Jumat, 23 Maret 2012

Selama Kekayaan Alam Dirampok Asing Indonesia Akan Terus Miskin

Kenapa Pesawat dan Helikopter TNI Indonesia sering jatuh sehingga lebih dari 150 orang tewas di tahun 2008-2009?


Kenapa 120 juta rakyat Indonesia hidup dalam kemiskinan (versi Bank Dunia)?

Kenapa meski SD-SMP gratis tapi SMU dan Perguruan Tinggi Negeri justru mahal dan tidak terjangkau bagi rakyat miskin?


Kenapa pelayanan kesehatan umum di Indonesia sangat mahal dan tidak terjangkau?

Kenapa korupsi merajalela di Indonesia?

Kenapa rel kereta api dan kabel telpon dicuri?

Kenapa penculikan anak sering terjadi, begitu pula perampokan yang tak jarang menimbulkan korban jiwa?

Kenapa Hutang Luar Negeri Indonesia terus meningkat dari Rp 1.200 trilyun di tahun 2004 jadi Rp 1.600 trilyun di tahun 2009?

Kenapa Indonesia selalu bergantung pada Investor Asing dan jika tak ada Investor Asing datang maka pembangunan tidak berjalan?

Jawaban dari semua pertanyaan di atas adalah karena Indonesia tidak punya cukup uang. Kenapa tidak punya cukup uang? Karena kekayaan alam Indonesia dikuras asing dan perekonomiannya dikuasai asing. Contohnya untuk tambang emas dan perak di Papua, Freeport dapat 99% sementara 230 juta rakyat Indonesia harus puas dgn 1% saja. Bagaimana Indonesia tidak miskin?

Akibatnya, mayoritas rakyat Indonesia hidup dalam kemiskinan. Sebagian dari mereka terpaksa mencuri, menculik, merampok dan sebagainya untuk mendapatkan uang. Seorang anggota Kapak Merah yang didor polisi berkata, “Biarlah saya ditembak mati. Habis saya cuma lulus SD. Cari kerja susah. Jadi merampok guna mendapatkan uang”

Pemerintah tidak bisa membeli pesawat dan helikopter baru untuk menggantikan pesawat dan helikopter lama yang umurnya sudah 30 tahun lebih. Pemerintah hanya bisa memberi bantuan Rp 100 ribu/bulan untuk kurang dari 40 juta rakyat Indonesia. Itu pun BLT tidak bisa berjalan rutin setiap bulan. Pemerintah tidak bisa membiayai penuh pendidikan dan kesehatan sehingga mayoritas rakyat Indonesia meski tergolong miskin versi Bank Dunia harus membayar mahal untuk pendidikan dan kesehatan.

Dengan mahalnya biaya pendidikan di SMU dan Perguruan Tinggi Negeri, maka jika zaman ORBA mayoritas rakyat lulusan SMA, maka dalam 5-10 tahun mendatang jika kebijakan Ekonomi tidak berubah rata-rata pendidikan hanya lulus SMP saja.

Karena pemerintah tidak punya cukup uang, maka terpaksa harus berhutang dan menggantungkan pada datangnya Investor Asing. Jika tidak, pembangunan tidak akan jalan. Menurut penganut paham Ekonomi Neoliberalisme tanpa hutang tidak mungkin ada pembangunan. Padahal kalau hutang sudah membukit dan si peminjam sampai mendikte bangsa Indonesia untuk menyerahkan kekayaan alam dan menjual BUMN yang dimiliki serta menaikkan berbagai harga yang menyengsarakan rakyat, itu sudah tidak sehat lagi.

Hutang Indonesia yang sudah mencapai 68% dari GNP jelas sudah sangat besar dibanding Singapura yang hanya 14%, Arab Saudi 11%, Iran 8%, atau bahkan Malta yang 0%! Jangan “Besar Pasak daripada Tiang!” begitu kata-kata yang bijak dari nenek moyang kita.

