Baru-baru ini para peneliti di
University College London, Inggris, menggarap sebuah komputer yang dapat
memperbaiki dirinya sendiri. Komputer ini bisa menghindari terjadinya crash,
dan akan langsung melakukan pemulihan dan memperbaiki data yang rusak.
Hal ini seperti yang ditulis dalam
laporan mereka di majalah ilmiah New Scientist. Para peneliti tersebut
menyebut komputer buatan mereka menggunakan basis “chaos of the natural
world”.
Mereka mengklaim cara ini sangat
berbeda secara signifikan dari cara linear pada komputer konvensional, melalui
serangkaian instruksi. Tak seperti cara kerja PC yang harus melalui input dari
setiap program yang berjalan, teknologi “systemic self-repairing computer”
malah meniru cara alam bereaksi menghadapi tantangan.
“Proses ini terdistribusi, terdesentralisasi,
dan probabilistik. Dan mereka bisa ‘menyembuhkan diri’. Sebuah komputer harus
bisa melakukan itu,” ujar salah satu peneliti bernama Peter Bentley, seperti
dikutip PC Pro, Selasa (19/2).
Komputer ini menggabungkan instruksi
dengan data yang diterimanya, sehingga dapat mengadaptasi petunjuk untuk
mencocokkan diri dengan perubahan keadaan. Prototype yang belum bernama
ini juga dapat menggunakan data lingkungan, seperti menghubungkan suhu di luar
dengan cara bereaksi ketika kondisi terlalu panas.
Saat komputer sudah bisa menghitung
bagaimana reaksi terhadap skenario semacam itu, hasilnya dibagi antara sistem
yang terpisah dalam komputer dengan yang diperlukan komputer sebagai elemen
individu.
Para peneliti itu menyebut sifat
terdistribusi pada sistem ini adalah kuncinya. Pasalnya, komputer mengandung
beberapa salinan instruksi yang didistribusikan di banyak sistem. ”Jadi
jika salah satu sistem rusak, komputer dapat mengakses salinan lain yang masih
bersih untuk memperbaiki kode sendiri,” tulis mereka.
Hasilnya, komputer buatan mereka
diklaim dapat mencegah crash dan rendering screen of death.
Sistem akan mengakses data dari sistem lain dalam dirinya untuk melakukan
pemulihan dan koreksi data.