Rabu, 04 Juli 2012

'Penulis Hantu' di sepanjang zaman

Penulis hantu alias penulis sewaan merupakan profesi yang telah ada sejak lama. Liputan dari Lynn Andriani pada majalah Publishers Weekly edisi 29 Mei 2006, bahkan berhasil menelisik pekerjaan ini hingga zaman Mesopotamia Kuno.


Pada masa sebelum masehi, penulis hantu benar-benar seseorang yang dibayar untuk menulis. Di peradaban Mesopotamia, mereka diminta raja-raja menyalin maklumat dan aturan hukum ke pelbagai media, mulai dari tanah liat sampai batu.

Meski mediumnya berganti-ganti, mulai dari batu, papirus, hingga kertas di abad pertengahan, profesi penyalin tulisan selalu bertahan. Mereka itulah yang disebut Andriani sebagai embrio bagi keberadaan 'penulis hantu'.

Andriani tidak mampu melacak sejak kapan istilah penulis hantu (dalam bahasa Inggris ghostwriter) seperti maknanya sekarang muncul. Namun, diperkirakan, beberapa buku karangan tokoh gereja, contohnya Humani Generis Unitas yang secara resmi dianggap karya Paus Pius XI, sebenarnya digarap oleh beberapa pendeta Jesuit.  Karya-karya pujangga besar Inggris abad 17, William Shakespeare, juga ditengarai merupakan hasil lokakarya bersama banyak penulis.

Pastinya, profesi penulis hantu benar-benar berkembang ketika industri perbukuan berkembang di abad 18. Banyak pejabat pemerintahan atau bangsawan ingin mendapat kemahsyuran dengan membuat buku, namun mereka tidak mampu melakukannya sendiri. Akhirnya disewalah jasa orang lain. Sistem jual putus tanpa mencantumkan sosok asli yang berjerih payah ini makin berkembang seiring waktu.
Kini ada banyak model tugas seorang penulis hantu. Bisa jadi dia benar-benar diminta membuat naskah tanpa disebut ketika bukunya terbit. Ada pula penugasan khusus dari perusahaan penerbitan yang meminta si penulis tanpa nama itu menyunting naskah seorang terkenal yang mutunya kurang. Kadang, bila sedikit beruntung, hasil kerja si penulis hantu akan diakui dan namanya dicantumkan sebagai co-writer alias penulis pendamping.

Publik sudah mahfum buku-buku seperti otobiografi mendiang presiden Amerika John F. Kennedy  Profiles in Courage ataupun serial novel politik Tom Clancy digarap lewat jasa penulis hantu.

Penerbit, perusahaan musik, hingga industri film di Hollywood melestarikan keberadaan profesi ini bukan tanpa sebab. Biaya yang dikeluarkan memakai jasa penulis hantu jelas lebih murah dibanding harus membayar royalti kepada penulis bernama. Maklum, buat tulisan tak bertuan seperti ini, sistem pembelian selalu jual putus.

Omong-omong, apakah menjadi penulis hantu berarti sengsara karena kerja keras kita tidak diakui? Menurut Julie-Ann Amos belum tentu. Penulis Amerika Serikat yang pernah pula menjadi pengarang hantu ini mengatakan perputaran uang amat besar.

Di Negeri Paman Sam, penulis yang tak mengharap popularitas itu bisa mendapat bayaran hingga USD 100 ribu atau setara Rp 934 juta.  Bahkan di negara itu ada organisasi penulis hantu. Dua tahun lalu, profesi ini adalah lapangan pekerjaan informal yang paling cepat tumbuh di sektor informal, mencapai 9.507 proyek tulisan tanpa tuan di seluruh dunia.