Jumat, 15 Februari 2013

Perselingkuhan Soekarno-Inggit di rumah kos Bandung


Hubungan percintaan Soekarno dengan Inggit Garnasih semakin membara seiring kondisi rumah tangga masing-masing yang semakin hambar. Perubahan sikap yang dialami Haji Sanusi terhadap Inggit membuat wanita cantik itu semakin kesepian dan tak punya teman mengadu.


Sementara, hubungan rumah tangga Soekarno dengan Siti Oetari juga tak berbeda jauh. Soekarno semakin merasa bosan dengan sikap kanak-kanak Oetari.

Kondisi tersebut mengakibatkan
Soekarno dan Inggit tak bisa menahan rasa suka satu sama lain. Dalam buku biografi 'Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia', Karya; Cindy Adams, diceritakan keduanya kerap berbagi kegembiraan bersama.

"Pada awalnya kami menunggu. Selama beberapa bulan kami menunggu dan tiba-tiba dia berada dalam rengkuhanku. Ya itulah yang terjadi. Aku menciumnya. Dia menciumku. Lalu aku menciumnya kembali dan kami terperangkap dalam rasa cinta satu sama lain. Dan semua itu terjadi selagi ia masih istri dari Sanusi dan aku suami dari Oetari," kata
Soekarno.

Soekarno tak merasa berdosa atas apa yang dilakukannya itu. Sebab, dia memiliki pandangan rumah tangga Inggit dengan Sanusi telah lama hancur dan bukan karena ulahnya.

Perasaan cinta di antara keduanya semakin besar. Sementara, kondisi rumah tangga masing-masing semakin tak tentu arah.
Soekarno akhirnya menceraikan Oetari dan mengembalikannya ke H.O.S Tjokroaminoto di Surabaya, pada 1923.

Sekembalinya ke Bandung,
Soekarno dan Inggit pun segera bertemu kembali. Soekarno bercerita soal kondisi dan harapannya mengenai sosok pendampingnya kelak. Dia berharap wanita yang akan mendampinginya kelak bisa menjadi seorang ibu, sahabat, kekasih, dan pemberi semangatnya.

Tiap malam keduanya menghabiskan waktu bersama di rumah yang terletak di Jalan Javaveem, Bandung itu. Sikap Sanusi yang semakin cuek kepada Inggit dan doyan keluar malam untuk bermain bilyard semakin membuat Inggit kesepian dan hampa. Inggit tak menolak ketika
Soekarno merayunya.

"... Dia menggeser tangannya merayap perlahan-lahan dan menyentuh tanganku. Kurasakan tenaganya. Dadanya mendekat. Aku ditarik dan kami berpindah tempat. Hendaknya semua maklum apa yang terjadi sebagai kelanjutannya. Aku malu menceritakannya, aku adalah perempuan Timur. Lagi pula keadaan waktu itu, keadaan rumah tangga kami, maksudku bisa kalian maklumi. Suamiku sudah lama bukan laki-laki yang bisa memuaskan diriku."

"... Ah untuk apa aku mengutik-utik masa lampau. Malu! Cerita kita waktu muda sudah sama-sama kita maklum. Sudahlah bukan sesuatu yang pantas untuk ditiru," kata Inggit dalam buku 'Biografi Inggit Garnasih: Perempuan Dalam Hidup Sukarno' karya Reni Nuryanti, terbitan Ombak.

Tali asmara antara Inggit dan
Soekarno akhirnya tercium Sanusi. Cercaan dan hujatan pun diterima Inggit. Tak tahan dengan kondisi tersebut, Inggit akhirnya mengajak Sanusi berdiskusi menyelesaikan persoalan mereka. Inggit mencurahkan semua kelakuan Sanusi yang tak disukainya dan menyatakan hubungan mereka tak bisa diteruskan jika seperti itu terus.

Sinyal perpisahan itu akhirnya menjadi kenyataan saat Sanusi menjatuhkan talak kepada Inggit. Sanusi mengaku ikhlas melepas Inggit untuk menikah dengan
Soekarno.

"Akang ridho kalau Eulis (panggilan Inggit oleh Sanusi) menerima lamaran Koesno (nama kecil
Soekarno) itu dan kalian berdua menikah. Mari kita jagokan dia hingga benar-benar dia nanti menjadi pemimpin rakyat. Dampingi dia, bantulah dia, sampai dia benar-benar mencapai cita-citanya," kata Sanusi.

Sanusi dengan lapang dada merelakan Inggit untuk menikah dengan
Soekarno. Bagi Sanusi, yang paling penting dia melihat Inggit bahagia. Keduanya akhirnya bercerai pada 1923.

"Eulis, kata Kan Uci (panggilan Sanusi oleh Inggit) dengan terpatah-patah. Aku tahu dia pun terharu menyatakannya. Eulis, ulangnya, Akang telah katakan kepada Kusno, cintailah Inggit dengan sungguh-sungguh dan jangan terlantarkan dia. Saya tidak senang, tidak rela kalau musti melihat Inggit hidup sengsara baik lahir maupun batin. Saya tidak rela kalau sampai mendengar kejadian menimpanya seperti itu."

Soekarno dan Inggit akhirnya menikah pada 1923. Kelak hampir 20 tahun Inggit dan Soekarno berumah tangga. Berbagi suka dan duka dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Peran Inggit sangat besar dalam mendukung Soekarno.