Korupsi merajalela di negara kita karena gaji pejabat dan pegawai negeri di Indonesia sangat kecil. Menurut seorang staf Bappenas, GAJI POKOK pejabat tertinggi hanya Rp 3 juta. Padahal di AS, gaji pengantar Pizza saja yang menurut ukuran sana miskin, mencapai Rp 14 juta. Itu pun belum termasuk Tips!

Gaji Presiden Indonesia kurang dari Rp 70 juta/bulan. Kekayaan Presiden SBY “hanya” RP 8,5 milyar! Padahal gaji CEO Chevron (satu perusahaan migas asing yang beroperasi di Indonesia) mencapai US$ 7,8 juta/tahun atau Rp 7,1 milyar/bulan. Artinya dalam 30 tahun masa kerja, CEO perusahaan migas asing ini pendapatannya mencapai  Rp 2,5 trilyun! Itu baru satu orang. Kalau Direksi ada 5 orang dan komisaris ada 5 orang, semuanya bisa mendapat Rp 12 trilyun. Darimana uang untuk menggaji mereka sebesar itu? Di antaranya ya dari minyak dan gas Indonesia!

Coba anda bayangkan, jika Dirut perusahaan migas asing total gajinya mencapai Rp 2,5 trilyun, sementara Dirut BUMN Pertamina hanya Rp 100 juta/bulan atau Rp 36 milyar, mana yang lebih banyak mengambil uang dari kekayaan alam Indonesia? Tentu Dirut perusahaan asing bukan? Bahkan seandainya Dirut BUMN itu korupsi Rp 1 trilyun pun tetap saja lebih banyak uang yang diambil Dirut perusahaan asing dari bumi Indonesia dengan gaji raksasanya yang “legal.”

Silahkan lihat Daftar Perusahaan Terkaya versi Forbes 500:


1. Exxon Mobil, pendapatan $390.3 billion/tahun, gaji CEO, Rex W. Tillerson, $4.12M/tahun

3. Shell, pendapatan $355.8 billion/tahun, gaji CEO, Jeroen van der Veer, €7,509,244

4. British Petroleum, pendapatan $292 billion/tahun, gaji CEO, Tony Hayward, $4.73M

6. Total S.A., pendapatan $217.6

7. Chevron Corp., pendapatan 214.1 billion/tahun, gaji CEO, David J. O’Reilly, $7.82M

8. Saudi Aramco (BUMN Saudi), pendapatan $197.9 billion/tahun

10. ConocoPhillips, pendapatan $187.4 billion/tahun, gaji CEO, James Mulva, $6.88M

Total dari perusahaan itu saja (10 perusahaan teratas versi Forbes 500) yang juga beroperasi di Indonesia mengelola kekayaan alam kita, itu US$ 1.655 milyar atau sekitar 17 ribu trilyun/tahun. Di antaranya berasal dari kekayaan alam Indonesia. Jumlah itu 17 kali lipat dari APBN Indonesia tahun 2009 yang hanya mencapai Rp 1.037 Trilyun.

Dari data di atas, cukup aneh jika Indonesia yang katanya untuk Migas dapat 85% (kalau Pertambangan lain Indonesia memang cuma dapat 15%) dan asing cuma 15% ternyata dapat tidak lebih dari Rp 350 trilyun/tahun dari Migas sementara 6 perusahaan migas tersebut yang “cuma” dapat 15% bisa mendapat Rp 17.000 Trilyun! Atau 5.600% lebih! Menurut nalar saya itu tidak masuk di akal.

Itu belum dari berbagai perusahaan lain seperti Freeport, Newmont, BHP, dsb yang menguasai emas, perak, tembaga, nikel, dsb di Indonesia. Bisa jadi total penerimaan mereka sekitar Rp 30 Ribu Trilyun/tahun.

Ada yang menyebut bahwa selain yang 15% itu, pihak asing juga mengklaim “Cost Recovery” untuk eksplorasi migas dan juga operasional sehingga besarnya bisa mencapai 30-40%. Selain itu besar migas yang diproduksi juga tidak jelas. Amien Rais berkata, “Jika dari perusahaan migas langsung gasnya disalurkan melalui pipa ke Singapura, bagaimana kita tahu berapa gas yang sebenarnya diproduksi?”

