Timeline twitter sejak Jumat (5/10) malam dihebohkan oleh twit-twit dengan
hashtag #KemanaPresiden. Bahkan,
hashtag ini sempat beberapa saat menjadi trending topic. Jelas, ini terkait
heboh penyerbuan gedung KPK di Kuningan, Jakarta Selatan oleh polisi, malam
itu.
Lagi-lagi publik disuguhi sebuah tragikomiko. Dagelan yang bukannya membuat
tertawa, tapi justru menguras air mata. Pertarungan tidak sehat ala Cicak Vs
Buaya terulang kembali. Kali ini, Semut alias publik, membekingi KPK.
KPK merasa dikriminalisasi oleh polisi lantaran salah satu penyidik
seniornya yang berasal dari kepolisian akan ditangkap atas tuduhan melakukan
tindak pidana 8 tahun lalu.
Sebuah akun Twitter @SamadAbraham, yang turut menjadi pusat perhatian dari
hashtag #KemanaPresiden memulai kicauannya,
“Kriminalisasi terhadap KPK sudah dilakukan bukan oleh oknum kepolisian
tapi sudah oleh institusi POLRI itu sendiri,” kicaunya.
Sementara polisi bersikeras tindakannya bukan kriminalisasi atas KPK.
Tetapi, murni karena ada tindak pidana yang dilakukan penyidik KPK, Kompol
Novel Baswedan semasa menjabat Kasat Reskrim Polres Bengkulu dengan pangkat
Iptu, 8 tahun lalu.
Para pimpinan KPK pasang badan melindungi Kompol Novel. Publik dengan
kekuatan berbicara bebasnya di social media bergerak dengan hashtag #SaveKPK
berdiri di belakang KPK. Mereka muak dengan arogansi Polri yang berdalih
penegakan hukum.
Sungguh sebuah pertunjukan yang menyesakkan dada. Dua lembaga penegakan
hukum bertarung bebas. Lebih memalukan dari tawuran pelajar di jalanan.
Sementara para koruptor yang semestinya mereka libas, terbahak-bahak
menyaksikan dagelan yang tidak lucu itu.
Siapa yang bisa menengahi? Presiden! Cuma presiden yang punya kewenangan
menghentikan pertunjukan memalukan ini. Tetapi tak kunjung ada secuil kalimat
pun keluar dari mulut sang kepala negara. Pantas jika publik bertanya di twitter:
#KemanaPresiden ?
Istana melalui jubirnya, Julian A Pasha beralasan, tak semua hal perlu
dikomentari Presiden. Presiden, kata Julian, juga sudah menugasi Menko Polhukam
untuk menyelesaikan masalah ini. Namun, seruan Menko Polhukam kepada Kapolri agar
menarik pasukannya dari KPK Jumat malam tak dihiraukan.
Julian juga menepis kekhawatiran akan terulangnya tragedi Cicak vs Buaya.
“Ini bukan yang pertama ketegangan sehat antara KPK dan Polisi,” kata Jubir
Presiden.
Sehat? Publik bisa dengan cepat menilai ini adalah pernyataan yang sakit
dari seorang jubir istana.
Kemana Presiden? Abraham Samad bahkan dengan geram telah mempertanyakan
posisi Presiden yang membiarkan Polri menyalahgunakan otoritasnya untuk meneror
KPK.
“Sumpah Presiden yang akan memimpin pemberantasan korupsi dan berada di
garda depan dalam upaya tsb adalah omong kosong,” kicau @SamadAbraham.
Akun @SamadAbraham seolah mewakili keheranan publik atas sikap diam
Presiden.
“Diamnya Presiden membuat saya curiga. Jangan-jangan dia atau anggota keluarganya
disandera oleh Polri terkait suatu kasus,” twitnya lagi.