Penampilan perempuan itu mencolok di jajaran foto pegawai perempuan di
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), terpampang di lamanWomen@NASA. Dia
satu-satunya yang mengenakan kerudung.
Nama perempuan itu Tahani Amer, doktor bidang teknik dari Old Dominion
University di Norfolk, Virginia. Sehari-hari, ia bekerja di cabang Computational
Fluid Dynamics (CFD) atau Komputasi Dinamika Fluida NASA. Di situ dia berjibaku
dengan kode komputer CFD sampai memanjat langit-langit terowongan angin
untuk memasang alat pengukur kecepatan.
“Aku seorang muslim Amerika, pegawai NASA, yang tumbuh di pinggiran kota
Kairo, Mesir,” kata Amer, seperti dimuat situs NASA.
Minat Amer pada teknik timbul saat ia melihat ayahnya memperbaiki mesin
mobil di apartemennya yang kecil di Mesir. Sementara kecintaannya pada
matematika memuluskan jalannya menjadi insinyur aeronautika yang bekerja di
salah satu lembaga paling terkemuka dunia. “Bagi saya, pendidikan adalah kunci
yang membuka banyak peluang,” kata dia.
Amer menceritakan awalnya ia ingin masuk sekolah kedokteran di Kairo.
Namun, pilihan hidupnya mengubah cita-citanya. Ia menikah di usia 17 tahun dan
pindah ke Amerika Serikat.
“Matematika adalah subyek favorit saya,” kata dia. “Saat tiba di AS pada
1983 dan masuk ke kelas kalkulus pertama saya, saya tak bisa bicara satu
katapun dalam Bahasa Inggris. Tapi saya bisa memperoleh nilai A dalam mata
pelajaran itu,” cerita dia. Saat itulah Amer merasa, karirnya di bidang teknik
akan menjadi masa depannya.
Ia pun berhasil menyelesaikan kuliah non-gelarnya di bidang teknik dalam
dua tahun, sembari mengasuh dua anaknya yang masih kecil. Lalu ia meraih gelar
sarjana di bidang teknik, disusul master di teknik aeronautika, dan lalu doktor
di bidang teknik.
Amer memulai karirnya di NASA pada tahun 1992, di proyek CFD. Sejak itulah
ia mendapatkan banyak pengalaman berharga bekerja sama dengan banyak ilmuwan
cerdas yang mencintai pekerjaannya. Lalu, ia bekerja di salah satu terowongan
angin NASA untuk melakukan eksperimen tekanan dan termal cat sensitif. “Aku
bekerja dengan kode-kode komputer CFD dan memanjat langit-langit untuk
menginstal alat kecepatan. Ini luar biasa, aku seperti gadis kecil di ‘toko
permen’ NASA. Segalanya terasa mungkin.”
Amer mengaku tak pernah merasa bosan bekerja di NASA. Ia bahkan berhasil
menemukan dan mematenkan sistem untuk mengukur konduktivitas termal film tipis.
Mendapat anugerah otak encer dan kesempatan memperoleh pendidikan, membuat
Amer tak pelit berbagi ilmu. Ia rajin ikut serta dalam program sosial
yang diselenggarakan NASA.
Ia pun aktif di masjid, untuk mengajar soal Islam dan mengaji Alquran untuk
anak-anak. “Paska serangan 11 September saya ikut serta memberi pemahaman
tentang Islam di komunitas saya. Saya juga memberi ceramah di gereja-gereja, di
banyak universitas, dan sekolah lokal. Bahkan ada surat kabar lokal yang
mewawancaraiku soal Islam,” kata Amer.
Selama hidupnya Amer punya tiga prinsip: melayani Tuhan maka Anda melayani
semua makhluk; bahwa pendidikan adalah kunci yang membuka peluang; dan berusaha
melayani orang lain dengan welas asih dan kebaikan.
“Dengan tiga prinsip itu saya mencoba menerapkan standar hidup sehari-hari
untuk menantang diri saya sendiri dalam pekerjaanku di NASA, berusaha terus
memperbaiki diri, dan membantu orang lain melalui sebuah organisasi besar:
NASA.”
NASA mengembangkan laman Women@NASA sebagai usaha membantu siswi sekolah
menengah untuk mengeksplorasi peluang karir di bidang sains, teknologi, teknik,
dan matematika. (kd/Elin Yunita Kristanti/Vivanews)