Perbedaan signifikan besarnya angka pendapatan yang diperoleh 6 perusahaan Migas dengan minimnya pendapatan yang diperoleh bangsa Indonesia harusnya menjadi satu indikasi yang harus diinvestigasi.

Freeport yang sekedar “Tukang Cangkul” di Papua mendapat royalti emas dan perak sebesar 99%, sementara lebih dari 230 juta rakyat Indonesia yang merupakan pemilik tambang emas dan perak cuma diberi 1%. Menkeu Agus Martowardojo juga menyatakan bahwa ada ilegal ekspor tambang. Penambang asing cuma mengaku mengekspor 5 juta ton hasil tambang. Sementara data impor tambang tersebut di luar negeri dari Indonesia mencapai 20 juta ton:

Jadi jika ternyata yang diakui asing jumlahnya cuma 1/4, dan dari 1/4 itu Indonesia hanya diberi 1%, Indonesia itu cuma dapat 0,25% dari hasil tambang emas, perak, dsb. Inilah sebabnya kenapa negeri Indonesia yang kaya dengan hasil alamnya, ternyata mayoritas rakyatnya hidup miskin dan melarat.

Arab Saudi cukup cerdas menasionalisasi perusahaan Aramco tahun 1974. Tahun 1970-an, Arab Saudi masih termasuk negara miskin. Kekayaan alam mereka berupa minyak tidak dapat mensejahterakan mereka karena dikuasai perusahaan AS, Aramco. Namun sejak raja Faisal menasionalisasi Aramco, maka seluruh hasil minyak dapat dinikmati oleh rakyat Saudi Arabia. Jumlah uang yang masuk untuk pembangunan pun berlimpah sehingga listrik di sana gratis, sementara bensin cuma Rp 1700/liter. Ini jauh lebih murah ketimbang Indonesia yang Rp 4.500/liter saja sudah ribut soal kurangnya subsidi karena 90% migas kita dikuasai perusahaan migas asing.
Foto di atas adalah foto Masjidil Haram saat Arab Saudi masih dilanda kemiskinan meski saat itu mereka sudah memproduksi minyak lewat perusahaan AS, Aramco. Foto di bawah adalah foto Masjidil Haram saat Arab Saudi kaya setelah menasionalisasi Aramco:
Chavez presiden Venezuela juga menasionalisasi perusahaan migas di sana sehingga Venezuela yang merupakan negara penghutang terbesar, sekarang rasio hutangnya hanya kurang dari 40% total GDPnya. Di bawah Indonesia yang rasio hutangnya sudah mencapai 68% dari GDP dan terus bertambah sekitar Rp 100 trilyun/tahun. Kuwait dan Qatar juga mengandalkan BUMN mereka untuk mengelola kekayaan alamnya sehingga tidak bocor ke asing.

Akibatnya negara mereka makmur. Ketika saya tinggal di Arab Saudi selama 6 bulan di rumah satu warga negaranya, di sana bukan cuma bensin lebih murah, tapi sekolah, listrik, rumah sakit gratis. Bahkan di sana kalau kuliah diberi uang saku.

Negara-negara yang maju/makmur seperti AS, Inggris, Perancis, Arab Saudi, Qatar, Kuwait, dsb itu tidak pernah menyerahkan kekayaan alam mereka ke asing. Mereka mengelola sendiri kekayaan alam mereka. Qatar dan Kuwat meski SDMnya sedikit, mereka tetap buat BUMN sendiri. Tenaga ahli mereka cari dari luar negeri termasuk dari Indonesia. Coba lihat Kompas Sabtu-Minggu di kolom lowongan kerja, banyak iklan lowongan kerja dari BUMN Qatar, Kuwait, dsb yang mencari ahli migas dari Indonesia. Dan memang SDM Migas Indonesia cukup ahli dan melimpah karena sebagian besar pekerja di perusahaan migas asing di Indonesia juga merupakan putra-putri Indonesia.

