Minggu, 14 Oktober 2012

Energi Alternatif Dari Limbah Karya Siswa SMA


Dunia pendidikan saat ini kembali menjadi sorotan lantaran maraknya aksi tawuran yang melibatkan sejumlah pelajar SMA di berbagai wilayah. Bukan prestasi yang mebanggakan orang tua dan gurunya. Bahkan akibat aksi tawuran yang kerap terjadi, telah merenggut sejumlah korban luka-luka, bahkan hingga menyebakan kematian.


Akan tetapi di Jawa Timur tiga pelajar SMA di Lamongan ini patut diacungi jempol atas prestasinya. Siswa SMA Muhammadiyah 1 Babat ini menciptakan sebuah alat inovasi sumber energi listrik yang bersumber dari limbah air ikan pindang. Teknologi temuan pelajar Kota Solo ini dinamakan 'Nepobia El Cell'.

Ketiga pelajar SMA yang berhasil melakukan inovasi membuat sumber energi listrik dari limbah ikan tersebut yakni Isnaini, Yusuf Alwi dan Zulfa. Para pelajar ini menyebut teknologi temuan mereka ini telah mempertimbangkan berbagai aspek, yaitu aspek kegunaan dan lingkungan.

Isnaini, salah satu pencipta energi alternatif mengatakan, mereka memanfaatkan ikan pindang sebagai proses awal sumber energi listrik. Awalnya, kata Isnaini, ikan pindang yang telah diasinkan direbus dengan air selama kurang lebih 15 menit.

"Proses ini kami hanya mengambil limbah atau air bekas rebusan ikan pindang saja," katanya kepada wartawan, Senin (1/10/2012).

Air rebusan atau limbah ikan pindang ini kemudian dimasukkan dalam sebuah wadah yang telah dirangka dengan kabel anoda dan katoda, dan ditambah lempengan tembaga dan seng. Selain itu, ada sebuah kabel yang dihubungkan sebagai jembatan garam.

"Inspirasi kami berasal dari banyaknya limbah hasil olahan ikan pindang para nelayan yang ada di wilayah pantura Lamongan," akunya.

Untuk satu pasang sel energi listrik dari limbah rebusan air ikan pindang ini mampu digunakan untuk mengoperasikan mesin penghitung atau kalkulator. Uji coba lainnya, adalah dengan menggabungkan 24 sel yang berisi 480 mililiter air limbah. Hasilnya, tenaga listrik yang dihasilkan limbah tersebut mampu menyalakan lampu LED selama 80 hingga 90 jam.

Dengan hasil penemuan siswanya ini, Kepala SMA Muhammadiyah 1 Babat, Mustafik mengaku berencana untuk mencarikan partner dengan harapan bisa mengembangkan temuan para siswa ini menjadi energi alternatif.

"Karya siswa ini memperoleh juara 2 nasional olimpiade sains yang diselenggarakan di Universitas Negeri Jakarta beberapa waktu yang lalu," pungkasnya.