Sabtu, 25 Februari 2012

Penelitian: Babi Bawa Evolusi Bakteri Kebal Antibiotik


Kasus bakteri dari hewan peternakan yang menjangkiti manusia kembali terungkap. Pekan ini, sebuah Jurnal ilmiah mBio dari American Society for Microbiology menulis, "Menemukan jawaban atas kebalnya bakteri yang disebut MRSA didalam tubuh manusia."


Ternyata, dalam penelitian yang terdiri dari tim Lembaga Penelitian Translational Genomics di Flagstaff mengungkapkan, bakteri MRSA yang menjangkiti manusia sebenarnya bukan hasil penularan dari manusia ke manusia, melainkan dari babi, terutama dalam wilayah peternakan.

Kebalnya bakteri MRSA ini diakibatkan seringnya paparan obat peternakan digunakan, sehingga bakteri dari peternakan menjadi kebal. Bakteri Methicillin-resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) adalah bakteri memiliki karakter yang sulit untuk diobati ketika telah terinfeksi. Bakteri ini berkembang dan resisten terhadap beta laktam antibiotik, termasuk penisilin.

Sejak penemuannya, MRSA CC398 telah dianggap sebagai patogen (parasit) pada hewan ternak. Anehnya walaupun bakteri ini banyak dijumpai diwilayah peternakan sapi dan babi. Namun peneliti dalam jurnal ini menyebutnya dengan istilah 'Pig MRSA'.

Menurut jurnal ini setengah dari semua sampel daging babi yang diperdagangkan di AS mengandung "pig MRSA". Meskipun itu dapat dihilangkan dengan memasak dengan suhu tinggi, namun risiko terpapar masih mungkin terjadi, terutama jika tercampur ke dalam penyimpan sumber makanan lain.

Sumber penelitian bakteri MRSA CC398 dalam jurnal ini, didasari kasus pada musim panas 2004 lalu. Seorang balita berusia 6 bulan yang tinggal di pertanian dan peternakan babi di tenggara Belanda, mengidap cacat lahir pada organ hatinya. Ia kemudian diperiksa dan dideteksi mengidap bakteri MRSA.

Seperti diketahui, bakteri ini sangat resisten terhadap obat dan dapat hidup pada kulit manusia. Namun yang mengejutkan dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan galur bakteri MRSA pada balita ini. Seluruh keluarga balita, ternyata rata-rata mereka membawa bakteri tersebut, seperti juga ditemukan dalam hewan ternak mereka.
Peneliti menganggap ini adalah evolusi penting, dan bagaimana faktor kekebalan mereka muncul. "kita benar-benar tidak tahu di mana mereka akan menyebar," dalam jurnal tersebut seperti dimuat dalam ww.ibtimes.com/www.rstechnica.com.
Sumber  http://www.republika.co.id