Bahkan Malaysia pun yang serumpun dengan kita dengan jumlah penduduk lebih sedikit dan di bawah kita kualitas SDMnya tetap mengelola sendiri migas mereka via BUMNnya Petronas sehingga 4 kali lipat lebih makmur dari kita. Gedung Petronas pun berdiri megah sebagai gedung tertinggi kedua di dunia sebagai bukti nyata keberhasilan BUMN tersebut.

Selama kekayaan alam Indonesia masih dinikmati oleh asing, Indonesia tidak akan pernah bebas dari kemiskinan.

Tidak ada satu bangsa pun yang maju dan sejahtera yang menyerahkan kekayaan alamnya ke pihak asing. Jika kita lihat negara-negara yang maju/makmur seperti AS, Inggris, Perancis, Jerman, Swis, Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Venezuela, dan sebagainya, mereka tidak mau menyerahkan kekayaan alamnya ke pihak asing. Harusnya ekonom Indonesia berjuang agar Indonesia bisa mandiri. Bisa berdikari.

AS, Inggris, Perancis, Belanda, dsb maju dan makmur karena selain mengelola kekayaan alamnya sendiri, mereka juga menguras kekayaan alam negara lain. Tak heran jika Anggaran Belanja Militer AS saja mencapai US$ 655 Milyar/tahun atau Rp 6.550 Trilyun/tahun sementara Anggaran Belanja Militer Indonesia cuma Rp 36 Trilyun saja. Kurang dari 1% anggaran AS!

Bukan justru membujuk rakyat/pemerintah agar Indonesia tidak mandiri dan bergantung kepada perusahaan2 asing yang ternyata justru memperkaya perusahaan dan direksi mereka sendiri

Oleh karena itu, dari Rp 30 Ribu Trilyun/tahun yang didapat perusahaan-perusahaan asing tersebut, bisa jadi 10-20% berasal dari kekayaan alam Indonesia atau minimal Rp 3.000 Trilyun/tahun.

Saat ini APBN Indonesia hanya sekitar Rp 1.000 trilyun untuk 240 juta rakyat Indonesia. Artinya tiap orang hanya mendapat sekitar US$ 34/bulan. Masih di bawah garis kemiskinan Bank Dunia yang US$ 60/bulan/orang. Tak heran Indonesia tidak punya cukup uang untuk mensejahterakan rakyat, memberi pendidikan yang terjangkau dari SD hingga Perguruan Tinggi, memberi layanan Rumah Sakit yang terjangkau, Pembaruan Alutsista, menyelamatkan anak-anak jalanan, dan sebagainya.

Bayangkan seandainya Indonesia mandiri dan mendapat tambahan Rp 3.000 trilyun dari hasil kekayaan alamnya sehingga APBN kita menjadi Rp 4.000 trilyun/tahun. Artinya ada US$ 138/bulan untuk setiap orang. Seluruh penduduk Indonesia bisa lepas dari garis kemiskinan VERSI BANK DUNIA yang US$ 60/bulan. Indonesia bisa melunasi hutangnya yang Rp 1.600 trilyun dengan mudah. Indonesia tidak perlu menunggu-nunggu “INVESTOR ASING” untuk membangun negerinya.

Segala janji bahwa pendidikan murah, layanan Rumah Sakit murah, pembaruan alutsista, atau pun mensejahterakan rakyat itu hanya omong kosong belaka jika Presiden kita tidak mau mandiri mengelola kekayaan alam Indonesia. Indonesia tidak akan punya cukup uang selama hasil kekayaan alam kita yang menikmati justru Kompeni-kompeni gaya baru yang didukung oleh pemerintah mereka.

Lihat video di mana Kompeni gaya baru yang didukung AS dan Inggris turut campur untuk menguasai kekayaan alam Indonesia sehingga 1 juta korban tewas:


Indonesia butuh pemimpin yang bijak dan berani seperti Raja Faisal dari Arab Saudi dan Hugo Chavez dari Venezuela yang berani menasionalisasi perusahaan pertambangan asing dan mandiri mengelola kekayaan alamnya.

