Kamis, 14 Juni 2012

Menghancurkan Umat Muslim Dengan Tuduhan Tidak Toleran

Setiap hari Muslim otak dan pikirannya dihancurkan dengan  tuduhan sebagai golongan yang tidak toleran. Otak dan pikiran Muslim dicuci. Muslim di Indonesia selalu dituduh eksklusif, ekstrimis, militan, fundamentalis, dan anti pluralisme.


Sebuah agama baru yang sekarang dibangun di Indonesia oleh berbagi kalangan, yang tujuannya ingin  melumpuhkan Muslim, dan tidak lagi memiliki “sajaah” dan “ghirah”. Sekarang, banyak kalangan Muslim, yang kemudian memiliki rasa takut, dan  tidak berani menyatakan identitasnya sebagai Muslim.

Padahal,  membandingkan Muslim  dengan umat lainnya, yang minoritas, memiliki hak-hak sama, seperti Muslim. Tidak ada yang dibeda-bedakan. Bahkan, mereka kalangan minoritas di Indonesia, berperan dan memiliki peranan yang lebih penting dan besar dibandingkan dengan Muslim. Tetapi, mereka kaum minoritas di Indonesia, masih menuduh  Muslim tidak toleran.

Belakangan mereka bukan hanya menuduh Muslim tidak toleran, tetapi mereka sudah  berani melaporkan Indonesia, yang dituduh melakukan  pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia kepada Komisi HAM PBB.

Di Indonesia berdasarkan undang-undang, ada 6  agama yang diakui pemerintah, yaitu Islam, Kristen,Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Mereka tidak ada yang dibatasi dalam menjalankan kehidupan keagamaan yang mereka yakini.

Pemerintah Indonesia menentapkan hari libur nasional, saat berlangsungnya perayaan agama-agama yang ada di Indonesia.  Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu, diberikan hari libur nasional. Tidak ada  yang dibatasi.

Bandingkan dengan negara Barat yang selama ini mengklaim menjunjung tinggi HAM, bagaimana perlakuan mereka terhadap minoritas Muslim?

Di Perancis negeri yang jumlah Muslimnya hampir mencapai 10 persen dari jumlah penduduknya yang berjumlah 80 jutajiwa. Apakah ada hari libur nasionaldi Perancis saat Idul Fitri? 

Di Perancis rasialisme dan diskriminasi, berlangsung sangat keras. Perempuan tidak boleh menggunakan jilbab dan niqab (cadar). Muslim di Perancis tidak boleh membangun menara masjid. Aktifitas mereka dibatasi dengan sangat ketat. Pendidikan,ekonomi,sosial, dankebudayaan. Masyarakat Muslim dipandang sebagai ancaman, dan mereka terus mendapatkan diskriminasi.

Di Belanda, Muslim dikeja-kejar oleh Geerd Wilders seperti binatang, dan menyerukan pengusiran bagi warga Muslim, yang ada di negeri itu. Partai  Kebebasan yang merupakan sayap kanan, dipimpin Geerds Wilder, menyerukan pengusiran Muslim dari daratan Eropa, tanpa henti. Sehingga, sekarang agenda anti imigran, dan anti Muslim, menjadi agenda utama sayap kanan di Eropa.

Bayangkan Breivik, yang melakukan pembantaian massal di Swedia, dan sebagian yang menjadi korban pemuda-pemuda Muslim, yang ikut  berkemah bersama dengan pemuda-pemuda lainnya. Breivik yang sangat ultra nasional, memandang imigran dan Muslim menjadi ancaman.

Bandingkan dengan Barat dan Eropa yang sudah menjajah ratusan tahun dunia Islam, dan merampok kekayaan negeri-negeri Muslim, dan terus membunuhi penduduk Muslim, sampai hari  ini tidak ada yang menuduh mereka sebagai tidak toleran.

Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun, membunuhi rakyatnya, merampok kekayaan alamnya, menanamkan kekafiran, dan berlangsung sampai sekarang. Tetapi, adakah yang mengatakan Belanda tidak toleran.

Perancis dan Itali menjajah negara-negara Afrika Utara, betapa dengan sangat biadabnya, membunuhi rakyat dikawasan itu, merampas kekayaan alamnya sampai hari ini. Mereka  bukan hanya memperbudak penduduk, merampas kekayaan alam, tetapi memaksa penduduknya  menerima kekafiran  dan kemusyrikan. Rakyat dipaksa memeluk agama Katolik.  Di mana toleransi mereka itu?

