Rabu, 03 Oktober 2012

Gereja Katolik Australia akui beberapa pendetanya pedofil

Gereja Katolik Roma Australia mengakui beberapa pendeta mereka kerap melakukan pelecehan seksual terhadap bocah, atau lebih dikenal dengan pedofilia. Peristiwa itu menimpa lebih dari 600 anak di Negara Bagian Victoria sejak 1930-an.


Stasiun televisi AlJazeera melaporkan, Sabtu (22/9), Uskup Agung Denis Hart mengatakan fakta itu mengerikan dan memalukan. Dalam pernyataannya, Harta mengatakan sangat penting buat membuka semua pelecehan seksual itu tidak hanya di Negara Bagian Victoria, tapi juga di seluruh negeri.

"Kami tidak menutup mata atas kejadian ini dan ingin membantu proses penyembuhan penderitaan para korban pelecehan. Selain itu, kami menilai secara menyeluruh tindakan diambil gereja terkait permasalahan ini, utamanya pada 16 tahun belakangan," kata Hart. Menurut dia, hasil penilaian itu akan menjadi panduan dalam penanganan para korban dan tindakan pencegahan.

Tindakan pelecehan seksual terhadap anak-anak menjadi isu hangat di Australia dalam beberapa tahun terakhir. Saat Paus Benediktus XVI melawat ke Negeri Kangguru empat tahun lalu, dia menyempatkan diri bertemu para korban pelecehan dan menyampaikan permintaan maaf di depan publik.

Laporan tentang tindakan pelecehan seksual dilakukan pendeta terhadap para bocah mencuat setelah para pegiat melaporkannya kepada Parlemen Australia. Bahkan menurut data mereka, jumlah korban mencapai lebih dari sepuluh ribu anak.

Menurut keterangan pihak gereja, mereka kini sedang mengusut 620 kasus terjadi pada kurun 1960 sampai 1980, ditambah 45 kasus baru.

Menurut Chrissie Foster, orang tua korban pelecehan, selama puluhan tahun gereja berusaha menyembunyikan data pelecehan seksual itu dan baru dibuka saat diminta parlemen Jumat lalu. "Hanya polisi bisa menghentikan semua ini," kata Foster.

Foster mengatakan dia kecewa dan menganggap gereja tidak pernah sungguh-sungguh dalam mencegah perbuatan keji itu. Dua anak perempuan Foster diperkosa oleh pendeta pada pertengahan 1980-an. Bahkan, salah satu anaknya bunuh diri akibat tekanan batin.