Di bawah adalah sebagian hasil kekayaan alam Indonesia. Indonesia masih punya banyak kekayaan alam yang melimpah selain statistik di bawah.

tambang
kebun
MINYAK
batubara
Berikut tulisan dari Ensiklopedi MS Encarta:

Saudi Arabia

The latter development, along with Saudi Arabia’s 1974 takeover of controlling interest in the huge oil company Aramco, greatly increased government revenue, thus providing funds for another massive economic development plan.

BUMN yang Menguntungkan Negaranya:

Norway’s economy is a mixed one of public and private enterprises. Although the economy is based on free-market principles, the government exercises considerable supervision and control. The state owns railroads and most of the public utilities, and state-owned enterprises largely control the vital oil and natural gas sectors.

Microsoft ® Encarta


About PETRONAS

PETRONAS, the acronym for Petroliam Nasional Berhad, was incorporated on 17 August 1974 under the Companies Act 1965. It is wholly-owned by the Malaysian government and is vested with the entire ownership and control of the petroleum resources in Malaysia through the Petroleum Development Act 1974.

Over the years, PETRONAS has grown to become a fully-integrated oil and gas corporation and is ranked among FORTUNE Global 500′s largest corporations in the world. PETRONAS has four subsidiaries listed on the Bursa Malaysia and has ventured globally into more than 32 countries worldwide in its aspiration to be a leading oil and gas multinational of choice.


1973Saudi Arabia’s Government acquires a 25 percent participation interest in Aramco.1975Master Gas System project is launched.1980Saudi Government acquires 100 percent participation interest in Aramco, purchasing almost all of the company’s assets.http://www.saudiaramco.com/irj/portal/anonymous?favlnk=%2FSaudiAramcoPublic%2Fdocs%2FAt+A+Glance%2FOur+Story&ln=en

China National Petroleum Corporation


Crude Petroleum Production (thousand barrels/year)






No
Country
Production
Non BUMN Production
Description
1
Saudi Arabia
2.788.463
BUMN

