Rabu, 01 Februari 2012

'Kapten' Eriyanto, Sang Penggembala dari Sukabumi (1)


Rumah  beralaskan tanah dan berdinding bilik kayu itu terletak di pelosok kampung. Jalan menuju tempat tinggalnya selalu becek, licin dan berlumpur di waktu hujan. Maklum, bukan jalan kampung tidak beraspal. Itulah rumah salah seorang pemain timnas U-17, Eriyanto. Anak muda yang masih belia ini bersinar setelah bergabung dalam The All Star Team Milan Junior Camp di Italia pada 2010 lalu.


Eriyanto, terlahir dari pasangan Uli (43) dan Eha Sulaeha (38). Mereka tinggal di Kampung  Gulingjawa Citajur RT 01 RW 23, Desa Nagrak Utara, Kecamatan Nagrak. Untuk sampai ke rumah pelajar kelas 2 SMA Nagrak ini, perlu waktu berjalan hampir satu jam dari jalan raya utama Sukabumi-Bogor. 

Sosok remaja 16 tahun ini mendapat perhatian luas dari publik karena terabaikan meski telah menorehkan prestasi dalam perhelatan Milan Junior Camp Day Tournament di markas AC Milan. Bahkan dalam ajang internasional itu, Eriyanto terpilih menjadi kapten terbaik. 

Mirisnya, nasib Eriyanto dan keluarga tidak berubah meski telah mengharumkan nama bangsa di arena internasional. Padahal, pemerintah sebelumnya menjanjikan akan memberikan bonus atas prestasi yang ditorehkan Eriyanto. 

Rumah Eriyanto misalnya, tidak berubah sedikit pun. Pada waktu hujan banyak tetesan air yang mengalir dari sela-sela bilik bambu dan genteng yang rapuh.

Lantai yang beralaskan tanah tampak becek saat air hujan merembes masuk. Sementara tempat tidur Eriyanto hanya beralaskan bambu dan ditutupi kain seprei. Untuk sarana hiburan, di rumah itu hanya terdapat radio tanpa televisi (TV).

Di depan rumah Eriyanto terdapat kandang kambing. Di dalamnya terdapat lima ekor kambing milik tetangga yang dipeliharanya. Tak jarang selepas pulang sekolah, Eriyanto membantu ayahnya mencari rumput untuk makan kambing dan menggembalakannya.

Ayah kandung Eriyanto, Uli yang hanya bekerja serabutan tidak bisa berbuat apa-apa. Pada musim hujan seperti saat ini dia jarang mendapatkan pekerjaan. Pada hari-hari biasa pun dia hanya menerima upah sebesar Rp 15 ribu per hari.

Sementara janji pemerintah untuk membantu kehidupan keluarga Eriyanto belum ada yang terlaksana. Tapi pria bersahaja ini enggan menuntut janji itu.

"Memang ada yang menjanjikan membantu," ungkap Uli. 

Setelah pemberitaan luas mengenai 'nasib ketidakberuntungannya' diungkap media, kini Eriyanto (16) bernafas lega. Mimpinya berlaga bersama timnas terwujud. Eriyanto, sang penggembala kambing ini dipilih PSSI untuk bergabung dalam timnas U-17.

Ayah kandung Ariyanto, Uli (43) puas dengan prestasi anaknya yang kini terpilih menjadi pemain timnas U-17. Ia merasa sudah optimal mengarahkan anaknya dalam bermain bola.

Menurutnya, bakat Eriyanto dalam mengolah bola memang sudah terlihat sejak kelas tiga sekolah dasar (SD). Di usianya yang belia, Eriyanto telah bermain bola dengan anak-anak di atas usianya. Bahkan, ia sudah diajak main bola dengan tim sepakbola kecamatan.

Awalnya, Eriyanto hanya berlatih di sekolahnya saja. Namun menginjak bangku kelas 3 SMP, dia memutuskan bergabung dengan Akademi Sepakbola Maradona (Asmaras) di Sukabumi yang dilatih Arif Hidayat.

Untuk masuk klub itu, ungkap Uli, dia harus mengeluarkan biaya Rp 600 ribu.  Bersama istrinya, Eha Sulaeha, mencari pinjaman ke sana kemari hanya agar  bisa memasukan Eriyanto ke klub.
Namun pengorbanannya sudah terbalaskan. Hal itu bermula ketika Eriyanto mengikuti seleksi pemain sepakbola junior berbakat oleh AC Milan di Jakarta dan Bali. Hingga akhirnya berhasil menjadi kapten terbaik.

Selain lolos seleksi timnas U-17, Eriyanto juga mendapatkan beasiswa dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemempora). Nominal beasiswa yang diserahkan dalam bentuk tabungan tersebut mencapai Rp 5,4 juta per tahun.

Beasiswa itu tutur Eriyanto yang kini berada di pemusatan latihan di Jakarta, rencananya akan digunakan untuk membiayai sekolah hingga membantu perekonomian keluarga. Bantuan dari Kemenpora tersebut dijadikannya pendorong semangat untuk berprestasi lebih baik.

Salah satunya dengan bermain bagus dalam timnas U-17. Tim tersebut akan mengikuti Youth Football Invitation Tournament di Hongkong, pada 27-29 Januari nanti.

"Saya sudah izin tidak sekolah dulu," terang Eriyanto. Hal itu dilakukan untuk bisa mengembangkan keahliannya bermain bola.

Maju terus Eriyanto. Wujudkan mimpimu harumkan nama bangsa bersama Timnas!

Sumber  http://www.republika.co.id