Bagaimana pemimpin agama Katolik di benua Eropa, membersihkan umat Islam dari daratan Eropa? Umat Islam ditangkap hidup-hidup oleh para penguasa Katolik dan Kristen, kemudian mereka dihukum mati, dibakar,  dan dipotong dengan golloutine, yang sangat menyeramkan. Masjid-masjid dihancurkan. Sebagian djadikan gereja dan tempat maksiat.

Kisah yang  paling menyeramkan, bagaimana ketika Romawi, berhasil menguasai Yerusalem, di mana berlangsung pembantaian besar-besaran terhadap penduduknya. Sampai digambarkan darah menggenang diatas matakaki. Karena begitu banyak  pembantaian yang dilakukan oleh pasukan Romawi. Sangat berbeda dengan Umar bin Khattab, ketika  memasuki Yeruselam, berlangsung dengan damai, tidak ada kekejaman di kota itu.

Apakah di Amerika Serikat, kaum Muslimin diberikan hak sama, seperti mayoritas Krsiten di negeri itu? Tidak ada hari libur nasional bagi wargaMuslim, saat mereka akan merayakan hari libur. Tidak ada hari libu saat umat Islam, merayakan Idul Fitri. Muslim di Amerika harus mengambil cuti saat mereka harus libur.

Di Amerika Serikat, yang “menuhankan” kebebasan, tetapi tidak memberikan kebebasan  kepada Muslim. Muslim  di Amerika sebagai  minoritas tetap saja dibatasi hak-hak mereka. Apalagi, sesudah perisitwa  11 September. Kehidupan Muslim di Amerika dibawah pengawasan pemerintah secara ketat. Bahkan, telpon yang mereka gunakan selalu disadap. Masjid-masjid di awasi dengan sangat ketat  aktifitasnya mereka.

Di Bali, saat golongan  Hindu, merayakan hari raya Nyepi, tanpa kecuali, umat Islam, dilarang melakukan aktifitas apapun, dan melarang rumah-rumah Muslim,menyalakan lampu, dan melakukan aktifitas apapun.

Di Bali, warga Muslim, tidak boleh menggunakan pengeras suara, sebagai panggilan shalat. Begitulah golongan Hindu Bali, membatasi umat Islam  di Bali. Adakah yang mengatakan golongan Hindu tidak toleran?

Adakah golongan Hindu di pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, yang harus dipaksa mengikuti upacara hari-hari besar Muslim? Mereka bebas sebebasnya melakukan apa saja yang mereka ingin.Tidak ada yang dibatasi.

Di Cina Muslim Uighur, ditembaki saat mereka melangsungkan shalat,  dan sekolah al-Qur’an dihancurkan oleh pasukan pemerintah. Mereka melarang aktitifitas warga Muslim, yang melaksakanan  perintah agamanya.

Di Indonesia, orang-orang China bebas-sebebasnya melakukan kegiatan apa saja. Mereka menguasai seluruh sektor ekonomi,tidak  ada yang mempersoalkannya. Hari raya Konghucu, mereka menyelenggarakan upara keagamaan dengan Barongsai. Tak ada yang melarang. Apakah masih kurang toleran Muslim di Indonesia?

Memang, sejak zamannya Menteri Agama Mukthi Ali,  sejumlah dosen IAIN, dikirim ke Barat, ke Chicago, Canada, Australia, dan Inggris, serta Belanda, dan kini mereka menjadi agen kaum kafir dan musyrik, dan melakukan tuduhan terhadap Muslim sebagai golongan yang tidak toleran dan ekslusif. Mereka inilah yang getol bersama dengan kafir-musyrik, mengkampanyekan Muslim itu, sebagai tidak toleran.

Maka, tak heran sesudah puluhan tahun, usaha-usaha melumpuhkan aqidah dan keyakinan Muslim, sekarang muncul generasi “bebek”, yang hanya menjadi pengikut, dan tidak berani lagi menegakkan Islam, sebagai sistem kehidupan.

Sebuah peristiwa yang sangat dramatis dalam  sejarah, di mana di awal kemerdekaan, saat menyusun UUD (undang-undang dasar), sebagai konstitusi, golongan Islam ingin memasukkan “tujuh kata” (kewajiban  menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya), tetapi kata-kata itu ditolak oleh golongan  Kristen, yang diwakili AA.Maramis, dan bahkan mengancam akan memisahkan diri dari Republik. Itulah tabiat orang kafir-musyrik. Padahal, kewajiban menjalankan syariah Islam itu, tidak diperuntukkan bagi mereka.

Mengapa Muslim takut dengan tuduhan tidak toleran oleh kafir-musyrik, dan tidak berani  menegakkan agama Allah, yang merupakan satu-satunya kebenaran yang mulia? Wallahu’alam.