Rabu, 27 Juni 2012

Paranoid, Warga Koptik Mesir Banyak yang Kecewa dengan Kemenangan Mursi

Banyak warga Kristen Koptik Mesir kecewa oleh kemenangan Muhammad Mursi sebagai presiden Mesir, tetapi mereka kini tengah bersiap untuk hidup berdampingan dengan kepemimpinan Islam dan juga menjaga hak-hak mereka.


Koptik, yang mencapai sekitar 10 persen dari 82 juta rakyat Mesir, lebih memilih saingan Mursi, Ahmad Syafiq, seorang mantan perdana menteri Hosni Mubarak dalam pemilihan presiden 16-17 Juni lalu, mengingat Syafiq sebagai benteng yang melawan kontrol Islam.

"Saya menangis ketika mendengar hasilnya. Ini tidak diharapkan, kita membayangkan bahwa setelah revolusi Mesir akan menjadi negara sipil, tidak dikontrol oleh satu gerakan politik," kata seorang pemuda Koptik, Wassim William.

William, seorang 23 tahun yang menjalankan sebuah toko fotokopi di lingkungan Shubra Koptik di Kairo, mengatakan ia yakin bahwa "Ikhwan akan memperbaharui kontrol mereka terhadap parlemen jika pemilu baru diadakan."

"Ada banyak ketakutan di antara warga Koptik," katanya. "Kami tidak memiliki hak-hak kami di bawah Mubarak, jadi bagaimana dengan di bawah Ikhwan?"

Dia mengharapkan masalah yang dihadapi oleh minoritas Kristen terbesar di kawasan ini tidak berkembang biak, terutama pembatasan pada pembangunan gereja-gereja baru dan diskriminasi pembatasan Koptik dari posisi atas pejabat negara.

Nagib Gibrail, seorang aktivis hak Koptik dan pengacara, menyerukan Mursi untuk merespon permintaan minoritas jika mereka bekerja sama dengan dia.

"Kerja sama dari Koptik dengan presiden terpilih bergantung pada tuntutan mereka untuk kewarganegaraan yang dicapai di lapangan," katanya dalam sebuah pernyataan, hari Minggu lalu, setelah Mursi diumumkan sebagai pemenang pemilu.

Dia menekankan perlunya hukum yang akan memungkinkan orang Kristen untuk membangun gereja semudah Muslim membangun masjid, dan penunjukan wakil presiden dan menteri Koptik, seperti yang pernah dijanjikan Mursi.

Meskipun kecemasan di masyarakat, sejumlah Koptik menyatakan tekad untuk mempertahankan hak mereka, melihat perubahan demokratis sejak pemberontakan menggulingkan Mubarak awal tahun lalu sebagai kekuatan yang positif.(fq/afp)