Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Saleh P Daulay meminta agar
tidak mengaitkan Islam terkait aksi teror yang terjadi saat ini. Meski, ia
menegaskan, para pelakunya beragama Islam.
Daulay menyatakan tidak setuju bila ada anggapan terorisme tersebut
ada di pesantren dan Islam. Apalagi, nama pondok pesatren Ngruki Sukoharjo
senantiasa selalu terbawa-bawa biola penangkapan teroris oleh aparat yang berwajib.
Agar tidak menjadi sebuah opini di mata masyarakat, Pondok Pesantren Ngruki
Sukogharjo sebagai tempat perekrutan teroris, pemerintah harus membuktikan
apakah betul atau tidak Ngruki itu adalah lembaga pendidikan teroris. Bila
pemerintah punya bukti yang kuat maka tentu saja pondok pesantren tersebut
harus ditutup.
"Ya kalau punya bukti (tutup saja), lah sekarang buktinya pemerintah
tidak menutup, kenapa pesantren itu masih berjalan?. Berarti mereka belum punya
bukti akurat," ungkap Saleh di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu
(8/9/2012).
Dijelaskan, sebelumnya pernah ada beberapa penelitian dari pihak Departemen
Agama dan pihak terkait ke pesantren Ngruki. Namun, setelah dilakukan
penelitian kembali, tidak ditemukan adanya indikasi pendidikan yang
mengajarkan santrinya melakukan upaya terorisme. Misalnya dalam kurikulumnya
tidak ada yang mengarah pada terorisme.
"Kalau ada (Ngruki pesantren teroris), dan punya bukti jelas,
itu harus ditutup. Bukan hanya diminta, tapi wajib ditutup," ucapnya.
Ia kemudian meminta kepada pemerintah tidak langsung merujuk kepada
Pondok Pesantren Ngruki atau pesantren lainnya jika ada pelaku terduga
terorisme yang terungkap atau ditangkap.
Dan bila memang faktanya yang ditangkap merupakan alumni pesantren,
tegasnya, tentu harus dilihat, apakah betul karena seorang alumni
dari salah satu pondok pesantren, semuanya dianggap terororis.
"(Pondok Pesantren Ngruki) dikatakan punya ribuan alumni. Ribuan
santri yang sudah keluar, beberapa yang ditangkap terkait aksi teroris,"
katanya.
Selama ini pemerintah seakan tidak sinkron. Satunya menunjuk pesantren
Ngruki, tapi tangan yang lain tidak bisa menutup pesantren itu,
"Jangan-jangan selama ini hanya alibi saja," ucapnya.