disampaikan kepada manajemen SCTV
yang berencana memutar kembali film "?". FUI dan FPI akan
membuktikan, bahwa omongan Hanung ternyata berbeda dengan tujuan filmnya
yang katanya ingin menyampaikan pesan “anti kekerasan dan anti radikalisme.”
SCTV akan memutar kembali film “?” pada malam ini (24/2). Menurut AlKhaththath
rencana pemutaran film itu dinilai akan menambah provokasi kepada Front Pembela
Islam (FPI). (siraaj/arrahmah.com)
Sumber http://arrahmah.com