Selasa, 11 Desember 2012

Takut Negara Islam Tegak, Amerika Tuding Mujahidin Suriah Teroris


Oleh, Farid Wadjdi
Pengamat Hubungan Internasional
Sikap tegas mujahidin menolak campur tangan Amerika, menolak demokrasi, dan menginginkan negara Islam membuat Amerika sangat khawatir.


Setelah berupaya mensolidkan front politik oposisi melalui Aliansi Nasional , Amerika berupaya menyatukan pasukan oposisi Suriah di bawah kontrolnya. Dalam reorganisasi sayap militer ini, Amerika berupaya menyingkar kelompok mujahidin yang menolak berkompromi dengan Amerika terutama Brigade Jabhat al Nusra dan Ahrar al Sham.Dalam pertemuan di Turki pada Sabtu (8/12), komando pasukan gabungan oposisi yang baru terbentuk sepakat memilih Brigadir Salim Idris sebagai komandan tertinggi. Idris adalah salah satu perwira militer Suriah yang membelot. Dalam pertemuan ini diklaim dihadiri 500 utusan faksi militer oposisi yang telah memilih 30 anggota Dewan Militer Tertinggi dan satu kepala staf. Pertemuan yang diadakannya di Turki ini sekaligus menunjukkan pengkhianatan rezim Erdogan , sebagaimana penguasa Qatar, yang menjadi fasilitator pertemuan-pertemuan yang dirancang untuk kepentingan penjajahan Amerika di kawasan ini. Dalam strateginya, Amerika memang menggunakan kaki tangannya di kawasan ini ,yaitu penguasa-penguasa Arab untuk menjalankan kepentingan dan strategi politik luar negerinya.

Sebelumnya, gabungan kelompok Mujahidin Suriah yang berperang langsung melawan rezim bengis Assad menolak Koalisi Nasional untuk Revolusi Suriah dan Pasukan Oposisi, aliansi baru yang dibentuk pada pertemuan di Qatar pada 11 November 2012 lalu. Berbagai cara dilakukan oleh Amerika untuk menyingkirkan para Mujahidin dan mengaborsi perjuangan rakyat Suriah untuk menegakkan Khilafah. Seperti biasa, Barat melalui medianya melakukan penyesatan politik, dengan mengaitkan kelompok yang berjihad ini dengan terorisme dengan tudingan memiliki agenda radikal. Untuk itu, Barat juga menggunakan organisasi dunia yang merupakan alat politiknya , yaitu PBB.

Dalam laporannya, Komisi PBB yang melakukan penyelidikan di negara tersebut mengatakan kehadiran para militan asing, Islam radikal atau para jihadi, membuat Barat khawatir.

Kepala Komisi Sergio Pinheiro kepada wartawan hari Selasa (17/10) memperkirakan ada ratusan kombatan asing yang ikut bertempur di Suriah. Pinheiro menambahkan bahwa komisi itu khawatir para kombatan asing ini tidak berjuang untuk “membangun negara demokratis di Suriah”, tetapi “untuk agenda mereka sendiri.” Seakan-akan agenda Amerika adalah untuk kepentingan rakyat Suriah.Padahal semua pihak tahu, campur tangan Amerika tidak lain untuk melestarikan tiga kepentingan politiknya di Timur Tengah.

Pertama, mempertahankan suplay energy terutama migas dengan harga murah.

Kedua mempertahankan eksistensi aggresor Yahudi. Ketiga, mencegah berdirinya negara Khilafah di Timur Tengah yang akan mengancam eksistensi penjajahan Amerika. Clinton sendiri secara terbuka memperingatkan kecendrungan Suriah ini.

Amerika dengan teknik propagandanya yang mudah terbaca menuduh para mujahidin dengan ekstrimisme dan terorisme, mengkaitkannya dengan al Qaida. Berkibarnya bendara La ilaha ila Allah Muhammadurrasulullah, bergemanya teriakan takbir, ditambah kesolehan para mujahidin yang tekun beribadah dan membaca Al Qur’an meskipun dalam kondisi perang yang berat, menjadi dasar tudingan Amerika bahwa mereka adalah al Qaida. Amerika pura-pura tidak tahu yang melakukan perlawanan di Suriah adalah seluruh umat Islam. Simbol-simbol yang dituding oleh Amerika merupakan simbol-simbol Islam, bukan al Qaida saja. Tidak hanya itu Amerika malah balik menuduh para mujahidin sebagai ekstrimis yang ingin membajak perjuangan rakyat Suriah.

Menteri Luar Negeri AS Hilary Clinton mendesak oposisi Suriah agar melawan berbagai upaya oleh kelompok ekstremis untuk “membajak revolusi.”Berbicara dalam perjalanan ke Kroasia, ia mengatakan kepemimpinan pemberontak harus lebih inklusif terhadap mereka yang bertempur di Suriah. Ia juga mengatakan ada sejumlah “laporan yang merisaukan” mengenai ekstremis Islam memasuki Suriah untuk mengambil keuntungan dari pemberontakan melawan Presiden Bashar al-Assad. Pemberontak harus “dengan tegas menolak segala upaya oleh ekstremis untuk membajak revolusi Suriah,” demikian peringatan Clinton(BBC,1/11/2012).

Tampak jelas Amerika ingin memecah belah antara apa yang dia sebut dengan pemberontak dengan para ekstrimis. Amerika Serikat juga berupaya melakukan kriminalisasi perjuangan para mujahidin dengan bukti video yang diklaim merupakan bentuk kejahatan.

Menurut PBB video semacam ini bisa dipakai sebagai bukti kejahatan perang.Sementara pemerintah AS menyatakan “mengutuk pelanggaran HAM oleh pihak mana pun di Suriah”. Video ini semacam ini kemungkinan akan digunakan oleh Amerika Serikat dan sekutunya untuk menyingkirkan kelompok mujahidin pasca tumbangnya Assad dengan tudingan pelanggaran HAM. Upaya kriminalisasi mujahidin ini terbukti kemudiann.

Pada Rabu (5/12/2012) kpresiden Obama secara resmi memasukkan kelompok mujahidin Jabhah Nushrah di Suriah dalam daftar baru organisasi teroris. Jabhah Nushrah selama ini dikenal sebagai kelompok jihad yang paling keras menghantam militer rezim Nushairiyah Suriah. Jika pada hari Rabu Obama memasukkan Jabhah Nushrah dalam daftar organisasi teroris internasional, maka pada hari Jum’at (7/12) umat Islam Suriah tumpah ruah ke jalanan dalam aksi-aksi demonstrasi mendukung mujahidin Jabhah Nushrah dan menolak Pasukan “Penjaga Perdamaian” PBB. Di kota Binniys, propinsi Deir Ezzur, ribuan kaum muslimin turun dalam aksi demonstrasi pada Jum’at siang. Mereka mengelu-elukkan mujahidin Jabhah Nushrah. Mereka serentak memekikkan yel-yel Jabhah Nushrah, Allah yahmikum. Jabhah Nushrah, Allah melindungi kalian. Allahu Akbar, kejayaan hanya milik Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman.

Dengan izin Allah segala bentuk makar Amerika dan sekutunya ini akan gagal. Tawaran demokrasi Amerika , insya Allah , tidak akan laku di Suriah. Karena rakyat Suriah menginginkan berdirinya negara Islam, negara Khilafah di sana. Bumi yang diberkahi oleh Syam, sudah dibasahi oleh darah para mujahidin yang sahid. Dengan pertolongan Allah bumi Syam tidak akan bisa dikotori oleh pera pengkhianat-pengkhianat yang menjadi kaki tangan Amerika.