Jujur saja,
aku tak sanggup untuk menahan tangis tiap kali aku membayangkan nasib teman SD
ku, Sania. Wajar saja jikalau orang menjauhinya, mengucilkannya dan lain-lain
yang intinya tetap saja menganggap rendah dia sebagai manusia. Kalau tidak
dihina dan diejek paling-paling dia dipermalukan lagi.
Sania, apa
yang membuatnya begitu dibenci oleh teman-temanku? Apakah karena bau tidak
sedap yang muncul disetiap kali Sania hadir? Maklumi saja, dia bukanlah anak
seorang pejabat ataupun direktur, yang setiap saat bisa menghabiskan uang dan
waktu untuk mandi dengan segala wewangian ber jam-jam. Anak pegawai rendahan
pun tidak. Sania hanya anak seorang pemulung yang tentunya sangat miskin.
Miskin? Apa karena kemiskinan juga? Huff…aku tidak benar-benar tahu apa yang
membuat teman-temanku yang merasa dirinya berada di ”kalangan atas” begitu ogah
bergaul dengannya….
Meski
hampir semua temanku yang “berkalangan atas” itu berpantangan untuk bergaul
dengan Sania, tapi bagiku pantangan itu tidak ada sama sekali. Aku tetap
bergaul dengannya selayaknya aku bergaul dengan teman-temanku yang lain.Aku pun
heran mengapa bisa begitu, padahal aku pun juga masuk dalam “kalangan atas”
itu. Entah karena memang aku anak yang cuek atau mungkin aku memiliki jiwa
sosial yang tinggi.
Terkadang
Sania merasa minder dan malu tiap kali aku menghampirinya, dan lagi dia
menganggapku sebagai seorang yang harus disegani olehnya. Meskipun tidak secara
langsung Sania menunjukkan sikap itu tapi aku tetap bisa merasakan. Aku
mengerti, perbedaan status sosial lah yang membuatnya beranggapan seperti itu.
Sudah berkali-kali aku mengatakan supaya dia menganggapku layaknya teman
dekatnya, bukan sebagai ratu yang harus disegani. Tapi, ya Sania memang begitu.
Aku terkadang kasihan sekali dengannya, padahal Sania itu anak yang baik, sopan
dan tahu diri menurutku. Dia tidak pernah ngelunjak, meskipun aku sering
menolongnya.
Pernah
suatu kali disekolah, aku sampai berkelahi dengan teman-temanku disekolah
gara-gara Sania. Waktu itu, temanku Rita, Neni, Dedy,dll. yang lumayan angkuh
dan sombong, menghina Sania. Mereka mengatakan bahwa Sania yang hanya anak
seorang pemulung itu hanya bikin repot dan jadi sampah dikelas. Aku yang waktu
itu tidak sanggup menahan emosi lagi, langsung bangkit dari tempat dudukku dan
mendamprat mereka. Emosi ku meluap seketika, tanpa sadar aku jadi membela Sania
mati-matian. Apa yang salah dengan Sania? Mengapa dia selalu dihina ?
Kemiskinan dan kemelaratan ini kan bukan dia yang menginginkannya. Segala beban
hidupnya, membantu keluarga mencari nafkah, mengurus adik – adiknya. Bukan dia
yang meminta!
Aku heran dan
jengkel melihat sikap teman-temanku yang seolah menutup mata, telinga dan
bahkan hati mereka dari kenyataan ini. Mereka bersikap seperti pura-pura tidak
tahu, pura-pura bodoh dan aahhhh…..aku tak mengerti.
Setelah peristiwa itu, hampir semua temanku menjadi
antipati terhadapku dan menganggap aku anak yang sok dan apalah hal negatif
yang lain. Tapi, aku tidak terlalu menanggapi hal itu. Aku cuek – cuek saja
karena aku merasa hal yang aku lakukan adalah hal yang sudah benar, toh tanpa
mereka aku juga tetap bisa sekolah seperti biasa, bermain dan berprestasi
tentunya.
Kian
waktu terus berjalan, Sania kini menjadi semakin terasing. Dia seakan-akan
tidak lagi memiliki semangat untuk sekolah lagi. Selain faktor biaya, ejekan
yang tiap hari dia dapatkan sudah cukup membuat kenyang hatinya. Selain itu
sifatnya yang sangat tertutup, membuatnya susah dimengerti. Hingga akhirnya
Sania memutuskan untuk berhenti sekolah. Padahal lagi sebentar ujian kelulusan.
Miris dan sakit hatiku rasanya. Sania lebih memilih membantu orangtuanya
mencari nafkah dibandingkan dengan menuntut ilmu. Entahlah, dia sendiri yang
memilih atau bukan, atau mungkin dia terpaksa memilih pilihan itu atau mungkin
lagi dia lebih enjoy membantu orangtuanya mencari nafkah daripada
bersekolah dengan harapan yang tidak pasti, yang jelas aku sangat menyesalkan
tindakannya itu.
Sejak
Sania berhenti sekolah hingga saat ini, tidak pernah sekalipun aku bertemu
dengannya lagi. Aku tidak tahu dimana keberadaan ataupun kabar dari teman
baikku di masa aku bersekolah dasar, Sania. Aku hanya bisa berdoa dan berharap
semoga Tuhan selalu menjaga dan melindunginya dimanapun dia berada. Dan satu
hal lagi semoga dia tidak pernah diejek dan dihina lagi. . .
http://olagraciaa.blogspot.com