Dua gadis Nepal keluar dari gubuk yang dijadikan tempat untuk melakukan ritual Chhaupadi. |
Saraswati Biswokarna tengah duduk santai. Tidak jelas rupa perempuan itu
lantaran bangunan reyot dan kumuh tempat ia berada tidak memperkenankan sinar
matahari menyapa. Yang terlihat justru lembaran katun usang dan tempat tidur
dari jerami.
Tak lama, perempuan itu beranjak menuju tempatnya beristirahat. Ia bersandar lalu secara perlahan merebahkan badan dengan lutut menyentuh dada. Ia pun menggigil. Yang aneh, saat itu cuaca tengah teriknya. Sebab, waktu menunjukan tengah hari.
Sewajarnya, Saraswati melakukan aktivitas semisal menyiapkan makan siang. Namun, ia tidak menunjukan gelagat untuk melakukan sesuatu. Dan yang mengejutkan, ia seperti itu selama sepekan terakhir.
Rupanya remaja berusia 13 tahun itu tengah menjalani hukuman. Oleh
keluarganya, ia tidak diperkenankan untuk beraktivitas. "Aku sudah delapan
hari berada di sini. Satu hari lagi aku keluar," ungkap dia seperti
dikutip alarabiya.net, Jum'at (30/12).
Hukuman yang diberlakukan pada Saraswati merupakan bagian dari ritual Hindu, Chaupaddi, yang selama berabad-abad dijalankan masyarakat Nepal. Pekan lalu, Saraswati mengalami haid pertama. Sebuah pertanda bahwa perempuan itu telah beranjak dewasa.
Hukuman yang diberlakukan pada Saraswati merupakan bagian dari ritual Hindu, Chaupaddi, yang selama berabad-abad dijalankan masyarakat Nepal. Pekan lalu, Saraswati mengalami haid pertama. Sebuah pertanda bahwa perempuan itu telah beranjak dewasa.
Sesuai tradisi Hindu, Saraswati tidak diperkenankan berinteraksi bersama
keluarga sebelum fase menstruasi selesai. Ia kembali mengalami ritual itu saat
melahirkan anak pertamanya.
"Aku tidak diizinkan untuk berinteraksi dengan apapun termasuk ternak milik keluargaku. Aku tinggal di gudang, aku hanya diminta berdiam saja. Untuk makan, ibuku lah yang mengantarnya," ungkap dia.
Selama berada dalam pengasingan, Saraswati tidak pula diperkenankan untuk mengkonsumsi susu dan mandi. Ia pun dilarang untuk melihat cermin.
Pengalaman serupa juga dialami Chandrakala Nepali (17 tahun). Ia sudah menjalani ritual selama lima hari. Selama ritual, orang tuanya tidak ada di rumah. Mereka diketahui berada di Mumbai untuk mencari pekerjaan. Candrakala hanya ditemani empat orang adiknya.
"Aku boleh diizinkan keluar tetapi sebatas mencari kayu bakar. Jujur aku merasa takut sendiri, khawatir ada ular dan serangga yang masuk," kata dia.
"Aku tidak diizinkan untuk berinteraksi dengan apapun termasuk ternak milik keluargaku. Aku tinggal di gudang, aku hanya diminta berdiam saja. Untuk makan, ibuku lah yang mengantarnya," ungkap dia.
Selama berada dalam pengasingan, Saraswati tidak pula diperkenankan untuk mengkonsumsi susu dan mandi. Ia pun dilarang untuk melihat cermin.
Pengalaman serupa juga dialami Chandrakala Nepali (17 tahun). Ia sudah menjalani ritual selama lima hari. Selama ritual, orang tuanya tidak ada di rumah. Mereka diketahui berada di Mumbai untuk mencari pekerjaan. Candrakala hanya ditemani empat orang adiknya.
"Aku boleh diizinkan keluar tetapi sebatas mencari kayu bakar. Jujur aku merasa takut sendiri, khawatir ada ular dan serangga yang masuk," kata dia.
Ritual Chhaupadi, Wanita
Menstruasi Bawa Sial (2)
Perempuan Nepal yang mengalami menstruasi pertamanya harus menjalani
tradisi nenek moyang ritual Chhaupadi. Dalam ritual tersebut, mereka diisolasi
dan dikucilkan dari dunia luar selama beberapa hari.
Seperti dikutip alarabiya.net, ada kepercayaan masyarakat setempat
ketika seorang perempuan mengalami fase mentsruasi pertamanya dan melahirkan
anak pertamanya. Wanita yang sedang melewati dua fase tersebut diyakini bisa
membawa nasib buruk kepada keluarga. Karena itu, mereka harus disingkirkan
jauh-jauh dari rumah.
Tradisi ini sebenarnya sudah dilarang oleh pemerintah Nepal pada 2005
silam. Melalui Mahkamah Agung (MA), pemerintah Nepal memutuskan masyarakat
Nepal tidak perlu menjalani ritual Chhaupadi. Namun, aturan itu tidak cukup
bagi masyarakat Nepal untuk meninggalkan tradisi tersebut.
Aturan pelarangan itu bukan tanpa sebab. Pada Januari tahun lalu, dua perempuan dari distrik Achamditemukan tewas dalam gudang tempat mereka menjalani ritual Chhaupadi. Mereka meninggal karena suhu ekstrim.
Aturan pelarangan itu bukan tanpa sebab. Pada Januari tahun lalu, dua perempuan dari distrik Achamditemukan tewas dalam gudang tempat mereka menjalani ritual Chhaupadi. Mereka meninggal karena suhu ekstrim.
Kasus lainnya menimpa remaja berusia 15 tahun. Dia meninggal karena diare
lantaran kondisi gudang yang kotor.
Meski beresiko, sebagian masyarakat Nepal menganggap ritual ini tidak bisa ditinggalkan. Hanya sebagian kecil masyarakat Nepal yang berencana meninggalkan ritual Chhaupadi demi keselamatan dan kesehatan anak-anaknya.
Meski beresiko, sebagian masyarakat Nepal menganggap ritual ini tidak bisa ditinggalkan. Hanya sebagian kecil masyarakat Nepal yang berencana meninggalkan ritual Chhaupadi demi keselamatan dan kesehatan anak-anaknya.
Chandrakala misalnya. Dia mengatakan tidak akan memaksa anak-anaknya
melaksanakan ritual Chhaupadi.
Pendapat berbeda diutarakan Pashupati. Ia mengatakan anak-anaknya harus ambil bagian dari ritual Chhaupadi. "Beberapa orang berpikir itu keliru. Tapi, ini kewajibanku kepada Tuhan. Bila tidak dijalankan, Dia akan marah," ungkap dia.
Pendapat berbeda diutarakan Pashupati. Ia mengatakan anak-anaknya harus ambil bagian dari ritual Chhaupadi. "Beberapa orang berpikir itu keliru. Tapi, ini kewajibanku kepada Tuhan. Bila tidak dijalankan, Dia akan marah," ungkap dia.
http://www.republika.co.id