Nasib Muslim Rohingya di Myanmar dan tempat pengungsian semakin
mengkhawatirkan. Atas kondisi itu, lembaga Zakat Dompet Dhuafa (DD) akan
mencairkan sebanyak Rp 300 juta rupiah untuk membantu pengungsi Rohingya.
Bantuan ini difokuskan sebagai pengadaan kebutuhan kesehatan dan nutrisi bagi
para pengungsi yang tidak diterima di Bangladesh.
Direktur DD Arifin Purwakananta di sela-sela aksi peduli Rohingya di
bundaran HI Kamis (26/07/2012) mendapatkan informasi yang memilukan, dimana
mereka kekurangan obat-obatan, tidak punya makanan dan tidak memiliki tempat
berteduh.
Saat ini, dua tim relawan dari Disaster Managemen Center (DMC) Dompet
Dhuafa akan dikirimkan dengan menggunakan visa Bangladesh. Dari Bangladesh para
relawan DD akan bergerak menuju Kutapalong dan mencari informasi untuk bisa
menembus ke tempat pengungsi Rohingya yang terkatung-katung di perbatasan
antara Myanmar dan Bangladesh.
“Kita akan coba menembus Myanmar untuk bisa bertemu dengan pihak-pihak
Muslim Myanmar yang sekarang ini menjadi pengawal dari masyarakat
Rohingya yang teraniaya,” tandasnya.
Sementara itu, Medical Emergency Rescue Committee (Mer- C) juga
mengupayakan pengiriman bantuan untuk warga Muslim Myanmar di Arakan. Namun
Mer-C mengakui adanya kesulitan yang dihadapi dalam memasuki wilayah di negeri
yang sempat dipimpin junta militer itu.
Presidium Mer-C Dr. Joserizal, di Gedung Mer-C, Jakarta, Senin (2/7/2012),
menjelaskan, jarak dari pusat kota Myanmar menuju Arakan sangat jauh. Mer-C
lebih disarankan agar mengambil jalur laut untuk mengirimkan bantuan
kemanusiaan. Selain jalur laut, Mer-C mungkin akan mengambil jalur udara.
Bantu Manusia Perahu
Direktur DD Arifin Purwakananta menjelaskan, DD bukan hanya kali ini
membantu pengungsi Rohingya. Pada dua Ramadhan lalu, DD mengaku juga sudah
mengirimkan bantuan kurban untuk keperluan Idul Adha bagi pengungsi. DD melalui
Aksi Cepat Tanggap (ACT) pernah memimpin Advance Team sebelum ACTion Team
for Rohingya untuk memberi bantuan kemanusiaan bagi para pengungsi
Rohingya yang terdampar di Indonesia.
Seperti diberitakan media massa, pengungsi Muslim Rohingya yang ditampung
di Tanjungpinang, Kepulauan Riau tersebut, memohon suaka politik ke Indonesia,
mengingat hampir 20 tahunan hidup dalam teror dan penindasan. Sebanyak 55 warga
Myanmar ditemukan terdampar di perairan Bluka Tubai, Krueng Geukuh, Aceh Utara,
Rabu, 1 Februari lalu.
Imigrasi dan Pemda Aceh Utara kemudian mengevakuasi mereka ke tempat
penampungan sementara di bekas Kantor Imigrasi di Peunteut, Blang Mangat,
Lhokseumawe. Dua dari 55 warga Rohingya itu, M Nizam dan Kolimullah kabur dari
lokasi tersebut pada Rabu 8 Februari dan Rabu ,15 Februari 2012.
Pada tanggal 22 Februari 2012, pihak Imigrasi dan Pemda Aceh Utara
mengirimkan pengungsi tersebut ke Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Pusat di
Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.
Voa-Islam mencatat, pada tahun 1009, 198 pengungsi muslim Rohingya yang
menjadi minoritas di negara asalnya, Myanmar sempat berminggu-minggu terapung
di atas ganasnya laut, dalam perahu kayu tanpa mesin masuk ke perairan
Indonesia. “Manusia Perahu” tersebut (demikian media mengistilahkan) ditemukan
oleh nelayan di Pantai Aceh, dalam keadaan tanpa pangan dan air minum. Bahkan
22 orang diantaranya telah meninggal dunia ketika masih terapung akibat
kelaparan dan dehidrasi. Sementara itu, ratusan “manusia perahu” Rohingya
lainnya lagi juga telah lebih dahulu mengungsi dan berada di Pulau Sabang.
Saat ini, jutaan Muslim Rohingya telah menyebar ke berbagai negara untuk mencari kehidupan yang lebih baik, setelah mendapat tekanan yang serius dari pemerintah Junta Militer Myanmar. Diantara negara yang mereka datangi adalah Bangladesh dan Thailand. Mereka yang kemudian terdampar di Aceh dan Sabang ini adalah orang-orang Rohingya yang diusir dari negara yang disinggahi sebelumnya, Thailand dan Bangladesh.
Arifin Purwakanta meminta lembaga kemanusiaan di seluruh dunia untuk turun
tangan. Mengingat lambatnya langkah PBB untuk menyikapi hal ini. “Ini bukan
sekedar isu anti Islam, tapi yang paling penting kita sadar bahwa ini adalah
masalah kemanusiaan,” ujarnya.
Selain mengecam kekejaman rezim militer Myanmar, Dompet Dhuafa juga akan
melakukan kordinasi international dengan semua elemen lembaga kemanusiaan untuk
segera terlibat membantu para pengungsi Rohingya. (Desastian/dbs)