Info grafik yang ditayangkan Metro TV beberapa hari lalu tentang bibit
terorisme di sekolah dan menyebar di dunia maya sejak 14 September menimbulkan
polemik. Para aktivis Rohis atau Rohaniwan Islam yang secara tidak langsung
dtuduh sebagai sumber perekrutan teroris muda menyatakan bahwa info yang
disampaikan metro TV tersebut adalah fitnah.
Metro TV menyebutkan bahwa pola rekrutmen teroris muda ada 5 yakni:
- Sasarannya siswa SMP akhir-SMA dari sekolah-sekolah umum.
- Masuk melalui program ekstra kurikuler di masjid-masjid sekolah.
- Siswa-siswi yang terlihat tertarik kemudian diajak diskusi di luar sekolah.
- Dijejali berbagai kondisi sosisl yang buruk, penguasa korup, keadilan tidak seimbang.
- Dijejali dengan doktrin bahwa penguasa adalah thaghut/kafir/musuh.
Poin-poin tersebut menjurus kepada aktivitas dakwah sekolah yang biasanya
dimotori oleh Rohis Sekolah.
Protes terhadap Metro TV di Twitter pun datang bertubi-tubi karena kebanyakan
aktivis dakwah muda merupakan jebolan Rohis. Menanggapi protes tersebut, Metro
TV hanya menjawab secara diplomatis, “Metro TV tidak pernah memberitakan bahwa
rohis adalah sarang teroris.”
Pihak Metro TV juga mengatakan bahwa data yang ditampilkan dalam info
grafik tersebut merupakan data pihak lain.
“Info grafik Metro TV 5 Sept lalu soal pola rekrutmen teroris bersumber dr
penelitian ilmiah Guru Besar UIN Jakarta, Prof. Dr. Bambang Pranowo,” tulis
akun Twitter Metro TV.
Ustadz Akmal Sjafril, aktifis dakwah yang concern dalam bidang Ghazwul
Fikr menyatakan bahwa tudingan seperti itu adalah hal wajar.
“Nasib para ulama, kyai, santri, dan mujahid memang selalu begitu.
Indonesia tidak mungkin merdeka tanpa mereka. Mereka ini tidak perlu diajari
nasionalisme, tidak perlu diajari Pancasila, tapi kalau penjajah datang,
langsung siap berjihad. Setelah Indonesia merdeka pun pengakuan kedaulatan
datang dari para ulama dan mujahid di Timur Tengah. Tapi setelah kondisi
stabil, selalu saja orang sekuler yang sok-sokan, seolah-olah mereka paling
berjasa pada negeri ini,” katanya.
Ia menganggap bahwa tudingan bahwa Rohis adalah sarang teroris merupakan
modus rezim terdahulu yang diikuti oleh media massa sekuler sekarang.
“Di era Orde Lama, politik Islam diberangus. Di era Orde Baru, intel
disusupkan di mana-mana, mau pengajian saja susah, mau khutbah saja mesti
laporan. Sekarang, Rohis dituduh teroris pula. Ada Rohis saja kondisi pemuda
bangsa ini sudah awut-awutan. Mau jadi apa bangsa ini kalau tidak ada Rohis?”
Somasi ke Metro TV
Sementara itu, vokalis grup nasyid haraki, Afwan Riyadi, menyatakan akan
melakukan somasi terhadap pemberitaan Metro TV tersebut.
“Insya Allah, semoga di mudahkan Allah. Senin besok saya akan mengajukan
somasi kepada Metro TV atas tayangan Info Grafik mereka yang memfitnah
ekstrakurikuler di masjid-masjid SMP/SMA umum sebagai pintu masuk teroris,”
katanya.
Ia mengatakan bahwa Rohis-phobia akan menghambat gerakan dakwah yang
berujung pada rusaknya generasi muda.
“Tayangan ini bisa menciptakan ROHIS Phobia di kalangan sekolah maupun
orang tua siswa. Ujungnya, dakwah Islam di kalangan remaja Islam menjadi
semakin sulit. Apa jadinya generasi kita mendatang?” katanya retoris.