SIAPA yang tak kenal Muhammad Ali? Petinju legendaris, dengan julukan “the
Greatest” dengan gaya bertinju “kupu-kupu”-nya ini? Di balik kepiawaiannya
dalam mengolah jab dan jotosan, ternyata pemahaman keislaman Muhammad Ali patut
diteladani. Paling tidak, itulah yang tergambar dari buku karya salah seorang
putrinya, Hana Yasmin Ali, yang berjudul: “More than a Hero” (Lebih dari
sekedar Pahlawan).
Berikut adalah salah satu cuplikan dari buku tersebut, di mana Muhammad Ali
memberikan nasihat kepada putrinya tentang wanita yang shalihah, yang paling
berharga dan hikmah mengenakan jilbab, menutup aurat, perhiasan wanita.
“Ketika aku masih gadis remaja, belum beranjak sembilan atau sepuluh tahun,
aku ingat saat pertama bertemu dengan ayahku setelah perceraiannya. Aku sungguh
amat gembira dan tak sabar untuk segera sampai di Hotel Disneyland, Anaheim,
California, di mana ia dan Lonnie—istrinya saat itu—sedang menginap.
Jika aku tak salah mengingat, aku memakai kaos tank top mini berwana putih
dan sepotong celana pendek berwarna hitam. Aku sebenarnya dibesarkan dalam
lingkungan muslim ortodoks, aku belum pernah mengenakan pakaian minim semacam
itu di saat ayah ada.
Ketika telah sampai, pak sopir mengantarkan Laila, adikku, dan aku ke kamar
ayah. Seperti biasa, ia bersembunyi di balik pintu untuk mengejutkan kami. Kami
saling berpelukan dan saling melepas kerinduan seharian itu. Ayahku
memperhatikan kami dengan seksama. Kemudian ia mendudukkanku di pangkuannya dan
mengatakan sesuatu yang tak akan pernah kulupakan.
Dengan pandangan yang dalam ke kedua bola mataku, ia berkata, “Hana, segala
yang Allah jadikan berharga di dunia ini semuanya disembunyikan dan sulit untuk
dijangkau. Di mana engkau menemukan permata? Jauh di dalam tanah, tersembunyi
dan terlindungi. Di mana engkau menemukan mutiara? Jauh di dasar samudera,
tertutup dan terlindungi oleh cangkang yang indah. Di mana engkau menemukan
emas? Jauh di dalam tambang, tertutup oleh berlapis-lapis batuan. Engkau harus
berusaha keras untuk bisa mendapatkan mereka.”
Ia memandangku dengan tatapan serius. “Tubuhmu suci. Engkau lebih berharga
dibandingkan dengan permata dan mutiara, dan dirimu (tubuhmu) harus ditutupi
juga.“
Itu adalah satu dari banyak pelajaran yang ditanamkan oleh ayah kepadaku
dan akan terus mengilhamiku dan saudari-saudariku, hingga
sekarang.*/islampos.com