BETAPA hebat menjadi wanita. Lembut, penuh kasih, dilindungi,
dihormati dan dihargai. Kehadirannya diperlukan oleh setiap manusia di semua
peringkat usia. Sebagai anak dia menyenangkan. Sebagai saudara, dia
menenteramkan. Sebagai isteri, dia menginspirasi. Sebagai ibu, dia pendidik
ulung dan sebagai teman, dia dikenal sebagai penasihat yang ikhlas.
Di sebalik kekurangannya dari sisi akal dan agama, dalam banyak situasi,
wanitalah pemeran utama di belakang layar. Baik pendidikan yang diterimanya,
baiklah pula pengaruh yang dibawanya.
Boleh dikatakan, wanita adalah penentu jatuh atau tegaknya pria. Malah
dalam banyak kisah dari seluruh dunia , dialah yang membangunkan pria,
memberikan motivasi dan buah fikiran yang tak dapat ditepikan.
Hal yang sama berlaku kepada keluarga Muslim-mukmin yang cinta li ilah
li kalimatillah, jihad fi sabilillah.
Dalam sebuah keluarga, posisi paling penting adalah sebagai isteri, karena
dialah orang yang paling dekat dan paling mengerti suaminya. Di sinilah
letaknya makna syarikatul hayah (pasangan kehidupan), yang setia menjadi
sayap suami dalam keadaan suaminya hadir dan sewaktu ketiadaannya. Bersungguh-sungguh
berusaha membantu secara hakiki dan maknawi dalam mencapai cita-cita hidup
mulia atau mati syahid.
Firman Allah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) di
dalam surah At-Taubah, ayat 71;
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ يَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ
الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَـئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ
اللّهُ إِنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan orang-orang yang mukmin pria dan wanita, sebahagian daripada mereka
adalah penolong bagi sebahagian yang lain, mereka menyuruh kepada yang makruf
dan mencegah dari yang munkar, mereka mendirikan shalat, mengeluarkan zakat dan
ta’at kepada Allah dan Rasulnya. Mereka itu akan dirahmati Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Kuat lagi Maha Bijaksana.”
Apakah syarikatul hayah (partner kehidupan?), apakah kriteria yang diperlukan? Secara ideal, seorang wanita Muslim haruslah memiliki modal:
1.
Memiliki tingkat iman dan taqwa yang memadai
2.
Paling tidak, mampu membedakan mana yang haq dan mana yang batil. Cukup
pula untuk dia memilih dan memilah yang halal, haram dan yang syubhat. Dengan
demikian, dia menggenggam izzah-nya dengan kuat.
Bila sudah berbekal dengan iman dan taqwa, dia tidak akan mudah berputus
asa dan kemudian diserang kemurungan apabila ditimpa musibah. Dan dua bekal
tersebut akan menjadi benteng dirinya dari terjebak ke dalam perbuatan atau
kerja yang berisiko mengancam aqidah dan akhlaq.
2. Sebaiknya dia menguasai ilmu dien dan akademik
Wanita yang berwawasan akan menyadari kepentingan ilmu lantaran dialah yang
akan memikul tanggung-jawab sebagai guru besar kepada anak-anaknya, baik semasa
keberadaan suami di rumah maupun pada saat ketidakhadiran suami. Dengan
ilmu, dia mampu berperan sebagai pembantu pribadi suami dan berupaya menjadi
pendidik kepada anak-anaknya.
Sementara dengan kemahiran atau skil-skil tertentu, antara lain, memasak,
menjahit, mengajar, memandu kenderaan dan lain-lain, dia akan memiliki
inisiatif dan kreativitas dalam menjalani hidup, baik bersama suami mahupun
ketika bersendirian.
3. Berkemampuan mengendali emosi
Wanita Muslim yang baik, ia harus sanggup bersusah-payah dan berusaha untuk
qanaah, karena suami yang cintakan Allah, agama dan jihad akan otomatis menjadikan
dunia sebagai sarana menuju akhirat, bukan sebagai kesenangan dunia semata.
Menurut istilah Imam Asy-Syafii rahimahullah, “Hakikat zuhud adalah
tidak meletakkan dunia di hatinya.”