2
Russia
2.705.835
2.705.835
BUMN?
3
United States
2.098.560
2.098.560
National Company
4
Iran
1.258.031
BUMN

5
China
1.238.070
1.238.070
BUMN?
6
Mexico
1.160.479
1.160.479

7
Norway
1.092.157
BUMN

8
Venezuela
951.091
BUMN

9
United Kingdom
837.053
837.053
National Company
10
Canada
792.812
792.812
National Company
11
Nigeria
773.549
773.549

12
United Arab Emirates
760.449
760.449

13
Iraq
738.901
738.901

14
Kuwait
691.842
BUMN

15
Brazil
531.509
531.509

16
Libya
481.590
481.590

17
Algeria
477.007
477.007

18
Indonesia
462.782
462.782

19
Oman
327.528
327.528

20
Angola
327.399
327.399

21
Kazakhstan
298.906
298.906

22
Argentina
276.510
276.510

23
Malaysia
255.113
255.113

24
Qatar
248.045
BUMN

25
India
242.801
242.801

26
Egypt
230.605
230.605

27
Australia
228.634
228.634

28
Colombia
210.727
210.727

29
Syria
186.571
186.571

30
Yemen
161.911
161.911

31
Ecuador
143.371
143.371

32
Denmark
135.421
135.421

33
Vietnam
124.037
124.037

34
Azerbaijan
113.322
113.322

35
Gabon
91.751
91.751

36
Congo (ROC)
91.021
91.021

37
Sudan
87.210
87.210

38
Equatorial Guinea
77.638
77.638

39
Turkmenistan
65.588
65.588

40
Brunei
59.536
59.536

41
Thailand
46.446
46.446

42
Trinidad and Tobago
44.501
44.501

43
Romania
43.830
43.830

44
Peru
35.380
35.380

45
South Korea
33.140
33.140

46
Italy
31.178
31.178

47
Uzbekistan
29.013
29.013

48
Tunisia
27.689
27.689

49
Ukraine
27.543
27.543

50
Cameroon
25.501
25.501

51
Germany
25.152
25.152

52
Papua New Guinea
20.145
20.145

53
Pakistan
18.356
18.356

54
Cuba
17.275
17.275

55
Turkey
17.048
17.048

56
Netherlands, The
16.922
16.922

57
Belarus
13.334
13.334

58
Bahrain
12.784
12.784

59
Bolivia
11.748
11.748

60
New Zealand
11.100
11.100

61
France
9.832
9.832

62
Hungary
8.793
8.793

63
Philippines
8.588
8.588

64
Congo (DRC)
8.279
8.279

65
Croatia
8.036
8.036

66
South Africa
7.121
7.121

67
Austria
6.787
6.787

68
Côte d’Ivoire
6.715
6.715

69
Guatemala
6.573
6.573

70
Poland
6.114
6.114

71
Myanmar
5.479
5.479

72
Serbia and Montenegro
5.114
5.114

73
Belgium
4.383
4.383

74
Suriname
3.653
3.653

75
Lithuania
3.229
3.229

76
Czech Republic
2.738
2.738

77
Ghana
2.557
2.557

78
Spain
2.402
2.402

79
Albania
2.323
2.323

80
Bangladesh
2.192
2.192

81
Chile
2.192
2.192

82
Japan
1.948
1.948

83
Estonia
1.863
1.863

84
Singapore
1.461
1.461

85
Sweden
1.461
1.461

86
Greece
1.155
1.155

87
Georgia
731
731

88
Portugal
731
731

89
Kyrgyzstan
731
731

90
Kenya
365
365

91
Ireland
365
365

92
Panama
365
365

93
Slovakia
365
365

94
Dominican Republic
365
365

95
Bulgaria
365
365

96
Barbados
365
365

97
Benin
365
365

98
Switzerland
365
365

99
Morocco
183
183

100
Tajikistan
91
91

101
Israel
37
37

102
Jordan
15
15

103
Slovenia
7
7


Total
24.458.709
17.429.080


Value in US$

1.220.035.600.000


Value in Rp

12.200.356.000.000.000


15% of Sharing

1.830.053.400.000.000






Microsoft ® Encarta ® 2006. © 1993-2005 Microsoft Corporation. All rights reserved.

Natural Gas Production


(Billion cu feet)






1
Russia
21.012
BUMN
2
United States
19.917
19.917
3
Canada
6.639
6.639
4
United Kingdom
3.602
3.602
5
Algeria
2.790
2.790
6
Iran
2.649
BUMN
7
Netherlands, The
2.649
2.649
8
Indonesia
2.472
2.472
9
Norway
2.401
BUMN
10
Uzbekistan
2.048
2.048
11
Saudi Arabia
2.013
BUMN
12
Turkmenistan
1.907
1.907
13
Malaysia
1.730
1.730
14
United Arab Emirates
1.519
1.519
15
Mexico
1.342
1.342
16
Argentina
1.271
1.271
17
Australia
1.271
1.271
18
China
1.165
1.165
19
Qatar
1.059
BUMN
20
Venezuela
1.059
BUMN
21
Egypt
953
953
22
India
883
883
23
Pakistan
812
812
24
Germany
777
777
25
Thailand
671
671
26
Ukraine
636
636
27
Trinidad and Tobago
600
600
28
Oman
530
530
29
Italy
530
530
30
Nigeria
494
494
31
Romania
459
459
32
Kazakhstan
459
459
33
Brunei
388
388
34
Bangladesh
388
388
35
Bahrain
318
318
36
Brazil
283
283
37
Denmark
283
283
38
Kuwait
283
BUMN
39
Myanmar
283
283
40
New Zealand
212
212
41
Libya
212
212
42
Poland
212
212
43
Colombia
212
212
44
Bolivia
212
212
45
Syria
212
212
46
Azerbaijan
177
177
47
Hungary
106
106
48
Japan
106
106
49
Iraq
71
71
50
Croatia
71
71
51
France
71
71
52
Austria
71
71
53
South Africa
71
71
54
Tunisia
71
71
55
Philippines
71
71
56
Vietnam
71
71
57
Angola
35
35
58
Chile
35
35
59
Côte d’Ivoire
35
35
60
Equatorial Guinea
35
35
61
Ireland
35
35
62
Serbia and Montenegro
35
35
63
Spain
35
35







62.543


Sumber  http://infoindonesia.wordpress.com