Minggu, 17 Juni 2012

Hasyim Muzadi: Ada Bukti Riil Islamofobia


Beredarnya buku '5 Kota Berpengaruh Di Dunia' yang terselip di dalamnya hujatan terhadap Rasulullah membuktikan adanya ketakutan pada agama Islam (islamofobia). Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi pun mengajak umat Islam di Indonesia


"Ditemukannya hujatan pada Rasulullah itu sekaligus menyadarkan umat bahwa islamophobia memang riil ada," ujar Kiai Hasyim, Ahad (17/6).

Sekjen International Conference for Islamic Scholars (ICIS) ini juga menilai buku tersebut menjadi bukti tambahan bahwa tuduhan komisi HAM PBB di Jenewa tentang intoleransi di Indonesia itu tidak benar, justry yang terjadi sebaliknya. Bedanya, lanjut Kiai Hasyim, kalau tuduhan PBB itu dari dalam Indonesia dibawa keluar, sedangkan buku itu dari luar dibawa ke dalam Indonesia.

"Sebaiknya umat muslim di Indonesia tidak terpancing dengan upaya kelompok yang kian gencar menyudutkan Islam,"terangnya.

Hasyim bahkan mengulik kembali sejarah tahun 1963-1964. Di mana saat itu Allah, Alquran, Rasulullah dihujat habis-habisan secara terbuka melalui panggung lembaga kesenian rakyat, yang kemudian melahirkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1965 tentang larangan penodaan agama. Upaya-upaya meruntuhkan Islam nyatanya tetap berlanjut.

Di zaman reformasi pun Kiai Hasyim menemui kondisi serupa. Antara lain saat dilakukan polling kepemimpinan dunia, ternyata Rasulullah ditempatkan di urutan nomor 11. Begitu pula saat dilayangkan usaha gugatan uji materil ke Mahkamah Konstitusi agar UU Nomor 1/1965 dicabut berdasarkan HAM, sehingga menodai agama tidak dikenakan sanksi hukum. "Belakangan beredar buku '5 kota' . Pelakunya adalah aliansi plus minus kelompok yang sama," tegas Kiai Hasyim.

Melihat fenomena dunia, Kiai Hasyim yakin, islamophobia tidak akan hilang sepanjang masa. Justru bakal dilakukan makin komprehensif, sistematis, terukur dengan cermat, serta berkualitas sangat tinggi. Pihaknya menegaskan agar semua pihak perlu menyadarkan umat soal hal ini dengan menyeimbangkan antara toleransi dan kewaspadaan.

"Namun cara bereaksinya harus pintar, tidak boleh gegabah karena kesalahan umat dalam mereaksi biasanya telah disiapkan jebakan baru yang lebih menyengsarakan umat dengan tuduhan-tuduhan baru juga,"pesan Kiai Hasyim.