Ini bermakna, bahwa seorang isteri harus kuat menahan hati dan emosi bila
kekayaan sewaktu-waktu bila keperluan dunia makin tidak sempurna dan
mulai berkurang.
4. Memiliki mental yang kuat
Dalam bahasa yang lebih mudah, wanita ahrus kuat menahan perasaan. Ada
banyak kondisi dan situasi yang menuntut kemampuan ini; kepergian suami dalam
waktu lama, anak yang sakit di kala suami sibuk dan tak dapat mendampingi,
keperluan ummat yang menyita waktu bersama suami. Atau ujian berat, ketika para
wanita mendapi suami-suami mereka di penjara. Sementara keluarga yang tidak mendukung
dan kondisi keuangan yang tidak stabil, adalah satu hal yang tak dapat tepiskan
begitu saja. Bahkan berat pula kondisi ketika para suami berkeinginan
“membantu” mengangkat derajat kaum hawa menjadi pendamping.
Sungguh luar biasa semua itu, jika perasaan marah, cengeng, dan
cemburunya mampu diletakkan di tempat yang betul dan baik serta wajar.
5. Mampu mengawal diri dari sifat buruk yang timbul dari situasi tertentu
Sifat buruk di sini antara lain adalah; membanggakan diri sebagai isteri,
dengan itu dia paling tau banyak hal. Membanggakan suami dan merendahkan orang
lain bisa juga menganggap dirinya orang paling malang dan paling memerlukan
perhatian banyak orang ketika sedang ditimpa musibah dan lain sebagainya.
6. Memiliki daya tahan dan kemahuan yang kuat
Daya tahan seorang istri-lah yang menjadi inspirasi dan menjadi pendorong
utama para suami untuk melaksanakan amal dan karir. Dia ibarat antibodi
yang gigih melawan sembarang jenis bakteri, kuman dan virus yang
menyerang jiwa dan semangat suami dan keluarga.
Dia berkemauan kuat untuk bersama-sama suaminya menempuh ombak lautan
perjuangan di dalam kapal bernama “jihad” dan rumahtangga menuju jannah
Rabbnya. Dengan kemauan kuat yang kadang kelihatan seperti sebuah kedegilan,
jiwa rapuh ditegakkan, semangat layu disegarkan dan air mata diusap dan diganti
dengan senyuman.
7. Selalu berinisiatif untuk kelihatan menarik di mata suami
Wanita Muslim harus menarik dari berbagai segi; penampilan, cara
berpakaian, berfikir, bersikap, berbicara dan mengambil keputusan, dalam waktu
senang maupun susah. Wanita sebeginilah yang Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi
Wasallam (صلى الله عليه و سلم) maksudkan dalam sebuah ucapannya,
“Tidakkah mau aku kabarkan kepada kamu tentang sesuatu yang paling baik
dari seorang wanita? Wanita sholehah adalah wanita yang bila dilihat suaminya
menyenangkan, bila diperintah ia mentaatinya dan bila suaminya meninggalkannya,
ia menjaga diri dan harta suaminya.” [Hadith riwayat Abu Daud dan An-Nasa’i)
Berbahagialah wanita yang membahagiakan suaminya. Pria yang berjaya
adalah pria yang bahagia lantaran telah memperoleh sebaik-baik perhiasan.
Rasulullah dalam sebuah haditsnya mengatakan, "Ad dunya mata', wa khoiru mata'iha al mar'atus Shalihat." (dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah isteri Shalihat, HR. Muslim)
Pria yang berjaya adalah pria yang jiwanya bahagia dan merdeka, adalah pria
yang tidak terpenjara oleh ulah dan ragam wanita di sisinya. Untuk itu,
kesempatan belajar dan hak dididik perlulah diberi kepada kaum wanita. Tak ada
ruginya pria memberi kesempatan wanita belajar. “You get what you give.”
Yakinlah, tangan yang menghayun buaian, akan mampu menggoncangkan dunia. Wallahu
a’lamu bish-shawabi. (Hanya Allah yang Maha tahu kebenarannya)
Paridah Abbas, penulis ibu rumah tangga dan seorang pengajar
Sumber http://www.voa-islam.com