Sabtu, 24 Desember 2011

Sania, yang terlupakan


Jujur saja, aku tak sanggup untuk menahan tangis tiap kali aku membayangkan nasib teman SD ku, Sania. Wajar saja jikalau orang menjauhinya, mengucilkannya dan lain-lain yang intinya tetap saja menganggap rendah dia sebagai manusia. Kalau tidak dihina dan diejek paling-paling dia dipermalukan lagi. 


Sania, apa yang membuatnya begitu dibenci oleh teman-temanku? Apakah karena bau tidak sedap yang muncul disetiap kali Sania hadir? Maklumi saja, dia bukanlah anak seorang pejabat ataupun direktur, yang setiap saat bisa menghabiskan uang dan waktu untuk mandi dengan segala wewangian ber jam-jam. Anak pegawai rendahan pun tidak. Sania hanya anak seorang pemulung yang tentunya sangat miskin. Miskin? Apa karena kemiskinan juga? Huff…aku tidak benar-benar tahu apa yang membuat teman-temanku yang merasa dirinya berada di ”kalangan atas” begitu ogah bergaul dengannya…. 

Meski hampir semua temanku yang “berkalangan atas” itu berpantangan untuk bergaul dengan Sania, tapi bagiku pantangan itu tidak ada sama sekali. Aku tetap bergaul dengannya selayaknya aku bergaul dengan teman-temanku yang lain.Aku pun heran mengapa bisa begitu, padahal aku pun juga masuk dalam “kalangan atas” itu. Entah karena memang aku anak yang cuek atau mungkin aku memiliki jiwa sosial yang tinggi.

Terkadang Sania merasa minder dan malu tiap kali aku menghampirinya, dan lagi dia menganggapku sebagai seorang yang harus disegani olehnya. Meskipun tidak secara langsung Sania menunjukkan sikap itu tapi aku tetap bisa merasakan. Aku mengerti, perbedaan status sosial lah yang membuatnya beranggapan seperti itu. Sudah berkali-kali aku mengatakan supaya dia menganggapku layaknya teman dekatnya, bukan sebagai ratu yang harus disegani. Tapi, ya Sania memang begitu. Aku terkadang kasihan sekali dengannya, padahal Sania itu anak yang baik, sopan dan tahu diri menurutku. Dia tidak pernah ngelunjak, meskipun aku sering menolongnya.

Pernah suatu kali disekolah, aku sampai berkelahi dengan teman-temanku disekolah gara-gara Sania. Waktu itu, temanku Rita, Neni, Dedy,dll. yang lumayan angkuh dan sombong, menghina Sania. Mereka mengatakan bahwa Sania yang hanya anak seorang pemulung itu hanya bikin repot dan jadi sampah dikelas. Aku yang waktu itu tidak sanggup menahan emosi lagi, langsung bangkit dari tempat dudukku dan mendamprat mereka. Emosi ku meluap seketika, tanpa sadar aku jadi membela Sania mati-matian. Apa yang salah dengan Sania? Mengapa dia selalu dihina ? Kemiskinan dan kemelaratan ini kan bukan dia yang menginginkannya. Segala beban hidupnya, membantu keluarga mencari nafkah, mengurus adik – adiknya. Bukan dia yang meminta!
Aku heran dan jengkel melihat sikap teman-temanku yang seolah menutup mata, telinga dan bahkan hati mereka dari kenyataan ini. Mereka bersikap seperti pura-pura tidak tahu, pura-pura bodoh dan aahhhh…..aku tak mengerti. 

Setelah peristiwa itu, hampir semua temanku menjadi antipati terhadapku dan menganggap aku anak yang sok dan apalah hal negatif yang lain. Tapi, aku tidak terlalu menanggapi hal itu. Aku cuek – cuek saja karena aku merasa hal yang aku lakukan adalah hal yang sudah benar, toh tanpa mereka aku juga tetap bisa sekolah seperti biasa, bermain dan berprestasi tentunya. 

Kian waktu terus berjalan, Sania kini menjadi semakin terasing. Dia seakan-akan tidak lagi memiliki semangat untuk sekolah lagi. Selain faktor biaya, ejekan yang tiap hari dia dapatkan sudah cukup membuat kenyang hatinya. Selain itu sifatnya yang sangat tertutup, membuatnya susah dimengerti. Hingga akhirnya Sania memutuskan untuk berhenti sekolah. Padahal lagi sebentar ujian kelulusan. Miris dan sakit hatiku rasanya. Sania lebih memilih membantu orangtuanya mencari nafkah dibandingkan dengan menuntut ilmu. Entahlah, dia sendiri yang memilih atau bukan, atau mungkin dia terpaksa memilih pilihan itu atau mungkin lagi dia lebih enjoy membantu orangtuanya mencari nafkah daripada bersekolah dengan harapan yang tidak pasti, yang jelas aku sangat menyesalkan tindakannya itu.

Sejak Sania berhenti sekolah hingga saat ini, tidak pernah sekalipun aku bertemu dengannya lagi. Aku tidak tahu dimana keberadaan ataupun kabar dari teman baikku di masa aku bersekolah dasar, Sania. Aku hanya bisa berdoa dan berharap semoga Tuhan selalu menjaga dan melindunginya dimanapun dia berada. Dan satu hal lagi semoga dia tidak pernah diejek dan dihina lagi. . .

http://olagraciaa.blogspot.com